Bab 1. Merasa Tersaingi

14 7 0
                                    

"Das! Awas!"

Teriakan seseorang terdengar jelas, begitu juga dengan suara pohon tumbang dari sebelah kiri tempat Racelivy berada. Dia kaget dan mulai memastikan suara itu. Suara yang terdengar berkali-kali membuat peri bermata biru itu segera keluar dari rumahnya. Carlos pun langsung menghampiri dirinya.

"Vi! Kamu pasti  dengar suara itu, kan?"

Racelivy mengangguk, tanda meresponi pertanyaan dari Carlos. Dia masih sangat kaget.

"Menurutmu suara apa, ya, itu?" Peri bersayap hitam itu kembali bertanya sembari terus memandang ke arah asal kehebohan itu. Terlihat jelas di sana peri-peri sedang berkumpul. Sepertinya, sesuatu telah terjadi pagi ini.

Carlos dan Racelivy makin mendekati kerumunan itu. Mereka sangat kaget ketika melihat korban dari pertempuran itu merupakan salah satu peri yang sangat dihormati di sana. Korban dari pertempuran dua bersaudara yaitu Dasa dan Daso. Daso telah dihabisi oleh Dasa, saudaranya.  Walaupun mereka tidak sedarah tetapi mereka ditemukan pada tempat yang sama yaitu Provinsi Tarxahan.

Awalnya Dasa dan Daso saling menyayangi layaknya saudara kandung, tetapi semenjak satu wanita ada di hidup Daso, kerenggangan mulai terjadi. Kedua laki-laki itu sering bertengkar, hanya karena masalah kecil pun bisa menjadi besar bagi mereka berdua.

Evidara masih terus menerawang kejadian sebelumnya. Dia diminta tolong oleh Carlos untuk mencari tahu awal mula pemicu pertengkaran yang mengakibatkan hilangnya salah satu nyawa peri yang sangat dihormati. Terus mencoba menerawang semakin dalam, tetapi dia hanya menemukan sebagian ingatan saja. Tidak ada ingatan lain lagi yang didapatkan.

"Maaf, saya cuma mendapatkan sebagian saja ingatan Daso. Tidak ada lagi, cuma itu," ucap Evidara tertunduk meminta maaf. Dia sangat menyesal tidak bisa menyelesaikan pekerjaan dengan maksimal.

"Sudahlah! Mau gimana lagi? Lagipula saya rasa Dasa mengunci ingatan penting itu." Racelivy membuka jalan ke dunia manusia dan mempersilakan paranormal itu pergi meninggalkan Kota Everlandisco.

Dengan berat hati, Evidara harus pergi begitu saja. Dia gagal  mendapatkan semua ingatan Daso. Merasa bersalah, dia seakan menjadi tidak patuh karena tidak menjalankan tugas dengan baik, hal itulah yang sedang dipikirkan oleh Evidara.

"Terus bagaimana? Apa Daso tidak akan menerima keadilan?" Derrick masih terus menatap jasad Daso dengan tatapan iba. Dia merasa peri yang meninggal itu hanyalah korban dari keegoisan saudaranya.

"Sebaiknya kita biarkan saja. Saya mau menenangkan pikiran dulu." Peri bermata biru itu terlihat sangat pusing melihat kejadian barusan. Saat ini dia tidak ingin diganggu.

"Tapi ...." Carlos mulai mengeluarkan suara. Tatapan yang tunjukkan terlihat seakan ingin menanyakan kembali soal Daso sehingga membuat Carlos terus mengikuti Racelivy dan membuatnya menyela omongan peri bersayap hitam itu.

"Aku gak perlu pendapat atau apa pun itu mengenai pertanyaan yang sedang ramai dipertanyakan ini! Tolong biarkan aku sendiri, kasih aku waktu, Los." Mendengar jawaban dari Racelivy, Carlos hanya bisa diam dan mengalah.

Racelivy pergi dari sana. Dia segera masuk ke dalam kamarnya. Langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur, Recelivy merasa penat hari ini.
Ternyata, menjadi pimpinan kota tidak semudah yang dikira, batin peri bermata biru sambil memandangi fotonya bersama keluarga terpampang di dinding kamar.

Peri bermata biru merasa penat dan bosan, sehingga membuat dirinya mengunjungi kota sebelah, yaitu Kota Neverlandisco. Di sana dari kejauhan terlihat begitu berbeda dari kota yang dipimpin. Sepertinya udara di sana terasa sejuk, banyak pohon-pohon yang tumbuh di sana, semua peri terlihat sedang bekerja keras mengambil hasil dari pohon itu, tidak ada satu pun yang menganggur.

