Ini hari Senin.
Hari Senin artinya hari sekolah. Yang artinya Kousuke Uchiha harus pergi ke sekolah. Itu adalah alasan kenapa Honoka—pengasuhnya membuka pintu dan semua tirai jendela yang tertutup sehingga cahaya matahari bisa masuk dan membangunkan para penghuni kamar yang masih tertidur lelap.
"Kousuke-kun, Sousuke-kun, bangunlah! Sudah pagi! Kalian akan terlambat jika tidak bangun sekarang," kata Honoka pada keduanya.
Kousuke dengan berat hati membuka selimutnya dan bangun dari kasurnya yang ada di lantai atas. Kamarnya terbagi dua level. Semua tempat tidur diletakkan di atas. Ia dan saudara kembarnya, Sousuke Uchiha tidur di lantai atas. Tempat tidur mereka dipisahkan hanya oleh sekat kayu yang memiliki lubang di tengahnya yang berfungsi sebagai jendela dan ditutupi oleh tirai untuk tetap menjaga privasi mereka masing-masing.
Lantai bawah berfungsi sebagai tempat mereka belajar dan bermain. Tidak ada sekat dinding yang memisahkan, dan karena tempat tidur mereka di atas, bagian bawah jadi terasa lebih luas. Keduanya menyukai itu.
"Ada apa dengan wajah muram itu, hm? Ayo cepat mandi. Air hangatnya sudah saya siapkan di kamar mandi," kata Honoka pada Kousuke yang turun dari tempat tidur lebih dulu. Kousuke tidak menjawab dan hanya berlalu pergi ke kamar mandi sedang Honoka berusaha untuk membangunkan Sousuke yang terlihat sama sekali tak terganggu dengan semua gangguan yang sudah dibuatnya.
Kousuke dengan malas mengambil sikat gigi dan menyikat giginya. Ia menatap dirinya sendiri di cermin bulat di hadapannya dengan tidak semangat. Kousuke tidak menyukai sekolah.
Ia tidak lagi menyukai sekolah.
Meskipun kini dirinya masih duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar, pergi ke sekolah rasanya begitu berat karena tidak ada yang membuatnya tertarik disana. Ia bahkan pernah bertanya pada Honoka apa dirinya bisa sekolah dari rumah—home schooling. Banyak orang yang melakukan itu. Tapi ayahnya menolak sarannya dan Sousuke bahkan bingung kenapa ia tidak mau sekolah padahal menurutnya sekolah adalah tempat yang menyenangkan.
Arti sebuah tempat bagi setiap orang bisa berbeda. Kousuke mempelajari itu ketika ia mulai tidak menyukai sekolah di enam bulan setelah ia menjalani hari-harinya sebagai seorang murid. Tapi Kousuke tahu ia tidak bisa berbuat dan meminta banyak jadi ia hanya akan diam menjalani hari-harinya di sekolah sampai ia lulus. Setidaknya itu rencananya untuk saat ini.
Honoka menyajikan sosis dan roti panggang, telor mata sapi dan susu untuk sarapan. Wanita itu juga menyiapkan bekal makan siang untuk keduanya karena biasanya mereka—Sousuke lebih tepatnya—akan minta dijemput sore dan Kousuke hanya mengikuti keputusan adik kembarnya itu.
"Ayah mana?" tanya Sousuke ketika ia tidak melihat ayahnya di meja makan pagi ini. Hanya mereka berdua dan Honoka yang sarapan pagi ini.
"Uchiha-san masih belum bangun, Sousuke-kun. Tuan pulang larut semalam," jawab Honoka.
Sousuke hanya membulatkan mulutnya dan menjawab, "oh" sebelum kembali melanjutkan sarapannya.
"Habiskan ya sarapannya. Sudah saya bawakan sandwich untuk makan siang. Itu juga habiskan," kata Honoka pada keduanya dan dijawab dengan anggukan.
Sousuke dan Kousuke diantar oleh Honoka dan supir mereka, Shin ke sekolah. Keduanya berpamitan pada Honoka dan Shin begitu sampai di sekolah. Mereka tidak bertemu ayah mereka pagi ini. Dan itu sudah menjadi hal yang biasa bagi keduanya.
Sousuke memiliki banyak teman di sekolahnya. Anak itu memiliki sifat yang mudah didekati dan disenangi oleh orang di sekitarnya, persis seperti ibunya. Sedangkan Kousuke adalah anak yang tertutup. Dia tidak banyak bicara dan lebih senang menyendiri. Ia sulit diajak bicara, itulah kenapa banyak yang bilang jika bermain dengannya tidak menyenangkan, dan Kousuke merasa tidak keberatan dengan itu. Jika Sousuke adalah duplikat ibunya, Kousuke lebih mirip ayahnya. Semua orang yang mengenalnya dan ayahnya berkaya seperti itu. Kousuke tidak begitu yakin sebenarnya, jadi ia tidak pernah membantah atau mengiyakan pernyataan itu.
Sebelah tangannya menopang pipi, menatap ke arah lapangan sekolah yang penuh dengan anak kelas sebelah yang sedang berolahraga. Mereka sedang bermain bola voli. Matanya beralih ke kanan dan kiri mengikuti arah bola datang dan pergi dari sisi satu ke sisi lain.
Membosankan.
Setiap hari di sekolah terasa sangat membosankan baginya. Ia tidak mendapat alasan tepat kenapa dirinya harus pergi ke sekolah selain belajar. Belajar kan bisa dilakukan di rumah, pikirnya.
Tidak lagi mendapatkan tontonan ketika kelas olahraga di bawah sana selesai bersamaan dengan kelasnya sekarang, yang artinya jam istirahat dimulai, Kousuke pergi ke perpustakaan, berlawanan dengan arah teman-teman sekelasnya yang berbondong-bondong pergi ke kantin mengincar roti edisi terbatas di hari Senin.
Benar, ini adalah salah satu alasan Kousuke bertahan di sekolah. Perpustakaan. Tempat ini juga merupakan tempat pelariannya. Kousuke menghabiskan lebih banyak waktu disini selain di kelas ketika ia harus belajar. Kousuke suka membaca buku. Awalnya ia hanya suka membaca buku bergambar, tapi karena dirinya kehabisan bacaan, ia mencoba untuj membaca novel-novel ringan yang ada di perpustakaan sekolahnya. Sekolahnya memiliki perpustakaan yang cukup luas. Meskipun banyak orang, tempat ini tenang, tidak berisik seperti di kelasnya.
Selama dua tahun terakhir ia bersekolah disini, sudah banyak buku yang dibacanya dan petugas perpustakaan mengenalnya dengan sangat baik. Iruka—petugas perpustakaan—awalnya bertanya-tanya kenapa Kousuke selalu datang kemari, karena perpustakaan bukanlah tempat favorit bagi anak-anak biasanya. Ia mencoba mendekatinya. Meskipun sulit di awal, jika sudah dekat, anak lelaki itu cukup menyenangkan untuk diajak mengobrol.
"Buku apa yang kamu baca sekarang? Aku lihat kamu membaca buku baru," tanya Iruka ketika Kousuke hendak keluar karena bel masuk sudah berbunyi, menandakan istirahat telah berakhir.
"Hm, aku tidak tahu. Itu tidak menarik jadi aku menyimpannya lagi," jawab Kousuke asal.
"Kamu bahkan tidak repot membaca judulnya, eh."
"Aku membacanya, Sensei. Tapi karena tidak menarik, aku melupakannya."
Iruka meringis. "Kamu sangat dingin, Kou." Kousuke hanya menanggapinya dengan senyuman tipis sebelum ia beranjak kembali ke kelasnya.
Sekolah si kembar Uchiha selesai tepat jam 2 siang. Biasanya anak-anak akan bermain selama satu jam di sekolah dan meminta orang tua mereka untuk menjemput mereka telat. Ada banyak wahana permainan yang disediakan di sekolah. Sousuke dan teman-temannya senang bermain disana, sedangkan Kousuke seringkali menghabiskan waktu di perpustakaan.
Seharusnya hari ini juga ia menghabiskan waktunya setelah pulang sekolah di perpustakaan, tapi entah ide darimana, Kousuke memilih untuk pergi keluar sekolah dan berakhir entah dimana. Ia berjalan tanpa arah, mengikuti kucing yang menatapnya ketika dirinya keluar dari gerbang sekolah yang tidak ada penjagaan disekitarnya.
Kousuke terus berjalan mengikuti kucing itu dan ketika ia kehilangannya, dirinya baru sadar, ia tidak tahu dimana dirinya berada saat ini. Kousuke melihat sekitar dan ia sama sekali asing dengan tempatnya berdiri sekarang.
Tidak ada orang di sekitar, lingkungan itu sepi dan ia dapat mendengar suara gemuruh petir yang sama-samar di langit, tanda hujan akan turun ke bumi. Kousuke berjalan ke depan, entah kemana ia harus pergi, tapi ia harus mencari jalan pulang kembali ke sekolahnya. Ia yakin sekolahnya tidak jauh dari sini, tapi kemana arah yang harus ia tuju?
Suara petir kembali terdengar, kali inj lebih keras. Seluruh tubuhnya merinding dan ia tidak bisa berpikir. Kousuke berlari tak tahu arah. Ia harus menemukan jalan pulang sebelum hujan turun atau ia akan kehujanan. Membuat tubuhnya basah tidak ada dalam agenda Kousuke Uchiha hari ini.
. . .
Sun, 24/08/11
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Deal With A Thief
Fanfiction-EIGHT- Sasuke Uchiha memiliki kehidupan yang mudah. Hidupnya selalu lancar seperti keinginannya. Ia bahagia. Sangat bahagia dengan apa yang dimilikinya dan yang berhasil didapatkannya, sampai malam di musim yang dingin itu membuat tubuhnya membeku...