Bab 5. Membuat Sesak

1 1 0
                                    

Terasa dingin menyeluruh ke dalam tubuh, ketika sosok dari bayangan laki-laki membuat Racelivy penasaran. Ketika semakin didekati,  tetapi perlahan menghilang tanpa terlihat wajah dari bayangan itu. Sosok misterius yang tidak tahu datang dari mana dan tiba-tiba saja muncul. Semua itu membuat keingintahuan Racelivy semakin menggebu-gebu.

Getaran yang sangat kuat sekarang terjadi begitu saja. Pergerakan tanah mulai terlihat. Pasir mulai menutupi lobang besar yang ada di depan peri bermata biru. Lobang di tanah kembali tertutup dan Pohon Sesaat sedikit demi sedikit berpindah tempat, lalu kembali menetap, berhenti di satu tempat, sejauh 2 meter dari tempat asalnya.

Daun-daun mulai rontok dari pohon. Kulit pohon mulai mengelupas dan  terbukalah satu lobang yang sangat dalam, serta gelap. Tercium aroma kue yang sangat menyengat disertai oleh bau cat dari dalam sana. Apakah petualangan kedua kali akan dimulai? Hal itu terus mengusik pikiran peri bermata biru.

Racelivy kembali bangkit dan berdiri. Walaupun tidak dipungkiri masih ada keraguan di hati, dia mencoba kembali dan lebih bersabar. Peri bermata biru sudah belajar dari kejadian sebelumnya dan tidak ingin gagal untuk kedua kali.

Keluarlah sebuah ranting dari dalam Pohon Sesaat beserta sekaleng cat kecil. Kaleng kecil, tetapi tidak dipungkiri bahwa isi dalam kaleng itu begitu padat. Ranting kayu yang didapatkan pun begitu tebal sehingga tidak mudah patah.

"Untuk apa ini semua?" Semua itu kembali mengundang tanda tanya dari Racelivy.

Tandailah setiap jalan yang telah kamu lalui dengan ranting dan cat itu.

"Aku harus berjalan ke mana? Aku tidak tahu arah." Racelivy menarik napas perlahan.

Sebuah pulpen kembali membuat tulisan di dalam kertas kosong.

Ikuti kata hatimu.

Jawaban yang sama sekali tidak memberi solusi. Racelivy kembali mengeluh. Dia hanya bisa berjalan tanpa tujuan. Tidak ada yang memandu dan menyertai, sulit bagi peri bermata biru berada di dalam Buku Sesaat.

Sulit, tetapi Racelivy tidak mau menyerah. Terus mengikuti kata hati  dan menjalankan apa yang tersurat dalam kertas kosong. Peri bermata biru sangat sulit untuk fokus dan membuat dirinya terus berjalan sesuai dengan pikiran sendiri saja.

Dia mulai berjalan ke sebelah kiri dan setelah itu arah lurus ke depan. Ketika ada belokan Racelivy kembali belok ke sebelah kanan. Begitulah urutan jalan yang diyakini.
Belok ke kiri, lalu lurus, dan berbelok ke kanan. Dia mulai capek dan kelelahan, jalan itu yang begitu panjang menurutnya. Telah dihabiskan waktu sekitar 30 menit, tetapi belum ditemukan juga akhir jalan dalam Buku Sesaat.

"Livy! Livy! Kamu di mana?" Terdengar panggilan dari luar Buku Sesaat. Carlos terus memanggil.

Mau apa sih, Carlos? Di mana-mana selalu aja berisik, batin Racelivy,  merasa terganggu dengan suara Carlos.

Setelah melihat tanda yang dibuat setiap pohon, ternyata sudah berulang kali dia melewati tempat itu. Semua burung kumpul dalam satu titik di udara, seperti sedang menunggu kedatangan seseorang. Seseorang yang bisa membebaskan mereka dari Buku Sesaat. Buku Sesaat yang sudah bertahun-tahun mengurung mereka tanpa mendapatkan makanan yang layak.

Burung-burung di sana hanya bisa memakan buah, tanpa diperbolehkan memakan satu hewan pun di sana. Hewan-hewan harus saling tolong menolong, bukan saling memangsa, peraturan demikian ada di dalam pengumuman di atas Pohon Sesaat.

Racelivy terlihat sangat kelelahan. Dia belum juga menemukan jalan yang benar. Masih saja terjebak di jalan yang pernah dilalui.

"Aku bisa bantu kamu." Terdengar suara,tetapi wujud tidak terlihat sama sekali.

"Siapa kamu? Kenapa aku tidak bisa melihatmu?" tanya Racelivy. Dia kaget.

Tidak ada jawaban sama sekali. Hanya hembusan angin dan suara kicauan burung-burung yang terdengar. Sunyi, semua hewan hanya diam. Hanya satu jenis hewan saja yang memiliki wewenang untuk bersuara. Hewan yang lain tidak mempunyai hak apa pun, hanya burung yang bebas berkicau.

Kicauan burung menghiasi Buku Sesaat. Suara hentakan kaki yang terdengar sangat jelas pun semakin mendekat, mulai terasa getaran yang kuat. Seekor gajah datang menghampiri Racelivy dan membawa gulungan kertas. Gulungan kertas yang berisi kata-kata, tetapi ikatan itu sulit untuk dibuka.

Bau asap mulai tercium, sangat menyengat. Mata kembali berkunang-kunang, Racelivy tersungkur.

Panda kecil menghampiri dirinya  dengan membawa selembar kertas. Selembar kertas berisi perintah untuk menyelesaikan soal yang ada.

Dalam satu kardus berisi lima lusin wafer. Harga satu kardus Rp 75.000. Bu Susan menjualnya seharga Rp 1.000, lebih mahal dari yang dibeli.
Berapakah total keuntungan penjualan setiap bungkus wafer?

Kali ini merupakan soal cerita. Dia harus memecahkan soal itu dan menjawab dengan benar. Perlu beberapa jam untuk mencerna soal tersebut. Hal itu sangat membuat Racelivy pusing.

Setelah menemukan jawaban, carilah  dan petik daun putih sebanyak jawaban yang kamu temukan.

"Mana ada daun berwarna putih? Ini aja sudah tidak masuk akal." Racelivy terus menggerutu.

Daun putih yang hanya ada di seberang danau. Menurut seekor panda, daun itu merupakan daun langka dan tidak semua orang bisa memetiknya. Daun berwarna putih memiliki corak yang sangat berbeda dari daun biasanya. Bercorak kotak-kotak dengan garis hitam di setiap sudut.

Sekitar 3 jam telah berlalu, akhirnya Racelivy menemukan jawaban dari soal cerita itu. Peri bermata biru sangat berharap bahwa jawaban yang diperoleh bisa benar.

Racelivy mengambil pulpen dan mengisi jawaban di kertas kosong.

Dalam satu kardus berisi 5 lusin wafer, artinya 5×12 = 60.
Jika menjual dengan untung Rp 1.000, maka hasilnya 1.000×60 = Rp 60.000.

Harus mencari dan memetik 60.000 daun putih.

Peri bermata biru seketika kaget dan pingsan melihat jumlah yang harus didapatkan. Menemukan satu daun pun tidak mudah. Bagaimana mungkin harus menemukan 60.000 daun putih yang sangat langka itu.

Satu jam sudah berlalu, Racelivy tersadarkan dari pingsan. Baru saja bangun dan berusaha untuk berdiri, tetapi kabut tebal menghampiri. Pada satu titik di tempat Racelivy berada, asap pun terus terhirup. Dia merasakan sesak yang berkepanjangan.

"Tolong! Tolong!" Terus menjerit meminta tolong, tetapi tidak ada satu pun yang mendengar.

Kabut telah menutupi tubuh Racelivy. "Uhuk! Uhuk!" Sesak semakin terasa. Dia terus memegangi dadanya. Tidak terbayangkan nasibnya akan berakhir di dalam Buku Sesaat. Air mata kembali menetes, berharap ada seseorang yang membantu. Dia hanya bisa pasrah.

Seketika pandangan peri bermata biru terpaku pada satu titik yang membuat dirinya diam mematung. Tidak bisa berkata-kata lagi dengan apa yang dilihat. Wajah Racelivy kembali memucat. Matanya terlihat sayu, pandangan sekarang menjadi samar-samar. Hal yang dilihat sangat mengejutkan. Benar-benar tidak bisa dipercaya, sangat sulit untuk diungkapkan oleh kata-kata. Begitu berat.

Racelivy hanya bisa berharap dengan apa yang sudah dilihatnya tadi. Berharap pertolongan segera datang.

"I-itu?" Pandangannya seketika menjadi gelap gulita.

Petunjuk Buku Sesaat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang