03.

5 1 0
                                    

2 tahun kemudian...

Masih di tempat yang sama. Cheon Miju yang berlatih sebisanya juga telah dapat mempelajari seni beladiri dasar dari buku tua itu.

Tidak juga sebenarnya, dia berhasil sampai sini berkat dari ingatan yang diberikan pemilik tubuh.

Telat banget.

Taat...!

Hop! Hop!

Swosh...!

Terengah-engah, dia mengepalkan tinjunya erat-erat. Wajahnya kotor karena debu, tapi senyum cerah terpatri di wajahnya.

Dia senang.

“Bagus! Sekarang aku sudah bisa mengkombinasikan tarian dan seni pedang! Meski sedikit sulit, tapi aku berhasil!! Hahaha-uhuk!”

Aduh...!

Cheon Miju berjalan ke arah Manor, untuk membersihkan diri tentunya. Tubuhnya sangat lengket oleh keringat dan dia lapar.

Oh iya, dia sudah cukup mahir dalam pengendalian Qi sekarang ini. Panggil dia player pro, not newbie!

Splash...!

“Huah...! Segar banget!!!” ucapnya riang.

Dia terdiam melihat pantulan dirinya di cermin, itu masih wajah yang sama. Meski sudah dua tahun berlalu, nyatanya dia masih sama. Tubuhnya memang bertumbuh tapi cukup lambat, wajahnya entah kenapa malah semakin bagus hari ke hari.

“Kalau tidak salah ingat, aku sudah berumur tujuh belas tahun di sini. Wah! Aku jadi 10 tahun lebih muda.”

Lah, baru sadar.

Benar usianya sudah cukup untuk mendapatkan KTP, di dunia dulu. Kalau di sini, sepertinya dia masih belum cukup umur.

“Cheon Miju adalah putra bungsu dari Pemimpin Klan Cheon, keluarganya menganut jalan Taoisme yang aku tidak mengerti. Tapi, keluarganya memiliki pengaruh yang kuat di wilayah Shicuan ini.”
Monolognya.

*Ajaran yang mengacu pada perbaikan akhlak manusia, intinya menekankan hal-hal baik.

Cheon Miju sebelum hadirnya Kim Mijin, hanyalah pemuda lemah yang disayangi. Bagaikan bunga langka dalam rumah kaca, dijaga dengan ketat supaya mekar dengan indah.

Sayangnya, tindakan itu malah membuatnya menjadi tidak waras. Istilahnya dia tertekan dan stress, itu membuatnya frustasi hingga mengamuk tanpa sebab.

Sampai akhirnya, dia membakar Paviliun Gongjag (공작) yang mencemoohnya, beruntungnya tidak ada korban jiwa atas peristiwa itu, namun jelas mereka mengalami kerugian finansial yang buruk. Pada akhirnya, Cheon Miju dijatuhi hukuman berupa pengasingan di Hutan Kegelapan.

*Paviliun Merak

Pada kenyataannya, Cheon Miju sudah meninggal dunia dan sekarang yang tersisa hanyalah cangkang dengan isi yang berbeda. Kim Mijin mengisi cangkang itu dan memperbaikinya, menjadikannya tubuhnya sendiri dan mulai nyaman.

“Sudah dua tahun berlalu, itu artinya aku boleh keluar dong? Atau belum?”

Bingung dia.

Tapi, Kim Mijin adalah gadis cuek yang acuh tak acuh, makanya dia agak kurang peduli sama peraturan.

“Bodoamat lah, mau sudah boleh atau belum juga aku gak perduli. Sekarang aku akan keluar dari tempat terkutuk ini!”

Duh, gausah teriak juga padahal.

Cheon Miju mengenakan hanfu biru tua dengan haori atau jubah berwarna putih polos. Rambutnya diikat asal-asalan dan wajahnya dibiarkan tanpa polesan. Dengan pedang di pinggangnya, dia berjalan dengan penuh kepercayaan diri.

*Pedang itu dia dapatkan saat berburu kelinci tahun lalu.

Keluar dari Manor dengan bekal sekantung koin emas, Cheon Miju melangkah santai dan berdendang.

.

Sebuah gerbang tua menjulang tinggi. Itu tampak sangat kokoh, seperti garda pelindung Kekaisaran. Meski tidak mewah dan ditumbuhi lumut, tapi masih layak dipandang.

“Hm... Hm... Boleh juga. Sekarang gimana caranya aku keluar, ya?”

Dia melihat tangannya yang kurus, lalu mengepal dan mengedarkan energi Qi untuk mengaliri pergelangan tangannya, tepat pada tinju.

Iya, dia akan melakukan aksi nekat untuk menghancurkan tembok kokoh itu.

Dan...

BLAAR!!!

Tok... Trak... Tik..

Nyut!!!

“GYAAAAHH!!! TANGAN KU!!!!”

Teriaknya lantang penuh kesakitan. Lagian bertingkah, sih.

Matanya berkaca-kaca, menatap sengit pada tembok yang tidak salah apa-apa. Tatapannya tajam seakan sudah dikhianati, padahal itu salahnya sendiri.

“Ugh..! Dasar kurang ajar! Awas aja, aku bunuh kamu!!!”

Sudahlah, dia memang orang sinting.

Karena kebodohannya yang sudah mendarah daging, dia meninju tembok tak berdosa itu lagi dan lagi hingga hancur. Meski tangannya berakhir terluka tapi tubuhnya memiliki sistim regenerasi yang cukup lumayan, jadi tidak ada masalah.

“Akhirnya...! Ayo kita mulai, pertama-tama! Mari cari makan, aku lapar.”

Cheon Miju berjalan riang, bodohnya dia bahkan tidak menyadari pintu gerbang di sebelahnya yang terbuka lebar-lebar.

Bagus, matanya katarak pasti.

The Idol Rebirth Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang