"Jangan berharap apapun di hubungan ini!"
-Albumi
"Berlaku juga buat , lo! Pernikahan ini hanya di atas kertas yang bisa saja dirobek dengan mudah, kapan pun!"
-Kiarra
________
_Ketika dua sifat yang amat bertolak belakang di satukan. Akan kah be...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
_______
Terhitung sudah satu bulan lamanya Kiarra dan Albumi tinggal bersama. Selama itu pula, tak ada yang berubah. Baik sikap Kiarra yang selalu abai, begitu pun dengan Albumi.
Sore ini, tepatnya pukul enam sore, Albumi baru saja pulang dari sekolah. Minggu depan, ia akan mengikuti olimpiade terakhir nya maka dari itu sejak 3 minggu lalu, ia sudah mengikuti bimbingan.
Albumi melihat Kiarra yang tengah asik menonton di ruang tengah di serta dengan cemilan yang entah dari mana gadis itu dapat. Atau, sepertinya dibuat sendiri.
Kiarra menyadari kehadiran Albumi sama sekali tak menoleh. Ia melahap kentang goreng yang tadi ia buat cukup bnyak.
Dirinya sedari tadi dilanda bosan. Maka dari itu ia lebih memilih menonton televisi saja. Berhubung teman-teman nya juga tak ada yang mengajaknya bermain, seperti biasanya.
Albumi melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Tepat saat Albumi memasuki kamarnya, suara bel rumah berbuny.
Kiarra mengibaskan tangannya sembari berjalan menuju pintu.
"Loh, mamah!"
"Hai, sayang! Kalian apa kabar? Mama kangen banget sama kamu?" Kiarra membalas pelukan hangat Elena. Setelah itu menyalimi tangan pasangan itu.
"Ayo masuk, Pah, Mah!"
Setelah duduk di sofa, Kiarra beranjak menuju dapur. Membuatkan minuman untuk mertuanya itu.
"Ihh, ini siapaa? Lucu banget!!" Gemas Kiarra menarik tangan balita laki-laki yang sedari tadi duduk anteng di pangkuan Adelart.
"Al mana, sayang?"
"Itu mah, dia baru aja pulang. Lagi mandi mungkin!"
"Kamu panggilan bentar, ya! Mamah mau ngomong soalnya." Kiarra mengangguk kemudian mulai beranjak menuju kamar Albumi.
Tok tok tok
3 menit. Kiarra tak mendapatkan jawaban. "Masuk aja gapapa kali, ya." Gumam Kiarra. Sedikit takut. Pasalnya, ia tak pernah masuk ke kamar cowok itu.
Ceklek
Kiarra melangkahkan kakinya memasuki kamar yang tertata rapi itu.
"Ngapain lo!" Kiarra tersentak saat bahunya diputar cukup kasar. Ia mengerjab pelan. Spechless. Bagaimana tidak, keadaan Albumi sekarang hanya mengenakan handuk yang melilit di pinggang cowok itu. Tanpa atasan.
Setelah tersadar, Kiarra sontak menutup matanya dengan wajah yang mulai memanas. Ia membalikkan tubuhnya spontan membelakangi Albumi.
"Mamah sama Papah lo ada di bawah. Mereka mau ngomong." Setelah mengucapkan itu, Kiarra langsung keluar dari kamar itu. Meninggalkan Albumi yang memasang ekspresi aneh.