Don't Give Up

305 27 4
                                    

"Dreaming 'bout the day when you wake up and find, that what you're looking for has been here the whole time." You Belong With Me by Taylor Swift

******

Aku mengerjap tak percaya mendengar ucapan Olivier barusan. Apakah.. Apakah Olivier bisa merasakannya? Walaupun dia tidak mengingat apapun? Berarti apa yang pernah Shailene bilang itu benar. Akan selalu ada tempat di hati Olivier untukku.

Aku tersenyum sambil menatap Olivier. Aku mengerti amnesia bukanlah hal yang menyenangkan. Ketika kita terlihat seperti orang bodoh tanpa bisa mengingat apa-apa.

"Cara.." Ujarnya pelan. Aku menjawab, "Ya?" Tidak ingin memaksanya berpikir lebih keras. Kalimatnya tadi sudah cukup membuatku bahagia.

"Lo mau tetap sama gue walau kecil kemungkinan gue bisa inget apa yang pernah kita punya?" Tanya Olivier dengan nada datar. Aku membalas, "Ya, gue akan selalu  ada buat lo, Vier. Kembali atau engga nya ingatan lo, gue akan selalu ada buat lo."

Karena aku sangat mencintaimu.

*******

Aku termenung di kamarku malam ini. Apa yang dikatakan Olivier di makam ibunya tadi terus mengiang di pikiranku.

Olivier hanya merasa nyaman saat di dekatku? Tapi tidak memperbesar kemungkinan dia akan ingat semuanya.

Aku menghela nafas berat. Sampai kudengar pintu kamarku terbuka dan Shailene masuk dengan seenanknya. "Jangan ganti-ganti alarm gue lagi." Ujarku begitu ia tisuran di kasur.

Shailene terkekeh sebentar sebelum bertanya, "Lo tadi bolos bareng Olivier ke mana?" Aku segera menoleh dari meja belajarku ke arahnya. "Lo tau darimana?" Tanyaku cukup terkejut. Bukan maksudku ingin merahasiakannya dari Shailene, tapi aku baru berniat bercerita dia sudah tahu duluan.

Shailene duduk tegak di kasurku dan berkata, "Diego." Dan seketika wanahnya memerah. Aku tidak bertanya lebih lanjut tentang hubungannya dengan Diego. Karena aku yakin ada sesuatu yang kulewatkan terjadi di antara mereka.

Shailene bertanya lagi, "Kalian ke mana tadi?" Sambil tersenyum jahil. Aku tersenyum kecil dan menjawab, "Ke makam ibu kandungnya Olivier." Yang sukses membuat Shailene melongo.

"WHAT?! KUBURAN?! ATAGA! Dari sekian banyak tempat bagus dan dia pilih kuburan buat first date kalian?!" Seru Shailene yang membuatku harus menutup kedua telingaku dengan kedua tanganku. "Berisik, Shai!" Seruku. "Lagian first date apaan, deh. Orang cuma bolos kuliah."

Shailene menatapku agak lama sebelum berkata, "Iya juga, sih." Emang paling-paling ini anak. LLu is kembali menatapku dan bertanya dengan wajah penasaran, "Kalian ngomongin apa aja?"

Dan hanya dengan pertanyaan itu, mengalirlah cerita tentang obrolanku dengan Olivier. Namun bagian tentang malaikat ku skip semua.

Shailene memberi tanggapan seperlunya dan pada akhirnya berkata, "Ini kesempatan yang harus lo pakai sebaik mungkin, Car. Karena Olivier ga inget apa-apa, dia kurang yakin sama perasaannya sendiri. Jadi sikapnya bisa berubah kapan aja."

*****

Aku menyusuri koridor kampus dengan buku-buku tebal yang kudekap dalam tanganku. Sambil sesekali membetulkan letak letak tali tas di bahuku. Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuru kampus. Ya, tidak perlu ditebak lagi siapa yang kucari. Tentu Olivier.

Demon's Side 2 - Missing Him is GreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang