Jihan tersenyum, mengingat masa kecilnya dengan Reiga yang indah walaupun selama tiga hari saja.
⋆⋆⋆
"Pak Arga, ini paket yang datang untuk Anda."
Arga yang baru saja selesai makan siang dan hendak kembali ke ruang kerjanya dibuat bingung ketika ia mendapatkan kiriman paket. Jika diingat lebih teliti, Arga tidak merasa bahwa dia pernah memesan barang. Tapi, tangannya tetap terulur untuk menerima dan kembali melangkah setelah mengucapkan terima kasih.
Sampai di dalam ruangan kerjanya, Arga langsung membuka paket yang dia terima. Pemandangan pertama yang dilihat setelah benda berbentuk kotak terbuka adalah sebuah kertas putih yang ditempelkan pada kotak yang lebih kecil di dalam.
Hadiah kecil untukmu. Arga Rakasa.
Tulisan bertinta merah tebal tertera di kertas putih yang kini pria itu pegang. Matanya beralih menatap kotak yang lebih kecil dan mengambilnya untuk dibuka. Kertas persegi warna hitam adalah hal pertama yang terlihat, Arga mengambil kertas itu dan apa yang terlihat setelahnya membuat suasana hatinya berubah drastis, tangannya menggenggam kertas hitam itu sampai gemetar, rahangnya mengeras, matanya menatap tajam pada foto yang terdapat di dalam kotak tersebut.
Tanpa mau menyentuhnya, Arga membanting benda di tangannya hingga tiga foto cetak yang berada di dalamnya berhamburan. Tepat di saat itu juga, seseorang membuka pintu ruangannya.
"Pak Arga—" Wanita dengan berkas di tangannya terdiam, ia melihat ke arah kotak yang baru saja dilempar hingga berada di depannya. Dia melangkah maju, lantas membeku. "Ini..."
Arga enggan melirik ke arah seseorang yang datang, ia berdiri dan pergi dari ruangannya tanpa sepatah kata pun.
Yana, wanita yang merupakan seorang karyawan dan sebelumnya ingin melaporkan hasil pekerjaan pada Arga menunduk untuk memungut foto, memasukkannya ke dalam kotak dan menutupnya segera.
Jantungnya berdetak kencang, kembali teringat akan foto yang berisi seorang pria tergeletak bersimbah darah dengan kondisi yang mengenaskan. Dan itu, membuatnya sangat merinding.
Yana segera pergi dari ruangan Arga, ia akan menyembunyikan kotak ini. Yana tahu siapa yang ada di foto tersebut, dan dia juga tahu apa yang membuat Arga terlihat sangat marah.
Karena wanita itu sudah mencari tahu tentang Arga. Terlepas dari apa yang sudah pria itu lakukan, Yana tidak bisa mengelak bahwa dirinya telah menaruh hati pada pria itu.
Awan cerah yang telah berganti gelap menjadi pemandangan yang sedang dilihat oleh Arga setelah keluar dari bar. Botol yang dia pegang kembali diminum sambil berjalan dengan langkah yang kurang seimbang.
Sebuah mobil hitam berhenti dan membunyikan klakson, tapi tak Arga hiraukan. Sampai akhirnya sebuah tangan menarik lengannya, Arga menatap sosok yang kurang jelas dan sepertinya sedang berbicara.
"Kau ingin mati?" Satu kata yang Arga lontarkan membuat Dirga terkejut. "Aku bisa melakukan itu," lanjutnya.
"Dasar gila," umpat Dirga spontan.
"Kau telah membunuh istriku, kau telah membunuh calon anakku. Kau harus bertanggung jawab." Suaranya terdengar tegas, tapi sedikit bergetar saat mengatakannya.
Dirga terdiam, perasaannya sedih saat mendengar kalimat itu keluar dari pria yang merupakan seniornya dulu. Laki-laki itu menarik lengan Arga untuk masuk ke dalam mobilnya meskipun ada penolakan.
Sesampainya di depan rumah, Arga langsung keluar dari mobil dan langsung menendang pintu.
Arga meringis mengingat apa yang dia lakukan semalam, matanya melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul lima pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOXIOUS [ON GOING]
Teen FictionSetelah lama menunggu dalam kegelapan, Reiga hanya ingin hidup dengan tenang. Bersama sang ayah, yang menjadi satu-satunya alasan mengapa dirinya masih bertahan di dunianya yang penuh ketidakadilan. Namun, di tengah perjuangan dan usahanya untuk men...