Kerukunan di sana terlihat sangat jelas, mereka saling tolong menolong satu sama lain. Indahnya tinggal di tempat itu. Zaza dan Zaya yang merupakan peri yang terkenal akan kekuatannya pun berada juga di sana.

Belum juga mencoba masuk ke sana, hanya melihat dari kejauhan saja dalam beberapa menit kemudian, seekor burung pipit datang menghampiri Racelivy dengan membawa selembar surat. Setelah itu, burung pipit langsung pergi begitu saja.

Dibuka dan dibacalah selembar surat itu.

Selamat pagi, pimpinan Kota Everlandisco, Racelivy Sasransa.
Kami dari perwakilan Provinsi Tarxahan ingin memberikan informasi kepada Anda mengenai pemilihan kota terbaik di provinsi ini. Berhubungan dengan pemilihan ini, kami sudah memilih dua kota terbaik yang akan terpilih menurut hasil pemilihan suara, yaitu Kota Everlandisco menjadi salah satunya yang patut untuk bersaing merebutkan gelar ini. Jika bersedia, silakan melakukan balasan terhadap pesan ini. Kami tunggu sampai tengah malam ini, ya. Sampai bertemu di tempat pemilihan! Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

Isi pesan itu membuatnya sangat bangga, tetapi ada hal yang membuat peri bermata biru itu bertanya-tanya,  yaitu kota manakah yang nantinya menjadi saingannya? Racelivy terus memikirkan hal itu.

Dia kembali melihat burung pipit itu terbang memasuki Kota Neverlandisco dan mulai berpikir bahwa yang akan menjadi saingan kota mereka adalah Kota Neverlandisco membuat Racelivy merasa tidak senang terhadap hal itu.

Hari pemilihan pun tiba, kedua kota telah dipertemukan dan dugaan peri bermata biru itu memanglah benar. Kota Everlandisco dan Kota Neverlandisco menjadi kota yang terpilih. Semua warga pun dikumpulkan dan mereka dipersilahkan untuk mengisi pemilihan. Suara terbanyak sangat berpengaruh untuk terpilih menjadi Kota terbaik di Provinsi Tarxahan.

Semua suara sudah terkumpul dan hasil terbanyak masih ditunggu oleh kedua kota. Sunyi, tanpa ada suara sama sekali. Terlihat para pemimpin kota sangat gemetar menunggu hasil.

Pagi hari telah berganti menjadi siang, terompet pun berbunyi, menandakan bahwa hasil suara akan segera diumumkan.

"Selamat siang, saya Mara, selaku wakil dari ketua di Provinsi Tarxahan. Saya berdiri di sini untuk menyampaikan hasil pemilihan suara tadi yang sudah diselanggarakan tadi pagi. Pasti sudah tidak sabar, kan? Baiklah, suara terbanyak jatuh kepada Kota Neverlandisco. Selamat,  ya untuk Kota Neverlandisco dan untuk Bapak pimpinan, Pak Rins."

Begitu kesalnya Racelivy mendengar pengumuman itu. Api amarah terus berkobar-kobar. Rasa kesalnya semakin membara dan keinginan terpendam itu semakin kuat untuk menghancurkan Kota Neverlandisco.

Muncullah keirian sehingga timbul dalam pikiran Racelivy untuk menghancurkan kota itu. Dia melangkahkan kakinya dan terus masuk ke dalam kota yang terasa damai dari luar, tetapi ketika masuk ke dalam malah merasakan sengatan yang begitu menyakitkan. Sayapnya merasakan perih yang teramat menyiksanya. Hal itu membuat Racelivy sakit, menyelimuti sekujur  tubuh.

"Aaaa!" Racelivy menjerit kesakitan.

"Ternyata mereka menggunakan penangkal," lanjutnya dan merasa tidak percaya bahwa dia dilarang masuk ke sana. Seakan tembok tertutup rapat, peri bermata biru merasakan penolakan kota itu terlihat sangat jelas.

"Kamu harus berhati-hati. Kalau kamu semakin memaksa, maka akan berakibat fatal bagimu. Ini penangkal yang sangat kuat. Jangan mudah meremehkan kota di depanmu ini."

Suara yang tiba-tiba terdengar itu sama sekali tidak dihiraukan oleh Racelivy. Dia masih merasa bahwa hanya dirinyalah yang berkuasa di dunia ini, semua orang hanya pengunjung saja.

"Kamu harus hati-hati." Carlos datang menghampiri Recelivy dengan mengatakan hal yang sama.

Petunjuk Buku Sesaat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang