Kousuke hanya berniat untuk berjalan-jalan sebentar karena ia sangat suntuk berada di sekolah. Ia juga sudah meminta izin pada gurunya tadi, tapi entah gurunya mendengar atau tidak karena dia sedang sibuk dengan anak-anak yang lain. Kousuke akan bersyukur kalau gurunya mendengar dan menyadari kalau dirinya hilang karena Kousuke tersesat saat ini.
Anak lelaki itu tersesat. Sendirian. Entah dimana, disaat langit tiba-tiba berubah menjadi abu-abu dan cahaya matahari menghilang dibalik awan tebal yang sepertinya akan mengantarkan hujan sebentar lagi.
Kousuke tiba-tiba merasa takut. Ia ingin menangis, tapi semua air mata itu ditahannya dan ia berusaha mencari tempat berteduh ketika suara petir menyanbar ke bumi sangat keras masuk ke gendang telinganya dan membuatnya terkejut.
Kousuke berlari menuju toko kelontong terdekat dan meneduh di sisi bangunan itu yang memiliki sedikit atap untuk melindunginya dari hujan ketika rintik hujan sedikit demi sedikit turun membasahi bumi. Walaupun itu sebenarnya tidak begitu berguna karena pada akhirnya, hujan turun dengan lebat dan sangat berangin hingga badannya terkena air hujan yang diterbangkan oleh angin dan kakinya sepenuhnya basah hingga lutut. Kousuke bahkan sudah tidak bisa merasakan lagi sepatunya yang saat ini basah kuyup.
Ia memeluk dirinya sendiri yang mulai terasa menggigil. Hujan juga tidak terlihat akan berhenti dalam waktu dekat. Air mata yang ditahannya mulai menumpuk di pelupuk mata. Kousuke sudah tidak bisa melihat dengan jelas ke depan ketika tiba-tiba bayangan seseorang menutupinya dan ia bisa merasakan kehadiran seseorang di hadapannya.
Kousuke menengadah. Ia baru bisa melihat dengan jelas ketika air mata yang menghalangi matanya jatuh dan air hujan yang sejak tadi membasahi bajunya kini hilang karena terlindungi oleh payung transparan milik wanita di hadapannya.
"Apa kamu tersesat?" tanya wanita itu lembut. Kousuke menatapnya heran dan ia berusaha mundur, tapi badannya menabrak tembok dan ia tidak bisa kemana-mana. "Ah, maaf, apa aku menakutimu? Aku bukan orang jahat. Sungguh!" kata wanita itu lagi, tapi Kousuke masih menatapnya dengan takut.
Wanita itu membawa satu kantung belanja besar di tangan kirinya dan payung di tangan kanannya. Ia menahan payungnya diantara bahu dan lehernya lalu mencari sesuatu di dalam tas belanjanya dan mengeluarkan kue coklat dari dalam sana. Wanita itu mengulurkan kue coklat itu pada Kousuke, tapi ia terlalu takut untuk menerima. Pengasuhnya bilang untuk tidak mempercayai orang asing dan menerima pemberiannya, meskipun itu terlihat enak untuk dimakan.
"Ah, kamu pasti tidak mau menerima ini ya. Maaf, aku berpikir pendek." Kue coklat yang tak diinginkan itu akhirnya kembali masuk ke dalam kantung belanja. "Kalau begitu, bagaimana kalau kita berteduh di dalam? Aku mengenal pemiliki toko kelontong ini. Aku yakin tidak apa jika kita berteduh sebentar sampai hujannya reda."
Kousuke awalnya ragu, tapi entah ada dorongan apa dalam dirinya, ia mengikuti wanita itu untuk masuk ke dalam toko kelontong dan bertemu seorang wanita tua sedang mengipasi dirinya di balik meja.
Kenapa dia kepanasan disaat hari sedang hujan? pikir Kousuke heran. Wanita berumur lebih dari setengah abad itu menatap mereka yang memasuki tokonya dengan sebelah alis terangkat.
"Aku tak tahu kau punya anak lelaki, Sakura," kata wanita tua itu.
"Bukan anakku. Aku menemukannya di depan. Dia berteduh di pinggir tokomu, Nenek," jawab Sakura—wanita itu.
"Kamu menemukannya? Ya ampun kasihan sekali. Kenapa kamu tidak masuk dan berteduh saja di dalam, anak kecil?"
Kousuke terdiam, bingung harus menjawab apa. "Sepertinya dia takut," kata Sakura, memperhatikan raut wajah Kousuke yang terus menunduk dan berada lima langkah di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Deal With A Thief
Fanfic-EIGHT- Sasuke Uchiha memiliki kehidupan yang mudah. Hidupnya selalu lancar seperti keinginannya. Ia bahagia. Sangat bahagia dengan apa yang dimilikinya dan yang berhasil didapatkannya, sampai malam di musim yang dingin itu membuat tubuhnya membeku...