ix. bag and chocolate

359 78 5
                                    

Hari Senin ya tentu saja kembali menjadi budak corporat. Tenaga Eca rasanya tinggal  tiga puluh persen ketika hari Senin tiba lantaran hari Minggu kemarin dia banyak kegiatan.

Eca baru saja mendudukkan pantatnya ke kursi ketika tiba-tiba Rado masuk ke ruangan lalu berujar,

"Rapat bentar ya sebelum mulai kerja."

Seperti biasa, hari Senin diawali dengan rapat divisi. Eca menghela napasnya. Melihat Rado tampak segar begitu Eca justru mendengus.

Jadi, kemarin itu mereka jalan-jalan di mall gitu ujung-ujungnya. Awalnya, Rado ngeyel banget mau ngajak nonton, tapi Nando menolak dan Eca juga nggak minat sama filmnya. Sambil manyun kecil, Rado akhirnya mengekor mereka untuk keliling mall. Rado sudah mengkode Nando untuk membawa Caca pergi sesuai rencana, tapi Eca sepertinya peka kalau Rado berusaha membuatnya berakhir berduaan dengannya. Alhasil, tiga puluh menit awalan mereka rombongan keliling mall kayak orang pengangguran.

Rado dongkol banget, tapi Nando juga nggak bisa melakukan apapun. Cowok itu nggak mungkin menarik paksa Caca supaya menjauh dari Eca. Rado menonyor pelan wajah Nando dengan gemas. Pada akhirnya dua cowok tinggi-tinggi itu mengekor bak itik mengekor induknya pada Eca dan Caca.

"Lo nggak lapar, Kak?" tanya Caca pada Eca. Eca langsung menggeleng.

Rado memutar bola mata jengah. Tahu Eca dan Caca senempel itu dia nggak akan mengiyakan Nando membawa Caca. Tapi karena sudah terlanjur, Rado cuma bisa bersedekap pasrah. Dia makin kesal ketika menengok Nando tak terusik sedikit pun. Nando terlihat santai padahal Rado sudah mau mencak-mencak karena semuanya tidak berjalan dengan lancar.

Sampai tiba-tiba Nando berbisik. "Santai njir. Muka lo tegang banget kek mau nyaleg."

Rado langsung memicing tak suka. "Gara-gara lo salah bawa orang njir."

Nando terkekeh. "Ya gue nggak tahu kalau mereka seakrab itu, Kak. Lagian nanti pasti ada momennya kok. Kalau nggak ada berarti ya bukan hari ini."

Rado makin kesal. Meski lebih tua dari Nando, tapi sikapnya lebih kekanakan dari Nando. Nando aja baru tahu Rado sesewot itu pada hal-hal yang menurutnya biasa.

Ketika Nando dan Rado meributkan hal-hal yang tidak berguna, Caca tiba-tiba menoleh dan berujar dari tempatnya.

"Kak, gue sama Kak Eca mau lihat-lihat tas. Kalau kalian bosan, pergi aja ke tempat kesukaan kalian. Nanti kita ketemuan pas mau balik."

Dih, si Cahaya Cahaya itu memang membuat Rado makin dongkol. Rado mendecak. Dia tidak akan mengiyakan ucapan Caca. Justru sebaliknya cowok itu ikutan masuk ke tempat tas yang Eca dan Caca masuki. Nando mau tak mau juga mengikut. Dia mah sebenarnya mau-mau saja mengikuti mereka, tapi melihat Rado tantrum begitu dia jadi merasa tak enak. Lagian hal-hal tidak sesuai harapan memang menyebalkan kok. Nando paham itu, tapi dia nggak bisa berbuat sesuatu untuk membuat Rado sampai bilang makasih padanya. Jadi, ya let it flow aja.

Begitu masuk tempat itu, beberapa orang dan pegawai di sana berdecak kagum melihat Rado dan Nando. Eca dan Caca berpandangan sebentar lalu nyengir. Ya siapa pula yang tidak kesemsem melihat dua cowok ganteng berjalan barengan seperti itu. Mereka belum tahu saja jika dua cowok setinggi harapan orang tua itu sedang caper pada dua cewek botol yakult yang kini sedang melihat-lihat tas di sana.

"Ada yang bisa dibantu, Kak?"

Nando menggeleng sopan, tapi Rado malah membalas cepat. "Lagi ngikutin mereka, Kak."

Orang di sana langsung kaget. Pegawai yang menanyai mereka langsung manggut-manggut dan membiarkan Nando dan Rado melakukan apa yang ingin mereka lakukan. Eca dan Caca sudah tak semenempel tadi karena rupanya dua cewek itu beda selera. Caca bertolak ke sisi lain untuk melihat model yang sesuai seleranya sementara Eca di sisi lain yang memiliki model tas lebih feminim dari sisi sebelah. Kesempatan itu Rado manfaatkan. Tapi Nando enggak. Cowok itu tiba-tiba pergi entah ke mana. Rado nggak peduli sekalipun Nando pulang saat itu juga.

Ditto. | BluesyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang