Bab 3

35 14 25
                                    

Pukul 06.30

Minjhu membuka jendela kamarnya agar udara segar bisa masuk.

"Hiyaaaak..... Aahh..." Ia merenggangkan sendi sendi nya yang terasa kaku dengan berbagai gerakan absurd.

"Hnngghh...." Minjhu keluar dari kamar, melihat ke lantai bawah yang masih kosong dan tenang. Ia melangkah dengan sedikit mata mengantuk dan menuruni tangga dengan langkah malas.

Ia kedapur, mencari air minum. Tapi sayangnya nihil, tidak ada galon atau dispenser disini, hanya ada satu kompor, peralatan masak dan satu kulkas ukuran sedang.

"Cari apa?"

Sebuah suara dari belakang Minjhu membuatnya sedikit tersentak dan memutar tubuhnya kebelakang. "Eh, cari air minum. Kirain ada disini"

"Kalo air minum beli galon sendiri sendiri, belum punya galon?" Lelaki berwajah tenang dan lembut itu berjalan kearah kulkas dan mengambil satu botol minum air dingin disana.

Minjhu menggeleng dengan wajah bloon dan cengo nya, ia masih belum sadar sepenuhnya.

Tiba tiba lelaki itu melempar botol minum nya ke arah Minjhu yang bukannya menangkap dengan tangan nya, melainkan dengan wajahnya.

Buk!

"Arrgh!"

"Eh-eh? Maap maap, lo udah sadar atau belom sih? Bukannya di tangkap malah bengong"

Minjhu meringis sambil mengusap usap pangkal hidungnya yang terasa ngilu akibat lemparan botol dingin tadi.

"Tuh minum dulu"

"Makasih-- eng, nama lo siapa?"

"Josua", Ia tersenyum kecil yang begitu hangat, dan Minjhu yakin para wanita akan menjerit bila melihat senyum dari pria yang terlihat soft boy ini.

" Gua mau anter galon, mau sekalian gak?"

"Boleh nih? Gak ngerepotin apa?"

"Ya lo pikir gue nawarin buat gue beliin lo galon sendirian gitu? Ya lo ikutlah"

"Ooh, kirain. Bentar, gue mau tanya temen gue dulu mau ikut atau enggak"

Minjhu kembali ke lantai atas dan mengetok pintu kamar Dk.

"Dek, Deka! Bangun woi! Lu udah punya galon blom?"

Hening, tidak ada suara yang menyahut dari dalam. Tidak peduli, Minjhu dengan sekuat tenaga menggedor pintu tsb, "Woi kebo! Bangun gak lu! Gua dobrak ni pintu?"

Ceklek.

"Ah, berisik anjim" Hochi keluar dari kamarnya dengan wajah bantal dan rambut tegak tegak seperti tiang listrik.

"Kenapa? Gak mau bangun?" Hochi menggaruk garuk perutnya, dan satu tangan lagi menggaruk garuk bokongnya.

Minjhu hanya balas mengangguk sambil menguap lebar. Ia juga masih mengantuk, tapi Ia harus membeli kebutuhannya ke pasar dan Ia harus bersiap siap untuk itu.

"Minggir, biar gua aja"

"Silahkan om"

"Lo perhatikan, cara yang bener ngebangunin temen yang kebo"

Minjhu mengangguk patuh, Ia memperhatikan Hochi dengan baik.

Hochi maju, memegang gagang pintu kamar Dk dan-

"BAAANGUUUUUN HANYIIIIINGGG!! HURRRAAAAAAAAHHHH!!!"

BUKK!!
BUKK!!
BRAK BRAK!!
GEDUBRAK!!

"Telek asu! Copot jantung gua" Minjhu memegang dadanya karena syok berat melihat Hochi yang seperti kera kerasukan setan lembah.

Ceklek!

seventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang