Koma 2.

235 18 2
                                    

"Dok! Sekali lagi dok! Saya mohon..!" Randy semakin berderai air mata.

"Bang, tenang.." lirih Billy. Sedikit ragu, dokter pun menuruti permintaan Randy. Dokter melakukan usahanya lagi. Dan.....

"Ca..!"

"Bang..!"

Tit

Tit

Tit

Alat itu kembali aktif mengeluarkan suara kehidupan.

"Selamat! Caca masih diberi kesempatan bertahan hidup...!" Seru Dokter dan kembali meletakkan alat-alatnya.

"Terima kasih,dok! Terima kasih!" Ucapnya sambil menjabat tangan sang dokter.

"Selamat ya bang!" Billy mengelus punggung Randy. Randy mendekati ranjang Caca, meraih jemari Caca dan menggenggamnya.

"Makasih mah, pah dan Tuhan." Lirihnya. Dokter pun pergi bersama susternya, meninggalkan mereka.

.

.

.

Burung masih enggan berkicau, tapi Randy sudah tersadar dari tidurnya.

"Hngg..." erangnya sambil meliukkan tubuhnya. Ia masih melihat Billy masih terlelap disampingnya. Ia pun bangkit perlahan untuk tidak mengganggu Billy.

Ia berjalan perlahan mendekati Caca. Tetap sama.

"Mimpi kamu indah banget ya dek? Sampe kamu gak mau bangun... kamu ketemu mamah sama papah ya? sampein salam buat mereka yaa..." bisiknya.

"Huh~" sebuah hembusan nafas pelan yang tertutup alat muncul dan membuat alat itu mengembun. Perlahan, terlihat kerutan yang tercetak didahi Caca.

"Ca?" Randy mencoba memanggil.

"Abang~" lirihnya. Randy mencoba melepas peralatan yang bertanggar didepan mulut dan hidung Caca.

"Akhh~ " Erang Billy dikursi sambil meregangkan otot tubuhnya.

"Lho? Kamu udah bangun?" Randy menoleh ke Billy dan Billy hanya mengangguk lemah lantaran kesadarannya masih terbilang sedikit untuk dibilang bangun. Randy pun beralih memerhatikan Caca yang sudah benar-benar sadar.

"Mau minum?" Tawar Randy disertai anggukan lemah oleh Caca. Randy bangkit dan mengambil satu botol air mineral yang sudah dilengkapi sedotan.

"Pelan-pelan minumnya," Randy mengarahkan sedotan ke depan mulut Caca.

"Lho? Caca udah sadar?" Ucapnya acuh dan pergi ke kamar mandi. Namun, ia keluar lagi dengan wajah shock.

"Caca? Sa.. dar?" Ia melongo dan Randy pun ikut melongo. Betapa bodohnya wajah mereka saat ini.

"Kalian kenapa cengo gitu?" Caca mencoba perlahan bangkit. Randybyang sadar lebih dulu langsung membantu Caca duduk dan menyandarkannya didinding di lapisi bantal putih.  Billy perlahan berjalan menuju ranjang Caca.

"Kamu sadar?... asik..!" Seru Billy tiba-tiba dan memeluk Caca.

.

.

.

Hari menunjukkan pukul dua belas lewat 10 menit.

Billy masih berkutat dengan beberapa formulir siswa untuk kelulusan dan dokumen siswa yang telah menjadi alumni.

Sesekali ia mendesah, sungguh melelahkan. Ia harus teliti terhadap nama - nama siswa yang panjang dan mungkin akan sulit tereja. Sedikit saja ia melakukan kesalahan,maka itu akan terbilang fatal.

"Ar.. d..h..yani..!" Ejanya. Nama ini adalah nama siswa terakhir yang ia ketik.

Betapa kusutnya wajahnya jika ia berada dikamarnya sendiri, tapi ia sadar bahwa ia berada di ruang TU .

"Udah selesai, Bil?" Tanya Bu Sukma sambil menghampiri Billy.

"Iya Bu, berarti kalo udah selese, saya boleh pulang?" Ujar Billy perlahan namun pasti.

"Iya, kan udah ibu bilang, kalo pekerjaan kamu udah selesai, kamu bisa pulang ..!" Jelas Bu Sukma.

"Makasih Bu!" Billy segera membereskan barang-barangnya setelah terdengar sahutan "iya"  dari Bu Sukma.

.

Randy mencoba menghubungi Caca.

"Ca? Mau makan apa?" Tanyanya setelah panggilannya terhubung.

"Ya, aku mau cream soup bang!"  -Caca

"Oh oke, " tutupnya.

Randy berdiri dan mengambil jas hitamnya yang tergantung rapi. Mengenakannya sambil bersenandung pelan namun indah.

Ia keluar dari ruang kerjanya dengan santai.

Ting!

"Jemput bang , kalo sibuk biar gua naik taksi aja!"
-Billy-

"Gua gak sibuk, sekalian gua mau pulang,"
-Randy-

Randy kembali memasukkan ponselnya kedalam saku jasnya. Ia pun sudah sampai didepan mobilnya. Membuka pintu mobilnya, duduk dengan nyaman dan menyalakan mesin. Tak lupa memasang seat belt.

Ia berlalu dari kantor.

Sesampainya didepan sekolahan, Randy menemukan sosok Billy diseberang sedang duduk di warung bakos Bu Surti.

Ia mengurangi kecepatan mobilnya dan membunyikan klakson sebagai tanda bahwa ia sampai.

"Tin!" Billy menoleh dan buru-buru menyebrang.  Billy masuk dan duduk sembari memasang seat beltnya.

"Gimana kerjaan kamu? " Randy menyalakan mesinnya dan kembali melanjutkan perjalanan.

"Lumayan lah bang,"

Randy mengangguk dan tetap fokus dengan kemudinya.

"Gua mau beli cream soup dulu di KFC! " Sahut Randy.

"Oke-oke,"

Sesampainya diKFC Randy langsung memesan cream soup untuk Caca dan paket berdua untuknya dan Billy.

Selesai membayar, ia berlalu dengan satu kantong plastik berlabel KFC di tangan kanannya. Ia kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan.

.

"Abang?" Panggil Caca pelan.

"Iya Caca? Ada apa?"

"Abang kok berdua mulu sama Kak Billy? Ada sesuatu nih pasti!" Bisik Caca sambil menatap Randy.

Randy mati kutu. Ia belum mengakui perasaannya terhadap Billy ke Caca.

"Itu..." Randy kalut.

"Apa?"

"Ya.."

"Jangan-jangan kalian pacaran lagi? Aduh kenapa gak bilang?" Caca menyandarkan tubuhnya. Randy diam. Antara terkejut dan bahagi kalau Caca bisa nerima hubungan dia.

"Ka-kalo abang pacaran sama Billy, gak apa ya?" Tanya Randy ragu. Caca nampak berpikir. Ia juga memicingkan matanya.

"Kalo aku setuju , kenapa?"

------

Yo, akhirnya update untuk kesekian lamanya! Tiang lagi sibuk, terus juga Tiang mau bikin cerita lagi huhu u,u

Tiang minta vote kalian T.T coment kalian T.T

SALAM TIANG ✌

I love your teacher! {Slow Update} boyXboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang