Janji Papa

277 30 8
                                    

Suara lonceng yang berdering sudah mulai bergema di seluruh penjuru sekolah. Derapan kaki anak - anak berbaju seragam SD sudah mulai memenuhi lorong - lorong yang awalnya kosong.

"Sea!" seru seorang pria separuh baya sambil melambaikan tangannya ke arah kerumunan. Panggilan tersebut membuat sepasang mata tertuju kepadanya. Saat kedua pasang mata bertemu, seutas senyum lebar hadir pada wajah sang anak yang terpanggil.

"PAPA!" seru balik Sea sambil berlari ke arah pria tersebut. Alhasil, Sea disambut dengan pelukan hangat oleh papanya. Jarang sekali papanya yang satu ini menjemputnya. Sungguh hari yang spesial!

"Yuk pulang," ajak sang papa bernama Earth. Ia mengambil tas buah hatinya, dan menggandengkan satu tangannya lagi dengan telapak tangan mungilnya.

"Um!" Seru Sea dengan senyum yang masih terpampang dengan cerah di wajahnya.

"Papa ga kerja hari ini?" Tanya Sea di dalam mobil, Masih penasaran bagaimana papanya yang paling sibuk ini bisa tiba - tiba datang menjemputnya.

"Kerjaan papa hari ini udah selesai Sea, nanti kita makan malam bareng ya. Sea mau makan apa? Papa masakin!"

"SOM TAM!" seru Sea. Mendengar papa ya bakal masak malam ini membuatnya menjadi lebih senang! Soalnya masakan papanya sangat enak, terutama som tam favoritnya. Terakhir kali, Sea makan som tam papanya 1 bulan yang lalu. Akhirnya hari ini, Sea bisa makan masakan papanya lagi!

"Papi nanti ikut makan malem?" tanya Sea dengan mata yang berbinar. Karena ia dan papinya, Mix selalu menunggu waktu dimana papanya ini masak buat mereka.

"Papi hari ini ke luar kota sayang. Papi harus cek kesehatan bapak dan nyonya kuda di Bandung." jelas Earth kepadanya. Namun, ia tidak mendengar respons apapun dari Sea. Ia bisa menebak, Sea ngambek karena papinya ga kasih tau ke dia secara langsung.

"Tapi besok papi udah pulang, Sea." ucap Earth, berusaha untuk mengalihkan mood anaknya, "Gimana sekolahnya hari ini?"

Pada akhirnya, Earth berhasil untuk menjaga mood Sea. Soalnya selama sisa perjalanan mereka, dipenuhi dengan Sea yang menceritakan harinya di sekolah. Mulai dari temannya, Mark Pakin yang main badminton bersamanya di pelajaran olahraga. Lalu Sea yang mengantuk di pelajaran matematika, hingga ceritanya yang bertemu dengan kakak - kakak SMA untuk pentas seni.

-

Malamnya Earth duduk di atas ranjangnya, dengan lampu bacanya yang remang - remang menerangi ruangan. Mukanya serius dengan kacamata yang bertengger di wajahnya, membaca suatu buku. Namun ketukan pintu terdengar tiga kali.

"Masuk." ucap Earth dengan lantang. Kemudian, Earth melihat Sea dengan piyama birunya muncul dibalik pintu yang terbuka.

"Pa... Sea boleh tidur bareng papa malam ini?"

"Heum, boleh. Sini, Sea." balas Earth, sambil menepuk sisi sampingnya yang kosong. Melihat persetujuan dari papanya, Sea dengan girang menaiki ranjang papa papinya.

"Tumben sekali Sea mau tidur bareng papa." tanya Earth, sambil mencubit pipi gembul Sea.

"Hehe. Biar malam ini papa ga kesepian!"

"Dasar!" tawanya mendengar alasan anaknya satu ini. Alhasil Earth melepaskan kacamatanya, dan meletakan bukunya di meja. Kemudian, ia menggelar selimut agar ia dan Sea dapat tidur dengan nyaman di ruangan yang dingin.

Sambil berbaring, Earth menyelipkan satu tangannya di bawah bantal kepalanya. Sea juga melakukan hal yang sama dengan bantal kepala papinya, Mix. "Kamu ikut - ikutan papa?"

"Aku kalau tidur kan juga kayak gini!" jelas Sea

"Beneran?" tanya Earth untuk kedua kali. Sea menganggukan kepalanya. "Kalau gitu Sea sama kayak Papa!" Perdebatan kecil ini berakhir dengan tawa kecil mereka berdua.

"Sudah, tidur yuk." ajak Earth, sambil satu tangannya mulai menelusuri surai legam anaknya dengan perlahan, berulang kali. Suatu cara andalannya untuk menidurkan anaknya.

Namun nyatanya kali ini cara tersebut tidak mempan, karena Sea ada agenda lain. "Pa," panggilnya

"Ya?"

"Pa, janji ya. Kalau Sea udah gede, papa ga boleh ninggalin Sea."

"Sea kenapa tiba - tiba tanya begini ke papa? Heum?" tanya Earth.

"Hari ini guru Bahasa Indonesia Sea ga masuk karena papanya meninggal. Guru lain bilang, bu guru bakal jadi sendirian sekarang. Sea jadi takut kalau nanti waktu Sea udah gede, papa sama papi juga ninggalin Sea sendirian. Sea ga mau ditinggal kayak bu guru." jelas Sea.

"Sea, kematian itu hal wajar buat kita manusia. Pasti nanti ada waktunya juga buat papa, papi, bahkan Sea buat ninggalin dunia ini. Tapi selama papa masih hidup dan sehat, papa bakal selalu di samping Sea." ucap Earth.

Kali ini, Sea terdiam mendengar penjelasan ayahnya. Matanya sudah berkaca - kaca, seakan - akan di detik selanjutnya ia akan menangis. Earth yang melihatnya langsung mendekap Sea kedalam pelukannya.

"Sea takut Pa. Papa jangan tinggalin Sea! Kalau nanti ga ada papa sama papi, Sea sendirian dong...," isak Sea. Earth mulai mengusap punggung Sea, berusaha untuk menenangkan anaknya yang sudah sesenggukan.

"Sea, papa sama papi sekarang masih sehat buat nemenin kamu. Makanya Sea harus banyak doa ya? Biar papa sama papi bisa hidup panjang, jadi bisa sama Sea lebih lama." jelas Earth. Sea mengangguk dengan keras di dadanya, walaupun tangisannya belum berhenti.

Butuh beberapa waktu hingga akhirnya tangisan Sea berhenti. Earth melonggarkan pelukan mereka, dan mengusap sisa air mata di wajah Sea. Ia juga mengambil beberapa helai tisu di meja samping ranjangnya. "Yuk, buang ingusnya." ucap Earth dengan halus.

Setelah semua beres, Sea masih memeluk ayahnya. Matanya sudah setengah terbuka, mengantuk setelah menangis. Earth hanya bisa tersenyum geli melihat Sea yang seperti ini. "Sea?"

"Eum?"

"Papa boleh nanya ke Sea?" tanya Earth. Sea menangguk pelan. "Nanti kalau Sea udah punya pacar, Sea bakal ninggalin papa dong?"

Sea langsung menatap wajah papanya lekat - lekat setelah mendengar Earth. Mulutnya sudah murung, "Ga! Sea gak bakal ninggalin papa! Sea sayang papa, papa juga udah janji ga bakal ninggalin Sea. Pokoknya Sea bakal sama papa sampai papa ga ada!"

Earth hanya bisa tertawa mendengar jawaban Sea. "Kok papa ketawa? Sea serius!"

"Iya, iya. Papa percaya sama Sea. Lagipula papa juga bakal susah buat lepasin Sea ke orang lain." jelas Earth.

"Ih! Papa ga boleh lepasin Sea ke orang lain! Kan papa dah janji bakal sama Sea." rajuk Sea, suaranya sudah mulai pecah - pecah seakan mau nangis lagi.

"Cup - cup, iyaa. Papa janji ga bakal lepasin atau ninggalin Sea. Kan Papa sayang banget sama Sea!" jawab Earth sambil memeluk Sea dan mengecup kepala Sea.

"Sea lebih sayang sama papa! Sea bakal sama papa terus selamanya!" tekad Sea, mempererat pelukannya. Senyuman Earth semakin lebar, hatinya terasa sangat hangat mendengarkan janji Sea. Alhasil, dengan posisi yang sambil pelukan, mereka tertidur dengan nyenyak malam itu.

Namun, tanpa disangka bahwa janji Sea pada Earth pada malam ini bisa membawa dampak yang besar di kemudian hari. Saat seorang Jimmy Jitaraphol bertemu dengan Earth. Tapi itu cerita untuk lain waktu. 

Perjalanan Bumi di Laut BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang