PART 3

8 1 0
                                    


_______


Seorang gadis tampak bergelung dengan selimut tebalnya saat merasa suhu dingin merambah ke kulit nya.

Matanya menyipit saat setitik sinar matahari yang entah berasal dari sudut mana tepat mengenai matanya.

Ia meraih ponselnya tanpa merubah posisinya.

09.15

Brak

Kiarra otomatis melompat dari atas ranjangnya dengan wajah cengo.

"Bangsat, gue telat!" Umpatnya seketika berlari menuju kamar mandi. Ini merupakan rekor pertama Kiarra telat sampai jam segini. Biasanya ia hanya telat 15 menit atau paling lama 45 menit saja.

Sekitar 20 menit kemudian, Kiarra sudah siap dan kini sudah nangkring di atas motor besar miliknya. Tingginya yang 172 cm membuat ia tak mengalami kesulitan untuk mengendarai motor tinggi itu.

Seketika, jiwa-jiwa pembalap Rossi hinggap dalam diri Kiarra. Menyalip pengendara-pengendara lain dengan lihai. Bukannya apa, hukuman memang sudah biasa ia jalankan, namun hukuman itu berlaku setelah di omeli panjang lebar oleh guru BK yang cerewet nya minta ia selepet, tapi tak boleh, kan orang tua.

Waktu tempuh yang biasanya ia habiskan selama 20 menit menuju sekolah, sekarang ia potong menjadi 10 menit.

"Ah  berasa jadi Rossi dadakan gue." Ujarnya membuka helm nya.

"Astagfirullah, dek! Ini udah mau jam istirahat dan kamu baru dateng?" Pekik Pak Irwan selaku satpan penjaga gerbang. Matanya melotot serta mulutnya yang terbuka.

"Hehe, Pak! Bukan gerbang nya dong, saya lagi pengen belajar banget ini. Nanti saya traktir beli kopi sama gorengan deh, janji." Mohon Kiarra pada pria berusia 47 tahun itu.

"Hallah, sok-sok an kamu. Pake pengen belajar segala. Biasanya juga nongkrong di warung neng Risma." Celetuk pria itu membuat Kiarra cengengesan. Tak lama setelah itu, deru motor terdengar berhenti di belakangnya.

"Aduhh, kalian berdua emang, yah! Udah nggak heran bapak sama kalian."

"Kalo nggak heran, bukain napa, Pak!" Ucap cowok yang baru saja sampai itu. Jarrel. Partner terbaik Kiarra yang sayangnya menjadi salah satu teman akrab Albumi.

Kiarra mengangguk menyetujui perkataan Jarrel.

"Nanti Kiarra comblangin sama Mbak Risma dehh!" Kiarra menaik turunkan alisnya. Tertawa sinis dalam hati melihat ekspresi Pak Irwan yang mulai goyah.

"Bener loh ya! Nanti saya tagih janji-janji kamu."

"Iya, percaya sama Kiarra."

"Terima kasih, Pak Irwan calon suaminya Mbak Risma." Ceplos Kiarra saat sudah berada di dalam sekolah. Ia tertawa melihat ekspresi malu-malu Pak Irwan di sana.

"Paling bisa emang, lo!" Celetuk Jarrel merangkul bahu Kiarra. Berjalan di koridor, namun

Kriiiingg

Dengan otomatis, langkah yang sudah mengambang ke depan seketika mereka putar arahnya ke kiri membuat badan mereka berdua berubah haluan dengan posisi yang sama membuat Kiarra tertawa begitu pun dengan Jarrel. Kantin, ialah tujuan utama mereka.

"HEII KALIAN BERDUA!!!!" Teriakan menggelegar itu bak bunyi sangkakala terakhir di telinga Kiarra dan Jarrel yang kini tengah mengumpat karena ketahuan.

"Kabur, kabur,kabur!!" Bisik Jarrel menarik tangan Kiarra mengubah haluan, lagi. Bu Seno selaku guru BK tak tinggal diam, meski badannya terbilang cukup gemuk, namun ia sudah terbiasa melakukan aksi kejar-kejaran seperti ini dengan murid-murid langganan ruangannya.

BUMI ISTARI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang