Bab 5

33 10 7
                                    

Pria dengan kaki jenjang dan tubuh langsing itu, melihat lihat sekitar sambil membaca sesuatu di layar HP nya. Ia menghela nafas lelah sembari menyisir rambut wolf cut nya kebelakang.

Kini ia sedang beristirahat didepan sebuah alfamart dan duduk dibangku yang ada. Ia meminum teh hijau dari tumbler yang ia bawa dan memperhatikan jalan raya didepan sana.

"Cimory rasa apa? Ha? Rasa pisang? Emang ada? Bentar gua lihat dulu. Jun juga pisang? Regal? Ah bentar bentar gua belom turun dari motor"

Mata elang tsb memperhatikan pria dengan hoodie maroon yang tampak berbincang dengan seseorang melalui telpon. Ia tidak memperdulikan sekitar dan terus berbicara dengan suara yang cukup keras.

"Huufft... Kok gak ketemu juga ya?"

Ia meneguk satu tegukan teh hijau nya lagi dan berdiri dari duduknya. Jari jarinya yang memakai sarung tangan motor tsb tampak terus menggulir layar HP dan fokusnya terpusat hanya kesana.

Ia menaiki motor nya, memakai helm coklat nya dengan menyandang satu tas berukuran sedang, dan ada satu kardus yang diikat di jok belakang.

"Iya... Gua langsung ke kos--"

"Hochiii!! Titip martabak doong! Ntar gua ganti uangnya!"

"Martabak? Martabak manis?" Hochi menaiki motor moge nya sambil mendengarkan celotehan teman kos nya yang HP nya ia speaker.

"Ochi! Gua mau tahu bulat! Gua sama Wino, juga Doni"
"Banyak mau nya ya kalian, untung gua baek"

Hochi hendak mematikan sambungan telepon nya, tapi tiba tiba ada yang menepuk lengan nya.

"Permisi mas, boleh nanya sebentar? Maaf menganggu"

"Iya mau nanya apa?"

"Alamat ini dimana ya mas? Dari tadi saya gak ketemu ketemu"

Pria berambut Wolf cut tadi menyodorkan HP nya kearah Hochi yang langsung menerimanya.

Hochi mengerjap ngerjap, menatap pria yang sudah mengenakan helm tsb dan tertawa kecil hingga matanya menghilang.

"Aelaah! Nyari kosan Liliana mas? Gua ngekos disana!" Ujar Hochi bersemangat.

Pria itu melotot tak percaya, untung lah ia bertanya sebelum laki laki ini keburu pergi. Ia tersenyum disebalik helm nya sambil mengangguk.

"Ya udah ikut gua aja-- tapi lo harus temenin gua dulu"
"Kemana?"
"Beli titipan para curut di kosan angker ini, haahh... Selain kosannya yang rada angker penghuni kosnya lebih angker"

Pria tsb hanya tersenyum menanggapi ucapan Hochi barusan, ia juga sudah tau isu isu kosan angker ini.

Banyak yang menyayangkan nya karena kosan ini bisa dibilang nyaman. Minusnya, beberapa yang sudah pernah ngekos disana mengalami peristiwa peristiwa mistis dan lebih memilih pindah.

Ia tidak masalah soal itu, yang penting dia harus punya kosan baru, karena kosan yang lama menurut nya rada mahal dan ekonomi keluarga sedang kurang baik.

Jadi ia tidak masalah harus pindah ke kosan yang katanya angker tsb.

"Emang mau beli apa aja?"
"Hmm.... Bakso kunti, ramen, tahu bulat, martabak mesir, martabak manis, jus pisang"

"......."

Pria tsb hanya bisa mengangguk pasrah, dan Hochi tersenyum riang akan hal itu.

"Woiya kenalin gua Hochi, semester dua Sejarah pendidikan"

"Hao, semester dua jurusan seni pendidikan"

"Seni apa?"

"Seni Rupa"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

seventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang