Sesampainya di sebuah toko khusus peralatan menjahit, Gavin tak sengaja mendapati teman nongkrongnya yang sedang berkumpul di sebuah warung kopi tepat di sebelahnya. Ia pun langsung mengalihkan pandangannya dari warung kopi itu agar satupun temannya tak ada yang bisa melihatnya sama sekali, meskipun sebenarnya ada salah seorang temannya yang sudah merekamnya sejak ia baru datang bersama Arina tadi.
Mampus, apa gua ga dikira bucin ama tongkrongan gua. Batin Gavin sambil menutupi wajah sebelah kirinya. Arina yang mengetahui temannya itu sedang tidak baik-baik saja langsung bertanya kepadanya, namun Gavin hanya menggelengkan saja. Arina yang tak percaya itu pun langsung menaikkan salah satu alisnya dengan tatapan heran kepada temannya itu.
Karena tatapan Arina tadi, Gavin pun berkata, "Gua haus, jadi gua pengen ke warung kopi yang ada di sebelah sananya itu." Sembari menunjuk ke sebuah warung kopi yang di bagian serambinya sudah dipenuhi oleh anak-anak SMA, Arina pun menoleh ke arah yang sama. Ia yang mengerti dengan keadaan temannya itu pun mempersilakannya untuk pergi.
"Ga takut?" tanya Gavin yang merasa tidak rela untuk meninggalkan temannya itu sendirian. Lalu, Arina pun menggeleng sambil menyilangkan tangannya. Kemudian Gavin pun menarik panjang napasnya sambil melirik ke arah teman tongkrongannya tadi yang masih berada di tempat itu, ia terlihat sangat tidak tega untuk meninggalkan Arina sendirian. Arina pun meyakinkan Gavin bahwa dirinya bisa sendirian, bahkan sebenarnya ia merasa tak enak jika temannya itu menunggunya berlama-lama berbelanja.
"Beneran, rin?"
"Beneran dong, lagian gua bawa motor sendiri." Arina sembari menunjukkan motornya yang berwarna hijau gelap. Kemudian Gavin pun mengangguk, lalu ia pun beranjak menaiki motornya itu meskipun dengan perasaan tidak rela. Sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan Arina, ia mengajaknya untuk melakukan tos dengan kepalan tangannya, lalu setelah itu ia pun pergi dari situ.
Setelah Gavin menjauh dari hadapannya, Arina pun membuka pintu toko tersebut sembari mengintip di bagian area depan, terlebih lagi ini untuk pertama kalinya ia masuk ke dalam toko itu. Di dalam toko tersebut terdapat banyak sekali barang-barang yang akan diperlukan oleh Arina, seperti manik-manik, benang, kertas untuk membungkus buket, pita, dan lain sebagainya. Untungnya saja ia tadi sudah membuat daftar barang-barang yang harus di beli, jadi ia tak perlu khawatir jika semisalnya dia akan gelap mata.
Pertama, ia pun pergi ke bagian manik-manik. Ia pun sangat senang melihat berbagai macam warna manik-manik yang menurutnya sangat menyegarkan pikiran setelah kejadian yang ia alami pada siang tadi. Sambil memilih manik-manik yang ia perlukan, tak lupa pula ia mengabari kembarannya itu, yakni Kirana.
Arina
kiwKirana
lo ke mana anjigArina
nyari modal dagangKirana
bokap lo udah perwira
masa lo jualan jir?Arina
gua bos lu karyawan ya
okeKirana
mana bisa gtu anjig
kan kita kembarArina
brisik lo agus biru
rambut lo warnai kek ayam pasar malamKirana
it's style bro
paham!
iyain atau gua sambut pake joget kak gemArina
coba aja
gua manjet ajaKirana
agus hitam ada" saja 😂🫵Arina
ga sopan
bokap lu dirasisin
parah sih
bokap lu sendiri dikatain negroKirana
kan lo duluan nyebut agus biru
gegara rambut gua biru
gantian gua nyebut agus hitam
![](https://img.wattpad.com/cover/370643810-288-k68367.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Toko Arin
Novela JuvenilArina, seorang gadis yang ingin membuka usaha sendiri setelah putus dari pacarnya. Dengan semua temannya, terutama Gavin yang sudah mulai membuka usaha terlebih dahulu, apakah ia berhasil menjalankan usahanya itu? Atau mungkin ia akan mendapatkan se...