🦋 I HOPE 🦋

18 5 4
                                    

STORY challenge part 03

Author;

1. V_JEY as Anak Unyuk Fiksi
2. Nazwa as Anak Etuc Fiksi⁩
3. Kiondra as Bunda Fiksi
4. David as Profesor Fiksi⁩
5. Karu as Lentera Fiksi⁩
6. Dini as Adik Fiksi⁩
7. Emaa as Anak Fiksi⁩
8. Riri as Anak Fiksi⁩
9. yuze as Anak Fiksi

\\🦋//

Alana berjalan terburu kala senja terlihat dari jendela rumahnya, berlomba dengan mentari yang akan terbenam menuju taman bunga.

"Semoga dia masih ada di sana."

Alana begitu takut kehilangan kesempatan untuk bertemu dengan pemuda yang menjadi pujaan hatinya. Ia harus bertemu dengan pujaan hatinya. Alana mau menjelaskan segala kesalahpahaman yang terjadi.

"Jangan pergi dulu, Ditya. Aku mohon"

Harapan Alana hanya Ditya, orang yang sangat dia percaya dan cintai. Meskipun sejak 3 tahun yang lalu, hubungan mereka tidak memiliki status apa pun.

"Ditya!" teriak Alana saat melihat Ditya hendak pergi dari kursi di taman.

"Ditya, jangan pergi ...." Alana mencekal tangan Ditya, menatap laki-laki itu sendu.

"Apa?" tanya Ditya, tatapannya tajam dan tidak ada ramah-ramahnya.

"Ini semua hanya salah paham, Ditya. Aku ingin kau mengetahui hal i--" jawab Alana terpotong.

"Semua sudah jelas, Alana. Tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan."

Alana membisu, pikirannya berkelana jauh melalui memori usang yang tersimpan di ruang pikirnya. Dulu, segalanya terlihat baik-baik saja.

Kapan semuanya mulai berubah?

"Kita, katamu. Memangnya kapan aku dan kamu menjadi kita? Toh kamu semudah itu membuang kepercayaan karena hal kecil yang bahkan belum ada buktinya." Lisan Alana meloloskan kekehan menyindir.

Alana sangat kecewa kepada Ditya, kesalahpahaman di antara mereka tidak pernah Alana mengerti dengan baik.

"Mengapa dia lebih mempercayai ucapan yang belum tentu benar itu?" batin Alana.

"Apakah kamu benar-benar mempercayai itu? Jika kamu benar mempercayai itu dan tak percaya dengan aku, aku sungguh sangat kecewa kepadamu!" ucap Alana sambil menahan tangisannya.

Ditya sangat dilema, di satu sisi ia mendengar dari temannya, di sisi lain memang tidak ada bukti nyata kalau Alana bersama dengan laki-laki lain.

"Aku ... aku bingung Alana," kata Ditya terbata.

"Kenapa kamu bingung, semuanya tergantung dirimu sendiri. Coba kamu pikir lagi apakah kamu memilih untuk percaya pada temanmu atau aku," ucap Alana dengan penuh harapan kepada Ditya, agar dia tidak harus percaya orang lain tanpa ada bukti nyata.

Ditya terdiam, sorot matanya lurus kedepan seakan enggan menatap netra Alana yang kini mulai berkaca-kaca.

Alana tertegun.

"Setidak percaya itukah kini kekasihnya, kepadaku? Cih, bahkan dalam hubungan ini aku dan dia tidak bisa disebut kita."  Terbersit kalimat itu dalam hati Alana, hingga tetesan bening lolos di pelupuk matanya.

Kepalanya menunduk mencoba untuk tidak menunjukan rasa sakit itu di depan Ditya, dengan pelan ia memukul dadanya yang terasa sesak. Siapa yang tahan dengan hubungan tanpa STATUS selama 3 tahun? Jelas Alana adalah orang yang bodoh kalau dipikir dalam-dalam.

"Tuhan, sungguh ini menyakitkan," Gumam Alanan pelan, hingga tiba-tiba dia terusik dengan langkah kaki di sebelahnya.

Sponta Alana menatap ke arah Ditya yang kini menatapnya dengan tatapan tajam.

"Buktikan sekarang, maka aku akan  percaya padamu, Alana Anindya," ucapnya dengan tegas, di mana sorot mata elang Ditya menatap tajam ke arah Alana.

Ditya tertegun sejenak, lalu menatap remeh kekasihnya. Lalu wajahnya ia dekatkan tepat di sisi telinga Alana.

"Kenapa dia, hm? Alananya Ditya ingin menjelaskan apa, sebelum aku berubah pikiran maka jelaskan sekarang juga."

Perkataan itu membuat Alana terhenyak, lalu spontan menatap Ditya, kini jarak mereka begitu dekat. Deru napas masing-masing dapat Alana rasakan.

"A-aku ...."

Ditya mengangkat tangannya, mengusap air mata yang mengalir di pipi Alana.

"Aku tidak pernah membohongimu dalam masalah apa pun Dit," ucap Alana tegas dengan tatapan yang tertuju pada Ditya. Ditya menahan senyumnya ketika mendengar hal itu.

Ia sebenarnya tahu bahwa Alana tidak pernah membohonginya, bahkan perempuan itu selalu berusaha untuk terus berjuang pada hubungan mereka yang tidak pasti ini.

"Oh ya? Lantas apa penjelasanmu tentang semua ini Alana?" tantang Ditya. Lelaki bertubuh tegap itu masih ingin membuat Alana bingung.

"Ditya, saat itu aku memang tengah berada di sana. Aku sendiri saja, tidak bersama lelaki. Entah bagaimana laki-laki itu bisa ada di sampingku lalu tanpa tahu malu ia memelukku." Alana terisak pelan, ia sudah kehabisan kata untuk meluruskan kesalahpahaman di antara mereka.

Kejadian kemarin pun membuat Alana menyesal ketika dia nekat pergi ke pasar malam dan bertemu dengan teman-temannya, janji temu mereka tidak berjalan baik karena ternyata Alana dijebak oleh beberapa rekannya agar terlihat bersama laki-laki lain.

"Jika memang begitu, berarti Bayu berbohong padaku?" tanya Ditya masih ingin melihat wanita yang dia cintai merasa bersalah.

"Kalau boleh tahu, apa yang dia katakan padamu?" tanya Alana, pasalnya tadi ketika ditelpon Ditya hanya berkata jika ia telah mengkhianati hubungan mereka.

"Bayu bilang kamu berkencan dengan laki-laki lain. Oh ayolah Alana, aku tahu hubungan kita bukan seperti orang kebanyakan. Aku memang tak pernah berkata jika kau adalah kekasihku, tapi dengan semua hal yang kita lalui bukankah itu menunjukan statusmu denganku? Apa pantas wanita yang tengah dekat dengan laki-laki berkencan dengan orang lain?" cecar Ditya membuat Alana tak percaya.

Alana melupakan satu hal, jika Ditya tak pernah memintanya untuk menjadi kekasih dari laki-laki yang disukai banyak wanita itu.

"Ditya aku ...."

Sudah, Ditya tak lagi bisa meneruskan sandiwara ini. Hatinya turut sakit ketika melihat wanita yang ia cintai menangis.

"Alana dengarkan aku! Aku pastikan jika aku hanya untukmu dan kamu hanya milikku. Malam ini, tak peduli lagi apa kata mereka aku ingin sampaikan jika aku, Ditya Pranata mencintai Alana Anindya." Ditya menggenggam lembut jemari Alana, wanita yang sudah lama bertahta di hatinya.

"Aku kita setelah lulus kuliah, biar kamu gak kemana-mana sendiri lagi."

"Ditya kamu ..."

"Aku mencintaimu Alana. Aku percaya padamu," tegasnya sekali lagi hingga menghadirkan senyum cantik di bibir Alana.

"Aku harap senyummu tak akan pernah hilang. Aku harap hubungan kita tak akan pernah terputus Alana Anindya." Ditya dengan sadar mengecup kening kekasih hatinya setelah menyematkan cincin emas dengan bentuk hati.

Ya aku harap begitu.

"Terima kasih, Ditya. Jadi, sekarang hubungan kita dinamakan apa?"

"Mantan hts?"

"Ih, Ditya!"

"Hahaha, bercanda, Sayang. Pacar aku yang cantik, calon istriku yang manis."

\\🦋//

I HOPE
Rumah Ramah Penulis, 27 Mei 2024.
Sekalipun berharap adalah cara sederhana untuk terluka, aku akan tetap memilihnya.

Thanks for reading!❤️

MINI SERIES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang