BAB - 04

17 3 0
                                    

Tidak disangka, mereka kembali berjumpa.

⋆⋆⋆

"Jaga diri baik-baik. Dan ini untuk kamu."

Reiga menerima topi hitam yang Zaki berikan setelah melepas pelukan, lalu membalas, "Makasih, Bang."

Tiga orang di belakang itu memperhatikan dengan baik interaksi hangat di depan mereka. Haidar maju, memeluk Reiga dan memberikan nasihat. Disusul Gita, wanita itu berkata dengan lembut agar remaja yang sudah dia anggap seperti anaknya sendiri itu menjaga kesehatannya dengan baik.

Arga mendekati putranya, pria itu memakai topi hitam. Lalu mengucapkan banyak terima kasih pada keluarga Haidar.

"Arga, kamu sudah banyak berterima kasih sejak kemarin. Kamu adalah sahabatku, tentu aku akan selalu membantumu dalam keadaan apa pun. Apalagi, Reiga juga adalah anakku, dia adalah adiknya Zaki, paham?" tutur Haidar, sahabatnya benar-benar berubah. Dia menjadi kaku, beda sekali dengan kepribadiannya dulu.

"Baik. Terima kasih," balas Arga, melangkah menuju bus yang akan membawa mereka ke tempat tujuan.

Sebelum menyusul ayahnya, Reiga mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Kemudian memberikan sebuah buku kecil pada Zaki, beralih untuk salim pada Haidar dan Gita.

Wajah Zaki memerah setelah Reiga sempat membisikkan sesuatu di telinganya sebelum pergi sembari melambaikan tangan dan memakai topi hitam pemberiannya.

"Di buku itu, aku udah tulis tutorial supaya Bang Zaki bisa dekatin Kak Reva secara perlahan. Kalau suka diam-diam tanpa ada tindakan, nanti keburu diambil orang. Semangat."

Jadi, selama ini Reiga tahu kalau aku suka sama Reva? Zaki membatin, padahal dia sudah menutupinya sebaik mungkin. Siapa sangka, jika ternyata masih ada satu orang yang menyadarinya.

Haidar dan Gita balas melambai ketika melihat Reiga di samping jendela. Lalu menoleh bersamaan ke arah Zaki setelah bus itu pergi.

Pasangan itu saling bertatapan, seolah sama-sama bertanya, Zaki kenapa? Lalu kompak menaikkan bahu tanda tidak tahu.

"Yaahh! Mereka udah berangkat, Ki?"

Dua perempuan dengan napas tak beraturan itu datang sembari berlari.

"Iya. Busnya sudah berangkat, baru saja." Gita yang menjawab pertanyaan Indy.

"Aduh." Reva mendesah kecewa. "Indy. Sorry, ya, ini gara-gara adik aku cerewet, kitanya jadi telat"

Indy menggeleng. "Nggak apa-apa, Va. Yang penting semoga Rei sama Ayahnya sampai ditujuan dengan aman," balasnya.

Dua perempuan itu menoleh ke arah Zaki yang sedang melamun entah memikirkan apa. Tapi, yang menjadi perhatian mereka adalah kenapa wajah cowok itu merah? Dan itu, buku kecil berwarna cokelat milik siapa?

"Ki," panggil Reva seraya memegang bahu Zaki.

Namun, empat orang di sana malah dibuat heran dengan Zaki yang lari terbirit-birit setelah melihat Reva.

⋆⋆⋆

Pada tanggal 16 Juni kemarin, masyarakat dikejutkan dengan berita pembebasan pembunuh yang menjadi perbincangan besar pada saat peristiwa tragis itu. Pembunuh yang bernama lengkap Arga Rakasa, telah resmi dibebaskan setelah menjalani masa hukuman yang cukup kontroversial, dan kebebasannya kembali memicu perdebatan di tengah masyarakat mengenai kasus yang sudah terjadi pada sembilan tahun silam.

NOXIOUS [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang