Sekolah

379 22 2
                                    

Pagi yang cerah. Burung pun mulai bernyanyi.

"Abisin sarapan kamu! Minum susunya!"

Caca hanya mengangguk. Ya, seperti biasa. Aktivitas bersekolah atau bekerja akan dimulai pagi ini.

Caca selesai dengan sarapannya begitu juga Randy. Ah, kalau mengingat dulu, pasti sarapan mereka akan begitu cerah. Sebelum orang tua mereka meninggal.

"Ayo berangkat!" Randy membenarkan dasinya dan berdiri.

"Cuci piring dulu bang!" Caca menumpuk piring sisa mereka dan membawanya menuju wastafel.

Caca mencuci piring dan gelas sisa dibantu dengan Randy. Setelah selesai, mereka pun berangkat.

.

.

.

.

Ah, akhirnya mereka sampai di sekolah Caca.

"Abang anter ke dalam ya?" Tawar Randy lalu melajukan mobilnya untuk masuk kedalam.

"Dah, sampe!" Lanjut Randy dan memberhentikan mobilnya. Caca membuka pintu dan keluar dari mobil. Ia berlari memutar kearah kursi kakanya.

Randy membuka lebar kaca mobilnya.

"Ada apa? "Tanya Randy.

"Jajan!"

Randy menghela nafasnya dan mengeluarkan isi dompetnya.

"Nih!" Randy memberikan selembaran uang 50.000 pada Caca.

"Makasih!" Caca menerima uang itu dan berlari memasuki gedung sekolah.

Saat hendak keluar dari sekolah, Randy melihat sosok yang tak asing baginya. Ia kembali membuka kaca mobilnya dan mengeluarkan kepalanya sedikit.

"Billy?!"

Sosok tersebut sontak terhenti. Ia menoleh ke asal suara tersebut.

"Lho? Bang Randy?"

Randy mengangguk dan mengeluarkan senyumnya yang khas.

"Abang nganter Caca?" Lanjut Billy.

"Iya, oh ya gua duluan ya!" Sahut Randy dan segera menutup kaca mobilnya. Billy mengangguk dan melemparkan senyum pada Randy.

'Sial! Senyumannya~' batin Randy.

Mobil Randy pun berlalu dari sekolah dan Billy pun melanjutkan perjalanan untuk menuju kantornya.

.

.

.

.

Randy sedang duduk di meja kerjanya. Terpampang sebuah papan yang bertuliskan "Ruang Direktur" dipintu. Ya, Randy seorang direktur sebuah kantor properti di jakarta. Ini perusahaan bukanlah miliknya, tapi ia melanjutkan usaha ayahnya. Sebenarnya ia tak terlalu menginginkan pekerjaan ini. Namun, pada kenyataannya ia harus melanjutkan bukan? Karna ia adalah anak tertua dikeluarganya.

Randy sesekali menghela nafas panjang.

"Anak itu kenapa begitu sempurna dimata gua ya?" Ucapnya sambil memandang layar ponselnya.

"Saat kami bertemu, gua udah merasa terpukau oleh parasnya,"

"Ah, sial, perasaan aneh apa ini? Apa gua suka dia? Apa benar yang dikatakan caca?....... ah tidak! Gua harus fokus bekerja!"

Randy membuka laptopnya dan melanjutkan pekerjaannya.

.

.

I love your teacher! {Slow Update} boyXboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang