STORY challenge part 06
Author;
1. V_Jey as Anak Unyuk Fiksi @vjey28
2. Emaa as Anak Fiksi @Emaa_wlsh
3. Titan as Gadis Pemimpi Fiksi @Kaelaraa
4. Karu as Lentera Fiksi @Ari_Karu
5. Nazwa as Anak Etuc Fiksi @ZazaAsasa\\ 🦋 //
Anak-anak di desaku berlarian ke sana kemari, mereka terlihat senang ketika ada yang menyebut 'ini hari karnaval' sambil berkeliling ke desa lain. Mungkin ini adalah hari yang istimewa bagi mereka, hingga aku merasakan betapa antusiasnya anak-anak itu.
Kebiasaan di desa kami memang cukup unik di setiap tahunnya, berbagai tema mereka ambil untuk meramaikan hari yang konon katanya adalah 'Kemerdekaan'.
Tetapi, aku lihat di antara senyuman anak-anak itu ada satu anak perempuan yang memasang wajah sendu. Tidakkah adil jika semua orang bahagia hari ini, tapi dia murung seperti itu sekarang?
"Hai, apa yang membuatmu bersedih? Apakah ada masalah?" tanyaku.
"Hallo kak, tidak ada. Aku baik-baik saja," balas anak perempuan tersebut dengan senyuman kecilnya.
Kebohongan kecil, memanggil secuil rasa cemas pada mindaku. Pikiran-pikiran jelek sengaja kutepis, seraya mengukir senyum kecil di sudut bibirku.
"Apa kamu sendirian? Mau melihat-lihat bersamaku?" Tanganku terulur. Obisidannya beradu pandang dengan milikku, masih memandang takut-takut.
"Hei, apa aku terlihat seperti seorang pencuri?" Bibirku mengerucut.
Sontak gadis itu menggelengkan kepalanya. "Tidak!"
Kekehan lolos dari lisanku. "Aku Zaza," ucapku memerkenalkan diri. Tanganku masih setia menunggu untuk dibalas uluran tangannya.
Perlahan, anak perempuan itu membalas uluranku dengan tangan mungilnya. "Halo, Kakak Zaza."
"Baiklah Anak manis, sekarang giliran kamu memperkenalkan diri. Siapa namamu?" tanyaku pada anak kecil dengan tatapan yang menyiratkan kesepian itu.
"Namaku Tania, Kak."
Aku tersenyum seraya mengangguk. "Baiklah, mau jalan-jalan bersama?"
"Iya, Kak."
Aku pun membawa dia berkeliling, bergenggaman tangan, dan bercerita banyak hal.
"Dulu, aku juga takut sendirian, Tania. Aku selalu ditemani ibuku, apalagi saat acara karnaval seperti ini."
Aku bercerita sepenggal rasa yang mengganjal di hatiku, melihat Tania yang polos sedang menantikan kalimatku selanjutnya.
"Banyak orang yang aku tidak kenal, aku takut kalau aku hilang di antara mereka dan tidak bisa kembali pulang."
Tania menganggukkan kepalanya, "Lalu, kenapa sekarang Kakak berani keluar sendirian?" tanya Tania.
Aku tersenyum tipis ketika mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut mungil Tania. Pertanyaan itu, membuatku teringat memori lama yang kini terputar kembali.
Sepertinya waktu itu sama dengan Tania, umurku masih tujuh atau delapan tahun saat pertama kali datang ke karnaval. Aku digandeng ibuku, kami melihat begitu banyak hal yang sangat luar biasa.
Miniatur bangunan, keranda makanan, hantu-hantu yang menyeramkan, bahkan ada yang lucu-lucu juga, seperti badut dan orang-orang yang berdandan seperti karakter tv.
Suara-suara keras berdentang memekakkan telinga, banyak orang yang berteriak-teriak tanda antusias mereka. Aku melirik ibuku kala itu, dia sedang sibuk melihat naga raksasa yang lewat di depan kami.
"Bu, mereka sangat menakutkan."
Ibu melihatku seraya mempererat genggamannya, "Za, mereka tidak menakutkan. Itu manusia biasa yang didandani saja," jawab ibuku dengan lembut membelai rambut.
"Iya, Bu?"
"Iya, nanti kalau Zaza sudah besar. Terus ikut karnaval seperti ini, Zaza bebas mau jadi apa pun yang Zaza mau. Zaza, kan, pemberani."
"Ibu, benar." Aku tersenyum senang, menanggapi senyuman ibuku yang masih melekat sampai sekarang.
"Kenapa kakak diam? Pertayaanku salah ya, Kak? tanya Tania dengan raut wajah bersalah.
"Tidak." balasku dengan cepat
Tania menatap menyelidik. "Sekarang Kakak yang aneh."
Aku tersentak. "Hei! Apa maksudmu?" Netraku balas menyelidik. "Jadi ... kamu mengakui kalau tadi kau bersikap aneh?"
Kedua bahu gadis itu terangkat. "Orang-orang memanggilku aneh, jadi kurasa Kak Zaza juga berpikir demikian."
Sebuah pitakan hinggap di dahi Tania. Pelakunya siapa lagi kalau bukan aku, Zaza si Anak unyu.
"Aw, Kak Zaza!" Tania merengek seraya melotot ke arahku setelah mengusap-usap jidatnya, aku hanya terkekeh geli melihatnya cemberut.
"Tania, orang tuamu di mana?"
"Tania ... tidak tahu mereka di mana," jawab Tania.
Aku sedikit tersentak saat mendengar jawaban dari Tania. Aku tidak tahu, makna apa dibalik jawabannya itu. Yang dapat aku tangkap dari raut wajahnya, sepertinya ada suatu 'hal' yang membuat anak dengan rambut panjang dan wajah menggemaskan itu menjawab demikian.
"Baiklah, jangan diteruskan lagi pembahasannya. Kamu mau beli ice cream?" tanyaku berusaha mengalihkan topik yang tadi membuat suasana menjadi canggung.
"Boleh, tapi Kakak yang belikan, ya?"
"Pakai uang kamu, lah," balasku dengan nada gurauan.
"Ish Kakak! Ayolah ...," Tania merengek kepadaku.
"Hahaha ... baiklah. Karena kakak baik, kakak akan belikan. Ambil sepuasmu," balasku sambil mengacak gemas surai Tania.
"Kak Zaza baik. Aku sayang Kak Zaza!"
Tania merengkuh tubuhku dalam lengan mungilnya. Memaksa dadaku perlu mengeluarkan lebih banyak upaya untuk meraup oksigen.
"E ... eh?" Semburat merah muda hinggap di wajahku. Buru-buru kutepis. "H-hei, kamu jadi beli ice cream tidak?"
Tania mengangguk semangat. Tangan yang tadinya merengkuh kini menarik tanganku antusias.
"Ibuku sudah lama tidak pulang, Kak. Ayahku juga sibuk bekerja, aku tinggal bersama Nenek saja sekarang."
"Berarti kamu harus bersikap baik pada nenekmu, mengerti?"
"Ya, aku mengerti."
"Tania, sesuatu yang hilang tidak benar-benar hilang. Kamu masih memiliki kenangannya, ingat itu aja, oke?"
"Hmm."
"Menyenangkan, bukan?"
"Iya, Kak Zaza. Sangat menyenangkan."
"Selamat hari Kemerdekaan."
\\ 🦋 //
SECAWAN RINDU
RUMAH RAMAH PENULIS, 17 AGUSTUS 2024.
Kamu adalah salah-satu kisah yang tidak akan pernah aku lupakan, sekalipun menyakitkan.THANKS for reading ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
MINI SERIES
Cerita PendekMINI SERIES adalah kumpulan cerita challenge di Rumah Ramah Penulis, yang dibuat oleh para anggota aktif dan bersemangat menyalurkan ide mereka jadi sebuah kisah yang ikonik. Mini Series dibuat dengan tujuan mengapresiasi karya bersama dengan publis...