#01

152 22 1
                                    

Suasana pagi di kota itu terasa tenang, hanya terdengar suara angin yang berhembus lembut dari jendela yang sedikit terbuka. Di dalam sebuah kamar yang tidak terlalu besar namun nyaman, suara alarm berbunyi dengan nyaring, menandakan waktu telah menunjukkan pukul 6. Alarm tersebut seolah-olah membelah keheningan, mengusik tidur seorang wanita berambut pendek yang terlelap di ranjang.

Wanita itu, yang memiliki rambut pendek dan sorot mata lembut, membuka matanya dengan perlahan. Ia menghela napas, mengumpulkan tenaga untuk bangkit dari kenyamanan selimut hangat yang menyelimutinya. Dengan hati-hati, ia bergerak pelan-pelan, berusaha agar seseorang di sebelahnya tetap tertidur nyenyak. Cahaya matahari pagi mulai menerobos masuk melalui tirai, menerangi ruangan dengan cahaya keemasan yang lembut.

Setelah berjuang melawan rasa kantuk, wanita bernama Son Seungwan itu akhirnya bangkit dan melangkah menuju kamar mandi. Air dingin membasahi kulitnya, menyegarkan tubuh yang masih setengah terjaga. Selesai mandi, Seungwan mengenakan pakaian yang rapi dan bersiap memulai hari. Ia berjalan pelan menuju ranjang, di mana seseorang masih terlelap dalam tidur nyenyaknya.

Dengan lembut, Seungwan menepuk bahu kekar milik orang yang masih tidur. "Hei, sudah hampir setengah tujuh pagi. Cepat bangun," ucapnya dengan suara lembut namun tegas. Suaranya mengandung campuran antara kelembutan dan kehangatan, seolah memanggil seseorang kembali ke dunia nyata dari mimpi yang nyaman.

Pria di hadapannya sama sekali tidak terganggu oleh tepukan lembut Seungwan di bahunya. Suara lembutnya pun seolah tidak mampu menembus mimpi yang masih menyelimuti kesadaran pria itu. Tidak menyerah, Seungwan mendekatkan wajahnya, mengamati wajah suaminya yang tampan. Dengan sentuhan penuh kasih, ia menepuk-nepuk pelan pipi pria itu, berharap dapat membangunkannya dari tidur lelapnya.

"Park Chanyeol, ayo bangun. Katanya ingin berangkat lebih pagi hari ini," ucap Seungwan dengan nada yang sedikit lebih tegas namun tetap lembut. Perlahan, mata pria bernama Park Chanyeol itu mulai terbuka. Pandangannya yang masih kabur akhirnya fokus pada wajah cantik istrinya yang begitu dekat. Seungwan tersenyum, melihat suaminya terbangun dengan ekspresi yang bingung.

Chanyeol tertegun, menyadari bahwa pemandangan pertama yang dilihatnya pagi itu adalah wajah istrinya yang indah. Wajah mereka begitu dekat, hingga Chanyeol bisa merasakan hangatnya napas Seungwan. Jika ia ingin, ia bisa saja mencuri satu kecupan manis dari bibir Seungwan. Namun, Chanyeol tidaklah licik seperti itu. Ia hanya tersenyum kecil, menikmati momen kebersamaan yang begitu sederhana namun penuh makna.

"Jam berapa sekarang?" tanya Chanyeol dengan suara serak khas pagi hari, sambil mengusap matanya yang masih setengah terpejam.

"Setengah tujuh. Setelah ini kamu segera mandi, aku ingin menyiapkan sarapan untuk kita," jawab Seungwan, sambil menarik diri dari ranjang. Senyumnya masih terpatri di wajah, memberikan semangat pagi bagi suaminya.

Setelah itu, mereka berdua melanjutkan kegiatan masing-masing. Chanyeol perlahan bangkit dari tempat tidur dan menuju kamar mandi, di mana ia membersihkan diri dan mempersiapkan diri untuk hari yang sibuk. Sementara itu, Seungwan beralih ke dapur. Tangan-tangannya yang cekatan mulai mempersiapkan bahan-bahan untuk sarapan. Aroma kopi yang sedap segera memenuhi udara, berpadu dengan aroma roti panggang yang mulai menguning sempurna.

Tepat ketika Seungwan menuangkan kopi hitam pekat ke dalam cangkir milik Chanyeol, pria itu akhirnya duduk di kursi makannya. Suasana pagi di dapur terasa hangat dan akrab dengan aroma kopi yang menyebar. Seungwan dengan hati-hati membawa dua buah piring yang berisi scrambled egg dan toast ke meja makan, menempatkannya dengan penuh perhatian. Pagi itu, mereka hanya memiliki sarapan sederhana, namun piring-piring tersebut disajikan dengan penuh kasih sayang.

Sambil duduk di kursinya, Seungwan menghela napas dan memandang piringnya sendiri. "Maaf kita hanya sarapan ini. Bahan makanan banyak yang sudah habis, aku belum sempat membelinya," ucapnya dengan nada penuh penyesalan, sambil meletakkan segelas susu untuk dirinya sendiri di samping piring.

When Love Finds A WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang