05.

3 2 0
                                    

Klan Cheon tengah ramai saat ini. Tentu itu reaksi yang wajar, karena putra bungsu mereka telah keluar dari Latihan Tertutup setelah tiga tahun lamanya.

Nyonya Hwa, selaku istri dari pemimpin Klan alias ibu dari Cheon Miju, lekas berlari menghampiri putra kesayangannya dan memeluknya erat. Wanita itu menangis terisak dengan wajah kuyu.

Cheon Miju entah kenapa merasa bersalah dan simpati, mungkin karena jiwa perempuannya masih membekas, mungkin juga perasaan pemilik sebelumnya.

Sob... Miju... Putraku... Senang kamu baik-baik saja, nak. Selamat datang kembali, sob... Sob...” ucapnya lirih.

*Ceritanya itu lagi nangis, kalo pake “hiks” serasa lagi narik ingus :v

Cheon Miju membalas pelukan ibunya, sembari menepuk lembut punggung wanita itu.

Drap!!

Drap!!

Drap!!

Langkah terburu-buru menghampiri. Cheon Miju melihat mereka yang datang, itu adalah tiga orang, satu orang pria dewasa dan dua lainnya yang masih muda.

“ADIK!!!”

Kedua anak muda itu lekas bergabung dalam pelukan (Teletubbies) itu. Rasanya sesak tapi dia hangat.

Selepas pelukan terlepas, Cheon Miju melihat pada pria yang menatap semuanya teduh. Pria itu sepertinya adalah ayahnya, kalau tidak salah beliau bernama Cheon Yunmun, pemimpin klan saat ini.

“Aku kembali, semuanya.” ucap Cheon Miju, tersenyum.

Dia melihat ibunya yang menyeka air matanya, kakak pertamanya yang dingin tersenyum halus, kakak perempuan satu-satunya yang tertawa tetapi juga bersedih. Dan ayahnya, yang menghela nafas seolah menahan perasaannya, jujur saja pria itu bersyukur.

“Syukurlah kamu kembali dengan selamat, tak terbayang jika kamu malah meninggal di tempat itu.” ucapan itu lekas disela oleh Nyoyya Hwa, ibunya.

Pakk!

“Kamu jangan bicara macam-macam! Nah, putraku, jangan pedulikan ucapan ayahmu itu. Ayo masuk! Lihat tubuh kurus mu, ibu akan menghidangkan makanan kesukaan mu, ayo-ayo!” titahnya, wanita cantik itu tidak melihat jika dirinya sendiri juga sama kurusnya.

Huh, dasar women.

Cheon Miju mengikuti tanpa banyak protes, dalam hati dia mensyukuri semua ini. Memiliki keluarga hangat adalah impiannya yang paling besar.
Dan setelah mendapatkannya, dia suka sekali.

Memiliki keluarga itu hangat sekali, ini menyenangkan. Batinnya dalam.

Kakak perempuannya terkekeh kecil, dia mengikuti langkah keduanya dengan Kakak pertamanya di belakangnya. Ayahnya menggeleng pasrah namun, juga mengikuti yang lainnya.

Dan... Melupakan beberapa orang perwakilan dari sekte Wu Tang, diluar sana.

Kasihan sekali mereka, haha.

.

Ruang kerja pemimpin Klan.

Di ruangan serba vintage itu, tiga orang tampak saling berhadap-hadapan. Tentu itu adalah pemimpin klan sendiri alias Cheon Yunmun dan perwakilan dari sekte Wu Tang, yaitu Baek Ji dan ajudan pemimpin Klan, Jang Hyeon.

“Hm... Jadi, apa gerangan yang membawa kalian mengunjungi Klan Cheon kami?” tanya Cheon Yunmun.

Baek Ji menjawab lancar, meski dalam hati pria itu sedikit tertekan karena aura yang dikeluarkan oleh Cheon Yunmun.

“Saya datang atas perintah Pemimpin Sekte, untuk menyampaikan sebuah pesan dari beliau. Silahkan.” ucapnya seraya menyerahkan gulungan kertas pada Cheon Yunmun.

Pria itu menerimanya dan membacanya seksama. Lama keheningan itu terjadi, membuat Baek Ji pelan-pelan merasa kurang nyaman.

Huft....

Helaan nafas terdengar, mengejutkan jantungnya untuk kesekian kalinya hari ini.

Hening berlanjut.

“... Mereka beraksi lagi?” gumaman rendah yang nyaris tidak terdengar.

Baek Ji terdiam seolah tuli, dia tidak diijinkan untuk tahu isi pesan tersebut, dia menurut karena tugasnya hanyalah menghantarkan surat berisi pesan Pemimpin sekte, itu saja.

Dia tidak memiliki kewenangan lebih sekalipun jika penasaran.

“Baiklah, aku akan mengirim surat balasan nanti. Untuk saat ini, kau beristirahat bersama rombongan mu di Paviliun Gongjag, kalian bisa melanjutkan perjalanan setelah menginap malam ini.”

Begitu katanya.

“Baik, terimakasih atas kemurahan hatinya, Tuan Cheon. Kalau begitu, saya pamit undur diri.” Baek Ji lekas menarik diri.

Blam..!

Selepas keluarnya Baek Ji, ruangan pemimpin Klan kembali sunyi. Cheon Yunmun memijit pelipisnya dalam diam dan ajudannya, Jang Hyeon tetap terdiam di tempatnya.

Tsk, dasar patung berjalan.

Cheon Yunmun bersandar di kursi, pikirannya rumit.

“Sialan, bajingan itu kembali mengibaskan ekornya, huh?” urat-urat marah tercetak saat kata-kata berikut terucap.

Haish, sepertinya badai ‘kecil’ akan datang.

The Idol Rebirth Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang