27. Hesitate

1.2K 163 142
                                    

Suhyeon dan Geewoni memutuskan menggunakan dokter lain untuk kehamilan kedua Geewoni. Suhyeon tidak bisa jika harus bertanggungjawab lagi atas kelahiran calon anaknya nanti. Walaupun waktu sudah berlalu, namun ketakutan itu masih ada. Keduanya hanya perlu saling memendam dan menguatkan.

“Bulan depan kita cek ke profesor Lee, untuk sekarang kau harus lebih banyak beristirahat.”

Geewoni menggigit bibir bawahnya, tangannya bergetar memegang hasil USG calon anaknya. Air matanya menetes, Geewoni menatap suaminya, “Apakah aku... benar-benar... hamil?”

Suhyeon mengangguk beberapa kali dengan mata yang basah, “Yes you are.”

“Empat minggu?” tanya Geewoni tak percaya.

“Iya sayang....”

Geewoni meraba perutnya yang masih rata, “Ada kehidupan lain disini?”

Suaminya mengangguk lagi. Geewoni menggigit bibir bawahnya, menahan agar air matanya tak tumpah. Jujur, baginya cukup jika hanya menua bersama suaminya. Baik ia dan suaminya sama-sama tidak pernah membicarakan soal bayi kedua sejak 2 tahun yang lalu.

“Apa kau tidak senang?” tanya Suhyeon menyadari wajah istrinya yang tampak khawatir.

Geewoni refleks menggeleng, “Kenapa aku tidak senang? Kau... akan menjagaku, kan?”

Suhyeon mengangguk, “Tentu, aku pasti menjagamu.”

Geewoni memaksakan senyum kecil pada bibirnya, “Aku... sangat takut.”

Suhyeon tampak khawatir pada istrinya, “Kenapa?”

Geewoni menarik kedua tangan suaminya, ia letakkan pada pangkuannya untuk digenggam---mencari kekuatan.

“Aku bukan ibu yang baik.” katanya, selepas itu ia menangis.

Suhyeon menggeleng cepat, ia memeluk istrinya, “No you're not. You're a good mom.”

“Maafkan aku...” katanya sambil memegang erat siku suaminya sebelum lanjut menangis.

Sesudah selesainya pekerjaan Suhyeon, mereka dalam perjalanan pulang. Geewoni menyender pada jendela mobil, raganya disini tapi pikirannya entah melayang kemana.

“Kau baik-baik saja?” Suhyeon menatap istrinya khawatir.

“Aku bisa menjaga yang ini, kan?” Geewoni bertanya pelan.

Suhyeon mengangguk, ia memberhentikan mobilnya ke tempat yang aman. Lalu menarik kembali istrinya ke dalam pelukan, “Tentu, tentu. Kita akan menjaganya bersama-sama. Nanti di usia 8 minggu, kita periksa ke Professor Lee.”

Dalam pelukan hangat itu, Geewoni mengangguk dan berharap semuanya akan baik-baik saja.

Empat minggu kemudian, sesuai jadwal, Geewoni dan Suhyeon mendatangi profesor Lee untuk melakukan pemeriksaan.

“Selamat datang dokter Suhyeon dan nyonya, silakan duduk dulu.” dokter Lee mempersilakan, pria 50 tahun itu duduk dan memasang kacamatanya.

“Kami sudah memutuskan untuk memantau kondisi istri saya dan anak kami kepada profesor saja.” kata Suhyeon.

Profesor itu mengangguk, “Saya sangat takjub pada keberanian dokter Suhyeon, sekaligus berterimakasih karena sudah mempercayakan kepada saya. Baik, mari kita mulai pemeriksaannya.”

Usai pemeriksaan, mereka duduk berhadapan lagi. “Kita akan melakukan pemeriksaan rutin 4 minggu sekali di trimester pertama ini. Jangan ragu untuk menghubungi saya jika ada keluhan, juga untuk ibu hamil. Penting diingat bahwa kadar stress akan mempengaruhi kondisi janin.”

Blissful of Renewal | soohyun jiwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang