vii. getting closer

374 72 10
                                    

Setelah kejadian itu, Eca sebenarnya masih malu dengan Rado. Tapi Rado sepertinya memaklumi Eca dan bersikap biasa saja. Tapi Eca kepikiran mulu. Karena gengsinya tinggi, Eca pun mencoba tak begitu peduli. Bukan salahnya kok kalau salah paham. Wajar dia salah paham jika Rado seperti waktu itu. Bahkan teman-teman yang lainnya juga salah paham karena Rado tak sejelas itu mengundang mereka untuk datang ke syukuran rumah barunya.

Jadi, bukan salah Eca. Gitu pikirnya mencoba bodo amat.

Malam ini Eca sedang duduk di ruang tamu kosan sambil menunggu orderan shopeefood-nya. Sambil menunggu dia bermain hape, buka TikTok. Sesekali dia cekikikan dengan meme kucing yang dilihatnya.

"Kak Eca."

Eca langsung kaget ketika Yuko, teman satu kosannya itu memanggil namanya. Dia mendongak pada cewek yang berusia lima tahun lebih muda darinya itu. Iya, si Yuko Yuko itu masih kuliah.

"Eh, iya, Ko. Ada apa?"

"Ada yang nyariin Kakak di depan tuh."

"Siapa? Shopeefood, kah?" tanya Eca penasaran.

Yuko menggeleng. "Bukan. Cowok, tinggi, dan cakep banget. Mobilnya juga mobil mahal."

Eca mengernyit sebentar. Tapi kemudian langsung mendecak ketika deskripsi yang Yuko jabarkan mengarah pada satu orang, Rado. Siapa lagi coba yang bakal datang ke kosannya malam-malam begini kalau bukan Rado. Meski sambil mendecak, Eca keluar untuk menemui Rado. Bersamaan itu, orderan makanannya juga datang sehingga dia menerima itu dulu sebelum meladeni Rado. Rado bersedekap sok keren sambil menyandarkan tubuhnya pada body mobil. Dia melihat Eca yang perlahan mendekatinya dengan raut tidak suka. Sudah biasa. Malah tidak biasa kalau Eca tiba-tiba menerimanya dengan raut gembira.

"Lo mau fashion show apa gimana sih, Kak?" tanya Eca melihat betapa modisnya Rado malam ini.

Eca sendiri bajunya macam gembel. Tapi anehnya Rado justru kesemsem melihat Eca malam ini. Rambut yang biasa ditata rapi saat di kantor kini dibiarkan berantakan dan tidak memakai make-up sedikit pun. Dasarnya cantik mau kek manapun Eca tetap cantik. Apalagi Rado emang udah bulol jadinya mau Eca pakai baju compang camping pun akan tetap terlihat cantik di matanya. Entah sejak kapan begitu, tapi anehnya Rado mengakui itu dengan sadar. Dia sadar sudah segila itu pada Yeneca Sanash Prameswari.

"Mau nemuin Tuan Putri ya harus modis."

Eca menyilangkan lengannya di depan dada lalu berujar dengan nada muak. "Mau apa lagi lo?"

Rado berdeham. Cowok itu menegakkan tubuh setelah bersandar pada body mobilnya dengan tampang sok keren. Emang keren sih, cuma Eca lihatnya udah dongkol duluan.

"Gue belum sempat minta maaf sama lo dengan proper. Jadi, gue mau minta maaf sama lo soal kejadian waktu itu."

Eca mencebik jijik. "Dih."

Rado nggak terima. "Beneran. Gue minta maaf karena telah bikin lo trauma. Gue janji nggak bakal lakuin hal gila lagi ke lo, Eca."

Eca sebenarnya masih marah, tapi ya mau gimana lagi jika cowok itu pada akhirnya minta maaf. Meski Eca nggak tahu beneran tulus apa enggak, Eca manggut-manggut dengan malas.

"Jadi, lo maafin gue?" tanya Rado antusias.

"Tergantung sikap lo sih. Kalau lo masih maksa hal-hal yang gue benci, gue bakal beneran nggak akan maafin lo."

Rado justru berseru gembira. "Asyik, lampu ijo nih."

Eca langsung menggeleng tegas. "Nggak. Gue nggak bilang gitu ya, Kadrun. Lo emang budeg apa pura-pura budeg sih?"

"Gue sih sayang sama lo," katanya mode buaya sambil tersenyum manis ke arah Eca.

Nggak nyambung anjir.

Ditto. | BluesyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang