Bab 3. Memulai Penjelajahan Buku Sesaat

3 3 0
                                    

Dibukalah sebuah buku bernama Buku Sesaat. Terlihat sinar keluar dari dalam buku itu. Terdengar suara air terjun dari dalam sana. Buku itu  terasa sangat dingin ketika dipegang lebih lama. Tercium juga  bermacam-macam wangi bunga. Telah diketahui bahwa di dalam Buku Sesaat terdapat taman bunga yang begitu besar, lebar dan panjang.

Mulai menyimak isi di dalam buku.  Tercatat sangat jelas dan detail mengenai langkah demi langkah untuk mencapai tujuan. Lembaran buku satu per satu pun dibuka, dibaca, dan dipahami. Ketika terdapat kalimat awal yang sulit dimengerti, hal itu membuat Racelivy berkali-kali mengerutkan alisnya. Dia sangat berpikir keras dengan kalimat yang sudah dibacanya.

Telah masuk, maka harus menjalankan dengan tuntas.

Jam dinding yang awalnya berdetak tiba-tiba berhenti setelah Racelivy membaca kalimat kedua dan dia pun tertarik masuk ke dalam Buku Sesaat.

Jika percaya, majulah, ulurkan kedua tanganmu, maka kamu akan menerima apa yang selama ini diinginkan.

"Di mana ini? Kenapa semuanya mematung?" Racelivy bertanya seorang diri saat melihat hewan-hewan di sana mematung, tidak ditemukan pergerakan sama sekali.

Racelivy terus menelusuri setiap jalan tanpa mengetahui arah tujuan. Terus melangkahkan kaki tanpa menggunakan sayap sekalipun. Terlihat pohon yang begitu besar bergoyang karena tiupan angin, seakan semua yang mematung itu kembali digerakkan.

Suara hewan-hewan pun kembali terdengar. Angin bertiup begitu kencang dan hujan pun turun dengan sangat deras, sehingga membasahi Buku Sesaat. Hal itu sangat membuat Racelivy seakan tidak percaya dengan pembekuan barusan.

Untungnya ada pohon besar di depan yang siap menampung Racelivy untuk berteduh. Pohon yang besar dan rimbun memang sangat cocok dan pas menjadi tempat berteduh.

"Bagaimana caranya aku menemukan pemusnah tangkal itu?" Lagi-lagi Racelivy berbicara seorang diri. Hanya terdapat dia dan hewan-hewan di sana. Tidak ditemukan satu peri maupun manusia yang hidup. Tempat itu sangat sunyi dan sepi.

Petir menyambar dan merobohkan salah satu pohon di sana, tepat pohon di sebelah kanan peri bermata biru. Burung-burung di sana bekerja sama untuk mengangkat pohon yang tumbang, lalu meletakkannya di tepi sungai. Seandainya, ada mahluk hidup lain selain hewan-hewan, mungkin Racelivy tidak akan merasa  sepi seperti sekarang.

Satu jam sudah berlalu, terasa getaran yang begitu kuat, seperti adanya gempa di dalam buku sesaat. Sebuah lobang mulai terbuka begitu besar dan sangat dalam. Seketika terlempar ke luar sebuah kertas kosong. Hal demikian membuat bingung dan kertas itu terlempar kedua kali, beserta pula sebuah pulpen keluar dari lobang itu.

Kertas kosong dan pulpen, muncullah pertanyaan-pertanyaan di pikiran Racelivy. Semakin diperhatikan, pulpen itu bergerak menulis sendiri ke dalam kertas yang kosong. Sangat mustahil, tetapi benar-benar nyata adanya. Hal itu disaksikan sendiri oleh peri bermata biru.

Hasil dalam kekosongan

Satu kalimat yang sangat membuat pusing. Sangat sulit untuk mencerna maksud dari kalimat tersebut.

"Hasil dalam kekosongan? Apa itu,  ya?" Racelivy mengambil satu buah ranting, lalu membuat coretan di tanah.

Sebuah rumus matematika tertuliskan di sana.

²⁵log5²× = 8. Maka x = ?

X merupakan kata kunci yang harus dicarinya. Betapa pusingnya dia karena belum pernah belajar mengenai hal itu. Sangat sulit.

"X? Si X? Kenapa harus mencari X?" Racelivy kembali memijit kepalanya.

Dia berpikir terlalu keras sampai membuat mual memikirkan hal itu berkali-kali. Memikirkan rumus matematika tidak akan ada habisnya. Racelivy sangat tidak mengerti kenapa dia membenci matematika. Pelajaran yang rumit dan sulit untuk dicerna olehnya.

Pulpen tadi kembali menulis di lembaran kosong.

Pertama, angka 25 dibuat menjadi pangkat 2.
Kedua, 2x dibagi 2 dikali ⁵log5 sama dengan 8.
Ketiga, angka yang sama dibagi dan dapatlah hasil dari X.

"Apa ini? Kenapa jadi begini? Kenapa harus matematika?"

Kosong, tidak ada jawaban lagi setelah itu. Pulpen dan kertas kembali diam, belum ada pergerakan sama sekali.

"Argh! Aku tidak sabar! Aku pusing memikirkan ini!" Racelivy sangat geram dengan semua itu.

Beberapa menit kemudian, Racelivy kembali ingat pada tujuannya dan membuat dia kembali maju dan  pantang mundur. Dia pun memutuskan untuk mencoba mengerjakan soal logaritma itu.

"Pertama, 25 dibuat menjadi pangkat 2 berarti 5². Kedua, 2x/2 X ⁵log5 = 8 berarti X = 8."

Terlihat pulpen itu mulai bergerak mengisi ruang kosong pada kertas putih yang berada di depan Racelivy.

Ada tiga langkah yang sudah kamu ikuti dalam mencari jawaban dalam soal logaritma, maka kurangkanlah dengan jawaban yang telah kamu dapatkan.

Racelivy kembali berpikir dan membaca ulang kalimat itu, lalu mulai menyimak lagi. Dia masih belum paham dengan semua itu, oleh karena itulah masih terus membaca secara berulang-ulang. Hal itu  membuat kepalanya menjadi sakit. Matematika merupakan pelajaran yang sangat menyebalkan bagi Racelivy.

Seketika terlintas sejenak maksud dari kalimat itu. Racelivy berharap prediksinya kali ini benar.

"Apa maksudnya 5?"

Benar! Carilah 5 huruf kunci untuk mendapatkan pemusnah tangkal!

"Bagaimana caranya mendapatkan 5 huruf kunci? Caranya pun tidak ada di sini. Bagaimana aku bisa  mengetahuinya?" Racelivy kembali membolak-balikan buku itu, tetapi tidak didapatkan juga satu pun petunjuk.

Semua kesia-siaan dirasakan oleh peri bermata biru. Petualangan yang dialami sekarang sangat tidak mengasyikkan bagi dia. Selain harus berhadapan dengan matematika, Racelivy pun harus menghadapi ketidakpastian. Belum ditemukan juga petunjuk selanjutnya.

"Aku harus bagaimana ini? Kenapa sulit sekali menghancurkan kota itu?"

Kesabaran adalah kunci utama.

Dia tidak menghiraukan kalimat itu, peri bermata biru masih terus mencari petunjuk kunci dengan caranya sendiri dengan cara terus menelusuri setiap tempat di dalam Buku Sesaat, satu per satu.

"Aaaa!" Dirasakan sesuatu telah menarik kakinya.

Dia tidak bisa berdiri. Kaki terasa sakit. Racelivy hanya bisa duduk diam menunggu pertolongan datang. Semua tidak berjalan seperti apa yang telah dibayangkan.

Livy, datanglah ke sini!

Lagi-lagi satu kalimat kembali terdengar. Hal itu membuat Racelivy kaget dan takut.

Angin bertiup begitu kencang, Racelivy merasakan hawa di sana semakin dingin, seperti sedang berada di Korsenalika saat musim dingin. Korsenalika merupakan kota terdingin di Provinsi Tarxahan. Tidak dipungkiri bahwa kita harus memakai pakaian tebal ketika berkunjung ke sana.

Buku Sesaat sekarang sedang tidak  baik-baik saja. Setelah terasa sangat dingin, sekarang malah terasa sangat panas. Panas yang sangat menyengat seakan ingin membakar tubuh. Cuaca di sana berubah hanya dalam beberapa menit saja. Berubah seenaknya, seperti tidak ada yang mengontrol.

Aiu! Aiu! Sana, pergi! Aiu! Aiu! Sini, datang! Aiu! Aiu!

Kata 'Aiu' selalu menyertai.

Aiu! Racelivy! Aiu! Apa kabar? Aiu! Semoga betah. Aiu! Harap lebih bersabar.

Sebuah buku kecil terlempar ke arah peri bermata biru. Buku kecil yang sangat berdebu itu telah mengalihkan pandangannya. Buku berukuran kecil, berdebu, dan usang. Buku yang sangat menghawatirkan. Buku yang seharusnya menjadi bahan ilmu malah tersimpan bertahun-tahun tanpa dibaca dan disentuh sama sekali.

"Buku juga mempunyai hati yang tidak bisa dipaksakan." Derrick tersenyum lebar. Dia tiba-tiba mendekati Racelivy, peri bermata biru itu.

"Au!" Terlihat sebuah pisau terus memotong.

Petunjuk Buku Sesaat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang