Terus-menerus mendengar Carlos meminta dia berhati-hati, hal itu membuat terngiang-ngiang di kepala Racelivy yang kemudian mengikuti Carlos menjauh dari Kota Neverlandisco.
Kota yang damai dan tentram, itulah Kota Neverlandisco. Berbagai kenangan manis yang tidak bisa terlupakan begitu saja. Kota itu merupakan kota kenangan semua peri.
"Galuh! Untuk apa kita ke sini lagi?" Terlihat raut wajah Fika penasaran dengan jawaban lawan bicaranya. Galuh pun hanya membalas dengan senyuman.
Galuh dan Fika merupakan dua orang peri yang baru saja mengakhiri hibernasi. Maksud dari pertanyaan itu adalah sepuluh tahun yang lalu mereka berdua pernah berbuat salah dan mengakibatkan harus dikurung selama waktu yang ditentukan. Kota yang pertama kali mereka kunjungi setelah keluar dari jeruji besi yaitu Kota Neverlandisco. Banyak sekali kenangan yang pernah terjadi di sana.
Kembali mengenang kota kelahiran mereka, sekarang suasana saat duduk di tepi danau sangat menyenangkan. Hal itu membuat orang yang berada di sana merasakan ketenangan, tetapi sekarang situasi sudah berubah dan berbeda bagi mereka berdua. Tidak seperti dulu lagi, danau menjadi tempat terburuk bagi mereka.
Para peri di kota itu juga sudah tidak bisa mempercayai mereka seratus persen. Walaupun masih ada diberikan akses masuk ke dalam kota tanpa diusir sama sekali, semua itu masih terasa sangat berbeda. Telah disadari bahwa semua sudah berubah akibat kecerobohan mereka.
Racelivy masih setia memantau dari kejauhan. Dia berharap kedua peri itu bisa dimanfaatkan dan mau bekerja sama. Berpikiran bahwa bisa mengendalikan kedua orang itu dengan cara mengiming-imingi kekuasaan pada mereka, tetapi kedua peri malah menolak. Mereka tidak tertarik sama sekali. Sangat muak dan tidak bisa mempercayai orang lain yang belum lama dikenal, sangat beresiko bagi mereka yang baru saja keluar dari jeruji besi, terlebih mereka mengetahui soal Racelivy, peri yang ada di depannya sekarang.
"Argh! Baru kali ini ada yang menolak aku!" Racelivy sangat tidak percaya dengan apa yang diutarakan kedua peri itu. Setelah mendengar hal menyakitkan itu, dia pergi begitu saja dengan sangat marah. Kepala Racelivy sudah sangat berasap.
Racelivy kembali ke Kota Everlandisco dan dia mulai membuka lemari bukunya.
"Aku harus menemukan pemusnah tangkal itu." Amarah Racelivy semakin menggebu-gebu."Kamu mencari apa?" Kehadiran Carlos tiba-tiba muncul di sampingnya membuat peri bermata biru itu terkaget.
"Gak usah tahu! Buat aku kaget saja, kamu."
Peri bersayap hitam itu masih saja mendekati Racelivy dan mencoba untuk mengajaknya mengobrol, tetapi masih tidak dihiraukan. Racelivy masih fokus mencari buku-buku yang berisi tentang pemusnah tangkal.
"Kamu udah berbeda, ya sekarang."
"Beda apanya?" Peri bermata biru itu mengerutkan kedua alisnya dan terlihat tatapan sangat tajam.
"Sudahlah, jangan ganggu aku!" lanjutnya yang seketika membuat Carlos terdiam.
Seharian dia mencari dan membaca buku satu per satu, tetapi tidak kunjung menemukan buku tentang pemusnah tangkal kota sebelah. Rasanya, dia sangat lelah, tetapi ada semangat yang kuat terus membujuk agar terus mencari dan memusnahkan Kota Neverlandisco.
Racelivy menanyakan kembali kepada penasehat pribadinya soal keberadaan buku-buku lamanya karena hanya sedikit buku yang dia temukan di dalam lemari yang saat ini dia buka. Ternyata buku-buku yang lainnya masih ada di lemari bawah tanah, sebelum semua itu dipindahkan ke atas.
Dengan cepat dia ke luar lorong bawah tanah. Terlihat begitu gelap dan sempit di sana, tetapi semakin ke dalam lebarnya semakin luas.Tetesan air mulai jatuh membasahi lorong itu, tetapi lemari masih tidak basah sama sekali. Batu pun sebagai alas atap sudah mulai keropos dan berjatuhan. Jika begini terus-menerus, maka lorong itu akan dipenuhi air ketika hujan. Berbanding terbalik, itu semua malah dibiarkan begitu saja dengan alasan tidak mempengaruhi keadaan lemari. Lemari di lorong masih tetap aman dari banjir.
Air hujan sudah sampai selutut Racelivy dan dia memilih terbang daripada berjalan. Membuka lemari dengan gemetar serta takut. Terlihat di sana semua buku aman dari air, tidak ada satu buku pun yang basah. Dia memasukkan semua buku itu ke dalam kantong plastik yang sudah dibawanya. Begitu berat rasanya, peri bermata biru itu terbangnya menjadi tidak stabil, oleng kanan dan kiri.
"Demi pemusnah tangkal! Harus semangat!" Peri itu terus menyemangati dirinya yang sudah kelelahan.
Kurang lebih telah menghabiskan waktu sekitar 15 menit untuk sampai ke kamarnya.
"Ah, akhirnya." Racelivy meletakkan semua buku-buku itu di lantai. Dia pun terduduk, lalu mulai membaca kembali buku-buku yang ada.
Mencari pemusnah tangkal tidaklah mudah bagi Racelivy. Walaupun dia merupakan pemimpin Kota Everlandisco dan termasuk ke dalam salah satu peri berkekuatan melebih rata-rata para peri. Semua itu tidak mudah didapatkan.
Buku-buku berserakan, setelah selesai membaca diletakan begitu saja, tepat di samping Racelivy. Beberapa macam buku ada di sana, mungkin sekitar 20 buku yang telah dibaca. Belum lagi buku sebelumnya yang tidak sempat terhitung. Mata mulai terasa lelah, sejak tadi dia belum juga berhenti, mata pun perlu istirahat juga.
Akhirnya, dia mengistirahatkan mata dan tubuhnya. Sangat lelah seharian berinteraksi dengan buku-buku ini. Memejamkan mata sesaat mungkin akan memperbaiki kondisi yang terasa kurang sehat.
Hari mulai berganti, sore berubah menjadi malam dan malam berubah menjadi pagi. Racelivy kembali terbangun dan berinteraksi dengan buku-buku seperti biasa.
"Livi! Oh, Livi!" Suara Carlos mulai terdengar memanggil. Hal ini membuat konsentrasi Racelivy menjadi terpecah dan terganggu.
"Mau apa lagi dia?" Peri bermata biru itu terlihat sangat kesal.
Dia memilih untuk tidak menghiraukan Carlos dan terus membaca buku-buku di depannya yang sudah menunggu untuk dibaca.
"Buku sesaat?" Terlihat tulisan pada halaman pertama buku yang dibuka. "Sepertinya ada sesuatu yang istimewa pada buku ini," lanjutnya dan kembali membuka lembar kedua.
"Livy! Oh, Livy! Sombong banget!" Teriakan Carlos kedua kalinya, sangat membuatnya risih. Tidak ditanggapi, maka dia akan terus mengganggu. Hal itu membuat Racelivy geram dan langsung menemuinya dengan penuh amarah.
"Hei! Pagi-pagi begini bisa tidak jangan ganggu orang dengan kebisinganmu itu. Menggangu sekali, tahu!" Wajah Racelivy sangat memerah, dia begitu kesal.
Melihat peri bermata biru itu benar-benar marah dan Carlos pun menunduk, lalu berkata, "Maafkan aku. Aku tahu bahwa semua itu salah."
"Bagus kalau sadar! Sudahlah, aku mau melanjutkan yang belum terlesaikan. Sampai jumpa, Carlos." Racelivy memunculkan senyuman manisnya.
Dia tersenyum? Berarti dia ada rasa padaku? Carlos membatin.
Racelivy masuk ke dalam kamarnya dan mulai melanjutkan bacaan buku yang belum terselesaikan. Terlihat pada lembar kedua buku itu terdapat tulisan 'pemusnah tangkal Kota Neverlandisco', inilah buku yang dia cari.
Racelivy menyingkirkan buku-buku yang tidak berguna lagi dan mulai membaca Buku Sesaat dengan seksama.
"Ah, terdapat banyak langkah." Racelivy mengeluh dengan bacaan yang penuh langkah-langkah itu.
"Apa aku bisa melewati semua langkah ini?" Dia seketika merasa tidak percaya dengan diri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petunjuk Buku Sesaat
FantasySebuah cerita fantasi yang disajikan dalam rangka mengikuti event Festival Menulis Fiksi Rasi.