chapter two

45 8 0
                                    

Suara deras nya aliran sungai masih terdengar oleh ku dan menyandarkan ku dengan keadaan.

Uhuk!

Uhuk!

Tubuh ku terasa dingin, namun terpaan angin halus nan hangat terus menerus menerpa wajahku dengan lembut.

Secara perlahan mata ku terbuka, uhg hawa dingin sangat menusuk badan hingga membuatku menggigil hebat.

Pertama yang ku lihat adalah seseorang menatapi ku antusias dari jarak dekat-

Tunggu?! Seseorang?!

"Kyaaaa!"

Plak!

"K-kau siapa?"

Aku buru buru menjaga jarak dengan nya, hingga mana ku bekerja dan menodong kan sebuah pedang pada si korban yang baru saja ku tampar. Nampak muka nya mematung tak percaya menatapi wajah ku kaget sembari memegangi pipi nya yang memerah akibat tamparan ku tadi.

"Keparat! Kenapa kau menampar ku?!"

"Wajah mu sangat dekat dengan ku! A-aku takut kau akan melakukan hal sesuatu padaku tadi- ah lupakan"

Perlahan pedang yang ku pegang menghilang hingga menjadi secercah cahaya. Aku memalingkan wajah dari nya sembari memegangi kepala yang terasa berdenyut sakit.

"Maaf untuk yang tadi"

"Siapa nama mu?"

Aku menatapi orang yang ada di hadapan ku dengan intense. Memperhatikan surai pendek yang bergradasi merah hampir sama seperti ku namun dia memiliki telinga kucing. Ah sangat lucu!

"Japan"

"Apa kau orang yang menolong ku?" Tanya ku seraya membalas uluran tangan dari nya untuk segera bangkit berdiri.

"Iya, dan kau adalah orang yang hampir membunuh ku"

Disaat mengusap usap pundak mataku seketika langsung terbelalak.
"Huh?! Apa kau serius? Sejak kapan aku hampir membunuh mu?"

Dia menatapi ku datar, dengan sekali jetrikan jari tiba tiba secercah api kecil muncul di jari telunjuk nya.
"Aku adalah hewan yang kau panah beloon"

Ntah sejak kapan dia menyiap ka sebuah api unggun. Tapi setidak nya ada kehangatan yang bisa membuat ku semakin tak merasakan dingin nya malam.
"Hei ucapan mu!"
"Jadi, kau adalah kucing yang tak sengaja ku panah. Haha serius?"

"Kurasa kau memanahku bukan karena tidak di sengaja. Tapi dengan rasa dendam"

Duk!

"Kata siapa?"

Aku menyikut perut nya hingga membuat dia meringis.
"Seharus nya kau berterima kasih kepadaku karena telah menolong mu, bukan nya menyikut ku. Dasar pendek"

Aku akui paras nya memang tampan, namun perkataan nya itu sangat berbanding balik dengan wajah yang terlihat kalem, siapa sangka?

"Tinggi ku wajar. Hanya saja kau yang terlalu tinggi melebihi batas wajar"

"Tidak mau mengakui?"

Aku mengepal kan tangan. Benar benar sebal, ingin sekali ku tampar wajah nya sekali lagi. Muak dengan bibir japan yang ceplas ceplos akan fakta.

"Kemarilah! Aku tau kau butuh kehangatan. Baju mu masih terlihat basah, dan rasanya pasti tidak nyaman"

Api unggun menyala nyala hingga membuat ku tergiur untuk mendekat. Dengan perasaan jengkel aku pun duduk dan memberi jarak sekitar 1 meter dari posisi japan.

Setelah nyaman duduk, aku menoleh ke samping, japan melihatku dengan intense sembari menopang dagu. Akh kenapa tatapan nya harus begitu mendalami.

"Kenapa? Ada yang salah denganku?" Sewot ku

"Tidak. Aku hanya terheran padamu dengan kejadian tadi"

"Huh? Kejadian yang mana?"

"Kau mempunyai mana istimewa. Kenapa tidak di gunakan untuk melawan monster tadi?"

Aku mengusap ngusap kedua tangan ku di dekat perapian. Hangat mulai menjalar pada bagian sana, namun hidung di pastikan memerah akibat efek suhu yang ku hirup.

"Ntahlah. Waktu itu pikiran ku buntu"

Aku mendongak ketika surai pendek ku ada yang menyingkap kan nya hingga membuat pandangan tak tertutup lagi oleh surai poni. Aku bergerak gelisah ketika dia memainkan telinga ku dengan modus memberankan surai.

"Kau ini kenapa?!" Aku memiliki rasa sensitif pada telinga, jika ada yang menyentuh atau pun berbisik di telingaku pasti setelah nya akan memerah.

Mata ku spontan tak bisa di palingkan saat mata ruby bertemu dengan mata emerald milik ku. Kilau an ruby dari mata japan membuat ku tersihir, apalagi tatapan nya yang teduh dan sinis bak mata kucing.

"Mata yang cantik"

Aku menggulirkan mata jengah sembari berdecak. Perkataan japan seperti para lelaki buaya darat yang sedang mencoba untuk menggoda mangsa nya.

Aku baru sadar bahwa jarak duduk kami semakin saja dekat. Ini masih larut malam, mata ku mulai terasa suntuk ingin menutup. Namun kala aku menutup mata, semilir angin selalu berhasil menerpa badan hingga membuat ku tersadar kembali karena kedinginan.

'Seharus nya aku kabur pagi nanti saja' batin ku

Kejadian ini tak sesuai ekspetasi ku, aku kira perjalanan akan berakhir mulus untuk sampai ke negeri jiran. Dan berharap tidak ada lagi hambatan yang menghalangi perjalanan.

"Apa kau merasa lelah?"

Pertanyaan japan membuat ku terperanjat sampai gagal tidur. Dengan mata berat nan sayu aku pun mengangguk, tak tahan untuk terus berdusta serta berbohong saking kelewat ngantuk.

Pundak ku terasa di rangkul, kepalaku juga nyaman sekaligus berat seperti di jadikan penopang beban oleh seseorang. Tidak peduli karena apa, yang terpenting aku bisa tidur sekarang. Badan nya hangat, aku semakin mengikis jarak karena nyaman.

"Tidur lah. Malam ini aku akan berjaga"

Nikmat mana yang mau kamu dustakan lagi? Tidur di peluk oleh seseorang, suara alam yang tenang, suara deras nya air sungai bak lantunan lagu tidur. Sudah di pastikan tidur ku ini akan terasa lebih nyaman jika ada ranjang yang bisa ku tiduri. Ah dasar alam yang memukau.

Tbc.
_________________________________________

Jadi pengen liburan ke puncak...

I Miss You (Countryhumans)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang