1

16 6 7
                                    

Seorang perempuan yang sedang duduk di salah satu bangku Taman Hutan Kota Babakan Siliwangi itu bernama Dara.

Matanya terpejam tapi pikirannya tengah berkeliling ke sana ke mari menyelami lirik-lirik lagu yang sedang Ia dengarkan lewat earphones merah mudanya.

Drrrrttt..

Handphone yang sedang Ia genggam bergetar pertanda ada pesan masuk.

Dengan sigap Ia membuka mata dan berusaha untuk membaca pesan apa dan dari siapa yang muncul di layar itu.

Awan🌹 : Sudah ku bilang kita tidak bisa bersama lagi, bodoh! Laki-laki mana yang mau hidup lama dengan perempuan kotor sepertimu? Kamu wanita gila yang sudah tidak perawan. Wanita murahan sepertimu tidak layak untuk dicintai karena menjaga diri sendiri saja tidak bisa.

Mata Dara membulat menahan tangis karena Ia sedang di tempat umum yang cukup ramai. Ia menarik nafas dalam sambil menyeka buliran-buliran air mata yang keluar tak tertahan.

"Setelah ini aku harus pergi ke mana lagi, Tuhan?" keluhnya dalam hati.

Awan adalah seorang pria yang sangat Ia cintai. Ia selalu mengusahakan apa pun untuk membantu proses hidup Awan yang jauh dari kata mudah. Tetapi setelah Awan tahu bahwa Dara adalah seseorang penyintas korban rudapaksa Ia dibuang dan diinjak-injak seperti manusia yang tak ada harganya sedikit pun.

Dara sama sekali tidak membenci Awan, tapi Pria yang telah mengambil kehormatannyalah yang selalu dia taburi dengan sumpah-serapah.

"Dasar pria bajingan, sampai kapan pun aku tidak akan pernah ikhlas untuk hidupmu karena semua ini hancur atas ulahmu yang brengsek"

"Karenamu aku jadi tidak layak untuk siapa-siapa, bahkan pria yang teramat ku anggap segalanya tega membuangku"

"Tuhan, apakah aku akan bahagia?"

"Sepertinya dunia sedang menguji gadis tanpa figur ayah"

Begitulah kurang lebih isi benak Dara saat ini.

Sejak kecil ayah Dara sudah tiada. Jadinya tidak heran kenapa dia gila dan mencari perhatian dari laki-laki.

Ia merebahkan diri di atas bangku-bangku yang tersedia. Sambil menahan isak dia mengingat-ingat memori indah yang pernah dia lalui bersama Awan.

Awan adalah sosok yang baik, sebelum menjadi monster di dalam hidupnya.

Awan memberikan warna-warna yang selama ini Dara cari. Karena Ia merasa telah menemukan sesuatu yang Ia butuhkan, sehingga tanpa ragu Ia menyerahkan semua hidupnya untuk Awan. Sampai Ia lupa terhadap dirinya sendiri yang sudah lama hilang dilenyapkan ego kehausannya akan cinta.

Drrrrttt..

Belum selesai dengan kesedihan dan kemarahannya, handphone Dara sudah kembali bergetar.

Perlahan Ia mengangkat benda itu ke depan matanya yang masih berkaca-kaca. Tangan mungil itu mencoba mengucek-ucek mata agar apa yang ada di layar terlihat dengan jelas.

Awan🌹: Kenapa? Mau mati? Cepat bunuh diri karena tidak akan ada yang menginginkanmu. Kamu benar-benar pelacur, kamu lahir hanya untuk 'dipake' oleh banyak laki-laki.

Dara semakin terkejut dengan pesan yang dikirimkan oleh Awan. Dengan terburu-buru Ia memesan Ojek Online menuju ke kos sederhana yang sudah Ia tinggali selama beberapa tahun terakhir ini.

***

Dara melempar totebagnya ke atas meja belajar kemudian membantingkan tubuh ke kasur tanpa perasaan.

Tangisnya menjerit kencang dalam bantal empuk berbulu sampai Ia tertidur karena lelah. Setidaknya Dara bisa beristirahat sebentar untuk meredakan rasa sakit yang Ia derita.

"Kamu mau kue yang mana sayang? pilih aja yang kamu suka" ujar seorang pria dewasa.

"Aku mau yang ini ya" Jawab gadis kecil sambil menunjuk sebuah kue berwarna biru dan putih berhiaskan kupu-kupu.

Mata Dara terbuka dan kekecewaan tampak pada ekspresinya.

"Hmmmm ternyata cuman mimpi, aku kangen ayah, sebulan lagi aku ulang tahun yang ke-20. Aku beneran sudah beranjak dewasa?". Tanya Dara kepada diri sendiri dengan ragu karena ada perasaan sedikit tidak percaya sebentar lagi usianya bertambah.

Dengan lunglai Dara berjalan melewati sebuah terminal di Kota Bandung hendak pergi ke salah satu warung yang ada di sana untuk membeli sebungkus rokok.

Dara bukan perokok akut, tetapi rokok adalah hal yang pertama Ia cari ketika hilang arah. Meskipun pelampiasan yang buruk, tetapi itu lebih baik daripada menyakiti diri sendiri dengan cara barcode.

"Punch Pop 1 bungkus, Ya" pintanya kepada penjaga warung.

Muncul sebuah tangan dari sela-sela jajanan menyodorkan bungkusan berwarna kuning cerah.

Setelah membayar, kakinya kembali mengayun. Sambil menuju arah pulang matanya sibuk melihat aktivitas orang-orang disekelilingnya.

Senyum tipis terlukis diwajah gemas miliknya. Kemudian Ia berkata dalam hati, "Sesakit apa pun yang aku rasakan, dunia tetap berjalan seperti biasanya, dan diantara banyak orang ini sama sekali tidak ada yang mengetahui apa yang sedang aku alami, tidak ada yang menanyakan keadaanku, tapi kehadiran mereka nyata dan mempersilahkan aku lewat. Ini pertanda kalau aku masih layak untuk berpijak di bumi kan?".

Cekrek.. Knop pintu kos Dara ditutup. Kemudian Ia membuka gorden dan jendela lebar-lebar. Dara mulai menghisap dan memainkan asap-asap itu.

"Ayah, maaf aku gagal kali ini. Aku tidak tahu harus meminta tolong kepada siapa karena semua orang rasanya pasif sekali. Andai Ayah ada, apa orang-orang masih akan memperlakukan aku sejahat ini?".

Sambil gemetar, jari-jari mungilnya mencoba untuk tetap menjepit sebatang rokok itu agar tidak oleng.

"Katanya aku murahan, aku tidak layak, aku hanya dilahirkan untuk memuaskan hasrat laki-laki. Lantas untuk apa aku diam saja? Kenapa tidak sekalian melakukan apa yang Awan katakan tadi? Jual diri aja kali ya?".

🌊🌊🌊

Antara Kehilangan Dan MenemukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang