Loh, Sea dimana?!

95 16 2
                                    

Pada hari Minggu ini, matahari bersinar dengan cerah. Alhasil Earth dan Mix memutuskan untuk pergi makan keluar bersama dengan Sea dan Ziewor di pantjoran - tempat makan terbuka dengan tenant yang banyak. Saat sampai di pantjoran, Sea sudah memegang tali yang menghubungkan dengan Ziewor.

"Sea, sini pegang tangan Papa. Biar ga kepisah lagi," Ucap Earth.

Sea mengangguk dan memegang tangan kanan papanya. Sedangkan tangan kirinya memegang Ziewor. Mix yang melihat ini, sengaja untuk menggoda, "Papi gimana? Ga ada yang mau gandeng Papi ni?"

"Eh... Tapi tangan Sea penuh," rajuk Sea dengan khas. Bibirnya sudah manyun kedepan bagaikan bebek.

"Yang anak kecil tu kamu atau Sea si?" Balas Earth, gemes dengan suaminya sendiri. Tapi walaupun ia berkata seperti itu, tindakannya sungguh sangat berbeda. Ia langsung menggandeng lengan Mix.

"Hehe. Tumben so sweet banget!" Ucap Mix kegirangan. Langsung mendekatkan tubuhnya kepada Earth dengan manja.

"Diam ah! Ayo makan!" Ucap Earth tegas, namun dengan muka yang terlihat tersipu.

"Pa, Pi, jangan berantem lagi," ujar Sea tiba - tiba.

Begitu lah hubungan di dalam keluarga ini. Earth sungguh sangat bucin ke buah hatinya, Sea. Namun sangat tsundere ke suaminya. Seperti Forcebook, love language mereka adalah verbal abuse. Tapi tentunya love language ini tidak separah Forcebook, soalnya selain beradu mulut, mereka sangat nyaman dalam keheningan.

Tapi ada satu hal yang sangat menarik untuk diceritakan. Mengapa Earth sekarang sangat perhatian ke Sea saat mereka berjalan di luar? Pasti kalian sudah sangat menunggu - nunggu ini! Kalau tidak, berarti penulis ini salah sangka.

Semua berawal pada 1 tahun yang lalu, ketika Sea mau masuk ke kelas 5. Saat Sea dengan kaos kuningnya dan celana jeans ¾ -nya, pergi ke pantjoran bersama Earth, Mix dan Ziewor. Akan tetapi, saat berjalan, Sea dan Ziewor terpisah dari kedua orangtuanya saking ramainya.

Alhasil Sea mematung di tempat. Mukanya sudah tidak bisa diprediksi. Walaupun ada Ziewor di sebelahnya yang menggonggong dan memutarinya, tangannya sudah membeku di tempat. Hingga sebuah tangan menepuk bahu Sea. Terkejut dengan tepukan tersebut, Sea langsung menoleh ke arah pemilik tangan tersebut. Apakah orangtuanya sudah menemukannya?

Namun, ternyata yang ia pandang bukanlah papanya. Melainkan seorang laki - laki yang hampir seumuran sama Ko Force dan Ko Book. Rambutnya pendek seperti Ko Force, dengan poni di atas alisnya. Akan tetapi, mukanya sangat menyeramkan! Tanpa Sea sadari, air matanya sudah keluar. Gonggongan Ziewor sudah semakin keras. Apakah ini orang jahat yang ingin mengambil ginjalnya seperti yang Papi bilang?

"Kamu kehilangan orang tua kamu?" Tanya laki - laki tersebut.

"Tolong jangan ambil ginjalku sama Ziewor," tangis Sea yang sekarang sudah berlutut untuk memeluk (melindungi) Ziewor. Walaupun wajahnya sudah terbenam di badan Ziewor, ketakutan mereka akan dilukai.

"Eh ... ya ampun. Aku hanya ingin membantu." Balas sang laki - laki, bingung bagaimana menghadapi anak kecil yang ingin ia bantu, "Kamu mau ketemu sama orang tuamu?"

Sea yang dari tadi membenamkan kepalanya di Ziewor, perlahan - lahan memberanikan diri untuk menatap kembali sang laki - laki. Mukanya masih seram di mata Sea, namun Sea bisa melihat ada kekhawatiran. Maka dari itu, Sea mencoba untuk membuka diri, "Koko bisa temuin orang tuaku?"

"Iya, aku bisa bantu kami cari orang tua kamu. Kamu percaya ga sama Koko?."

1 detik, 2 detik, 3 detik berlalu. Ia benar - benar kehilangan orang tuanya! Dan hanya Koko ini yang ingin membantunya. Alhasil Sea menganggukan kepalanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perjalanan Bumi di Laut BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang