Bab 4. Emosi membuat Kegagalan

1 1 0
                                    

Sebuah pisau terdengar seperti sedang memotong benda satu per satu, dari kanan ke kiri dan atas ke bawah. Semua itu terasa mengerikan ketika berhadapan dengan benda tajam itu. Apa yang sedang dilakukan seseorang dengan pisau? Keringat pun kembali bercucuran.

"Lakukanlah apa yang saya perintahkan atau nyawamu menjadi taruhannya?" Tatapan dan perkataan yang lawan bicara begitu mengerikan. Evidara hanya mematung mendengar hal itu, tidak bisa bergerak, kakinya gemetar. Tidak berani untuk menatap orang yang berada di depannya sekarang.

Kedengarannya suara laki-laki, tetapi perempuan berkacamata bolong itu  mendengar suara yang tidak asing barusan, seperti suara yang sangat sering dia dengar.

"Felcon?" ucap perempuan berkacamata bolong itu kaget menengok ke atas.

"Hai, Evidara! Kita bertemu kembali." Felcon tersenyum lebar.

Melihat keberadaan pisau itu semakin mendekat. "Mau apa?" Evidara refleks mundur.

"Ada ayam?" Jawaban dari Felcon seketika membuat Evidara terkekeh.

"Lapar, Kak?" balasan pertanyaan dilontarkan oleh Evidara.

Felcon dan Evidara sangat sering bercanda, terkadang bercandaan dari pria itu sangat tidak lucu.

"Iya, aku tahu ini garing banget, kan?" Felcon menggaruk-garuk kelapanya yang tidak gatal.

"Lucu kok, Fel. Lucu banget." Perempuan berkacamata bolong itu mengacungkan kedua jempol.

"Berhentilah mengejek!" Felcon memalingkan wajahnya dan disertai posisi kedua tangan yang dilipat di dada.

Evidara tidak bisa berhenti tertawa melihat kelakuan temannya itu. Dia berjalan menuju lemari es, lalu mengambil seekor ayam dan memberikan kepada Felcon.

"Apa, nih? Bayar apa gratis?" tanya Felcon yang kembali mengundang tawa perempuan berkacamata bolong itu.

"Bayar, Fel! Di dunia ini gak ada yang gratis!" Evidara menepuk pundak Felcon.

"Serius? Pelit banget." Felcon menepuk balik pundak Evidara.

Evidara masih berusaha menahan tawanya.

"Ketawa aja kalau mau ketawa. Gak usah ditahan," lanjut Felcon yang akhirnya memecahkan tawa Evidara  yang sangat kencang.

"Udah, ah! Aku sakit perut." Evidara kembali mengambil ayam yang sudah diberikan kepada Felcon, lalu  memasak ayam itu menjadi opor.

Langit masih terlihat gelap, tidak ada cahaya apa pun yang menyinari. Keadaan di dalam Buku Sesaat terasa sangat gelap dan menakutkan. Racelivy menerima buku kecil tanpa tahu tujuan dan isi di dalam buku itu. Dia ingin membukanya, tetapi tidak bisa. Sepertinya buku itu sudah digembok sang pemilik.

Selembar kertas keluar lagi dari lobang yang ada di depan. Sebuah pulpen kembali menari di sana, menuliskan beberapa perjalanan yang harus ditempuh yaitu perjalanan yang sangat singkat.

Temukanlah buah silikon!

"Apa lagi itu?" Racelivy sangat tidak percaya. Dia bingung harus mencarinya ke mana di antara banyak pohon. Masih terus mencari di antara banyak pohon, tetapi tidak satu pun pohon yang terlihat berbuah.

"Kenapa harus mencari yang tidak ada? Menyusahkan sekali!" Setelah peri bermata biru itu mengucapkan kalimat terakhirnya, seketika terdengarlah suara gemuruh berkali-kali dan satu kalimat pun kembali terdengar.

Kamu telah gagal!

Kalimat 'menyusahkan sekali' telah membuat Racelivy gagal dalam penjelajahan pertamanya.

"Apa salahku? Kenapa bisa gagal? Belum juga memulai." Emosi Racelivy tidak bisa terkontrol. Angin bertiup sangat kencang dan kembali merobohkan satu pohon. Pohon itu hampir menimpa Racelivy, untung saja dia cepat menghindar.

Peri bermata biru itu kembali duduk di bawah Pohon Sesaat. Pohon besar dan rindang yang menurut dia sangat aman untuk menjadi tempat berlindung. Racelivy masih merenungkan nasibnya di sana dan sekarang dia pun menjadi sangat bingung.

Langit yang awalnya gelap, seketika sekarang menjadi terang. Seperti sehabis hujan ada pelangi yang menghiasi. Matahari muncul di dalam Buku Sesaat, menyinari pohon dan hewan, serta Racelivy di sana. Tidak terasa hari sudah berganti, tetapi tidak ada satu tanda apa pun.

Terdengar kebisingan dari semak-semak di dekat Pohon Sesaat. Ingin mencoba mendekat, tetapi masih ada keraguan. Dia kembali mengurungkan niatnya itu.

Seekor panda kembali mendekati Racelivy dan ikut duduk di bawah Pohon Sesaat. Panda itu terlihat kesakitan. Dia pun mengecek panda itu dan ternyata ditemukan luka. Luka yang begitu dalam. Peri bermata biru melihat ke kanan dan ke kiri, tetapi sepertinya tidak ada yang bisa dimintai tolong.

Racelivy memegang luka yang ada di lutut panda itu, lalu mencoba menyembuhkan dengan mantra yang diketahuinya. Terdengar jeritan panda itu kesakitan.

"Hahara! Sembuh! Sembuh!" Racelivy masih memegang luka panda itu.

Setelah 30 menit berlalu, akhirnya rasa sakit pada lutut panda itu pun hilang. Seketika luka sembuh tanpa obat apa pun. Panda itu merasa senang, dia tersenyum, lalu memeluk peri bermata biru.

Kedua kalinya, terdengar lagi kericuhan dari sebelah kiri, Racelivy memutuskan untuk ke arah asal suara kericuhan itu. Kali ini dia memberanikan diri, meninggalkan panda itu duduk sendiri di bawah Pohon Sesaat.

"Aaaa!" Racelivy kembali menutup matanya. Padahal, dia belum melihat apa pun di sana.

Peri bermata biru itu kembali mengintip. "Kosong? Tidak ada apa pun?"

Ketakutan yang telah membuat Racelivy menjadi cemas seperti sekarang. Belum juga dia kembali ke bawah Pohon Sesaat, tetapi suara berisik itu kembali terdengar. Kali ini dia berjalan tidak dengan tangan kosong, peri bermata biru mengambil sebuah balok yang berada dekatnya. Dia memegang erat balok itu.

Menjaga diri agar tetap aman sangat diperlukan. Terlebih dia tidak bisa bergantung dengan siapa pun karena tidak ada yang bisa dimintai bantuan. Berjalan maju, tetapi suara itu semakin menjauh. Keanehan mulai dirasakan oleh Racelivy.

Dia berjalan semakin mendekati Pohon Sesaat, padahal suara itu tadinya sangat jauh dari pohon itu. Seketika suara itu terdengar semakin dekat, seperti berasal dari belakang panda itu. Panda pun tiba-tiba menjerit ketakutan melihat wajah serius Racelivy.

"Tenang, aku tidak akan menyakitimu! Aku hanya mencari suara yang berisik itu." Panda itu kembali tenang dan mengikuti Racelivy mencari keberadaan suara itu.

Mereka berdua terus memutari Pohon Sesaat berkali-kali. Berputar pada tempat yang sama. Kembali merasakan dunia seakan berputar-putar, mereka pun memutuskan kembali duduk.

Merlihat bayangan sekilas di dekat Pohon Sesaat. Tidak tahu ini nyata apa hanya sebuah ilusi. Mata mereka masih berkunang-kunang. Racelivy kembali memfokuskan pandangannya pada satu arah, tetapi belum bisa terfokus. Kepala peri bermata biru masih terasa pusing dan mata  berkunang-kunang.

Peri bermata biru itu melihat ada genangan air di samping panda. Dia memutuskan untuk mengambil air itu, lalu membasahi matanya. Alhasil, pandangannya bisa terfokus pada satu titik.

Racelivy merasa kaget setelah melihat apa yang ada dalam pandangannya sekarang. Merasa mustahil, tetapi tatapan sudah fokus. Hal ini membuatnya sangat tidak percaya. Sebelumnya, dia tidak melihat satu peri maupun manusia tinggal di sana, tetapi sekarang sangat bertolak belakang, walaupun dia hanya melihat dalam sebuah bayangan.

Bayangan laki-laki muda, terlihat dari postur tubuhnya yang begitu tegap, dengan rambut gaya short style with messy bangs, yang menjadi ciri khas. Bayangan itu kembali berpindah tempat dan membuat peri bermata biru masih terus mengikuti. Rasa penasaran membuat dia sampai mengikuti ke tempat terakhir bayangan itu berhenti.

"Ma-manusia? Siapa itu? Bagaimana mungkin?" Terlihat bayangan laki-laki di dekat Pohon Sesaat menggemparkan semua yang ada di dalam Buku Sesaat.

Petunjuk Buku Sesaat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang