07.

2 1 0
                                    

Malam harinya.

Saat ini, tepatnya di kamar pribadi Cheon Miju. Remaja itu kelihatan kewalahan menghadapi sifat posesif ibunya yang warbiasa, ditambah dengan kedua kakaknya yang sama resenya.

Semoga ayahnya tidak begini juga, deh.

Serem.

“Aduh, dasar kalian ini. Aku sudah bilang berkali-kali kalau aku baik-baik saja, tolong jangan menggangguku seperti ini dong!!” keluhnya yang sama sekali tidak didengar, ih sialan.

Mau ngumpat tapi gak enak, yaelah gini amat dah hidup.

“Jangan melawak ya kamu! Ibu tahu betul kalau hidup mu tidak baik-baik saja! Lihat saja ini, tangan mu kurus kering begitu! Pria tua bau tanah itu pasti tidak memberi mu makanan, kan? Haduh...! Dasar dedengkot tua menyebalkan!” Nyonya Hwa mengumpat seraya memegang tangan Cheon Miju yang kurus.

Aduh nyonya, kalau mau roasting orang minimal sadar diri, kenapa? Sendirinya juga kayak ranting begitu, kok malah nyinyirin Cheon Miju. Mau ngutuk juga yang ada malah dikutuk balik.

Sialnya, kedua kakaknya malah ikut-ikutan jadi kompor.

Sialan banget ini keluarga.

Kakak perempuannya, Cheon Yeehwa ikut memanas-manasi suasana. Memang dasar wanita, ya. Kompak banget kalau urusan beginian, hadehhh...

“Apa yang ibu katakan benar sekali. Lihat dia, tubuhnya pendek sekali, waktu itu kamu setinggi hidungku, sekarang malah di bawah bahu? Apa-apaan ini?”

Ack..?!

Sialan, wanita ini benar-benar ingin ku tonjok!!! HAAAP Fiuh... Untung cantik. Batinnya ombang-ambing.

“Benar juga, Yaampun anakku sayang!!! Kamu pasti hidup tersiksa selama ini, maafkan ibumu yang tak berguna ini, ya nak..”

Cheon Miju panik seketika.

“I-ibu... Tenanglah, ini bukan salah ibu atau siapapun, kok. Lagipula aku akan segera sehat kembali, jadi kalian tidak perlu khawatir berlebihan begitu.” ucapnya mencoba santai.

Sayangnya, mereka tidak mendengarkan dan terus merecokinya hingga dia dibuat pusing sendiri.

Waduh, waduh, migrain si asu kayaknya datang lagi nih.

Bastard juga, ya... Haha^^

.

Paviliun Gongjag (Merak)

Suasana sekitar tempat itu sunyi dan sepi. Spot yang cocok untuk tipe-tipe orang introvert yang menyukai ketenangan. Cahaya bulan juga indah.

Baek Ji, murid kelas dua Sekte Wu Tang tampak merenung menatap langit tanpa bintang. Tatapannya dalam seakan tenggelam, banyak yang berkelumit dalam pikirannya.

Itu menyulitkan.

“Hah...”

Hela berat mengudara.

Pria muda itu tampak begitu kebingungan, entah karena masalah dengan Sekte Jahat Besar atau malah masalah lain yang sama merepotkan nya.

“Aku bingung sekali, sial.” umpatnya pelan.

Cukup lama dirinya terdiam, dia akhirnya berbalik hendak memasuki kamarnya, untuk beristirahat.

Sialan, dia lelah sekali.

Gruduk...!

Dia mendongak, “Hm?”

Gruduk...! Krak!

Bunyi-bunyi itu datang lagi, karena penasaran dia menaiki atap menggunakan teknik Qinggong yang hampir dia pelajari.

*Qinggong itu teknik meringankan tubuh yang ngebuat penggunanya jadi bisa jalan cepat, kesannya kayak terbang atau mengapung di udara.

Huup!

Tap.

Dia menapak di atap, matanya membulat melihat pelaku yang membuat keributan kecil itu.

“Loh? Nona-! Ah, maksud ku... Tuan muda Cheon? Sedang apa anda di sini?” tuturnya kaku.

Duh, canggung. Batinnya tak nyaman.

Tuan muda Cheon atau Cheon Miju menatap pada eksistensi Baek Ji yang bingung. Dia tersenyum sambil melambaikan tangannya, menyuruhnya untuk duduk di sampingnya.

Baek Ji menurut, dia tak punya alasan untuk menolak pemilik rumah.

Mereka duduk berdampingan, di atas atap dan melihat rembulan bersama-sama. Udara dingin menembus permukaan kulit, tapi suasana tenang membuatnya nyaman.

Ini menenangkan.

“Kamu... Belum tidur? Bukannya besok harus berangkat lagi, ya?” Cheon Miju bertanya.

Dan Baek Ji menjawab.

“Saya tidak bisa tidur, anda sendiri bagaimana? Tuan muda?”

Cheon Miju menoleh, pria ini kaku sekali. Batinnya berkata demikian.

“Aku terbiasa terjaga. Ngomong-ngomong, kalau boleh tahu, kamu dapat misi dari pemimpin Sekte 'kan? Untuk menyingkirkan Sekte Jahat Besar itu?”

Baek Ji menoleh, tampak bingung.

“Bagaimana, anda tahu darimana?”

“Aku tak sengaja menguping, tidak sengaja kok, beneran.”

“Ah... Begitu..”

Hening...

“Jadi, pertanyaan ku tadi bagaimana?”

Baek Ji terdiam, enggan bercerita. Cheon Miju sebenarnya penasaran, tapi dia tak mau memaksa. Lagipula dia punya seribu satu cara untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, jadi tidak masalah.

Dia berdiri dari duduknya, mengejutkan Baek Ji yang termenung.

“Sudah larut malam, aku mau tidur dulu. Sampai jumpa besok!”

Mengucapkan itu, lalu pergi secepat kilat. Meninggalkan Baek Ji yang terdiam mematung, lagi-lagi merenung.

Malam dilaluinya dengan keterdiaman.

The Idol Rebirth Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang