Prolog

52 9 26
                                    

Suasana sore di perkotaan ini menjadi moment paling indah untuk ditatap oleh Abiyan, sekaligus berharap menjadi momen terakhir juga untuknya melihat dunia.

Abiyan mulai mengangkat kaki sebelah kanannya untuk menaiki pembatas rooftop. Ia berniat untuk bunuh diri, menyusul kedua orang tua dan adiknya yang telah pergi akibat kecelakaan mobil. Abiyan tidak sadar kalau hal yang dilakukannya itu adalah sebuah kesalahan fatal, yang jelas sangat dilarang oleh agama.

Kini kedua kakinya sudah menapak sempurna di pembatas rooftop. Membentangkan tangannya sambil menutup mata. Ia sempat mengernyitkan dahi ketika mendengar ada suara langkah kaki di belakangnya. Namun, ia tidak mau membuka matanya karena sudah terlanjur memberanikan diri untuk bunuh diri.

"Kakak ganteng jangan berdiri di sana! Tolong aku, seseorang telah membawaku ke sini, dan aku takut untuk turun dari rooftop ini," ujar seorang anak perempuan berusia sekitar sepuluh tahunan yang kini tengah berdiri tidak jauh dari belakang Abiyan.

Abiyan spontan membuka matanya dan menoleh ke belakang. Berdecak sebal karena ternyata ada anak peserta lomba pidato bahasa Indonesia yang terlihat kebingungan.

"Kenapa ada anak peserta lomba nyasar kesini, sih?" kesal Abiyan yang langsung turun dari pembatas rooftop lalu mendekati anak itu.

ABIYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang