"Itu jidat kamu kenapa?" Jeyana yang dengar pertanyaan itu spontan nyentuh jidatnya, astaga dia baru sadar sama benjolan di jidatnya sendiri pas Ayah nya nanya.
"Gak sengaja kena bola." Balas Jeyana sambil melirik ke arah kaca spion motor buat lihat jidatnya, biru-birunya sih udah hilang, hanya saja benjolannya masih ada.
"Hati-hati kalo jalan makannya, nih helm nya." Handoko memberikan helm berwarna biru dengan stiker-stiker awan yang tertempel itu kepada putrinya.
Selesai memakai helm nya, Jeyana pun naik ke atas motor Ayah nya. Setiap sekolah maupun kegiatan yang berhubungan dengan sekolah putrinya, Handoko akan selalu mengantar putrinya ini dengan motor hitam kesayangannya; kawasaki W175. Pria kelahiran Manado ini tidak ingin putrinya naik kendaraan sembarangan, karna Handoko masih sanggup untuk antar-jemput anaknya.
Beberapa menit membelah jalanan kota Bandung, akhirnya sepasang Ayah dan anak ini pun sampai di rumah. Ketika turun dari atas motor, Jeyana lihat Ibu nya keluar dari dalam rumah sambil nenteng tempat kue yang ukurannya cukup besar.
"Loh, udah mau di antar?" Tanya Ayah Handoko seraya melepas helm nya, lalu di letakkan di atas meja berbentuk bundar.
"Iya, antar dulu aku kerumah nya Bu Etty. Jey——astaga!! itu kenapa ngana pe jidat, Jeyana?!!" Kaget Ibu Kartika ketika melihat jidat anaknya benjol.
Jeyana meringis pelan, Ibu nya ini kalo kaget yaa gini. "Kena bola, Bu. Udah sana antar kue nya, Jeya mau masuk dulu." Kata Jeyana lalu masuk ke dalam setelah selesai melepas kaos kaki dan sepatu nya.
Ibu Kartika mendengus pelan, putrinya ini kadang-kadang memang yaa. "Jangan langsung tidur Jeya!! Itu cuci dulu bekas-bekas kotoran Ibu yang baru aja di pakek buat kue, habis itu tunggu di luar sini, sedikit lagi keknya anaknya teman Ibu datang antarin undangan pernikahan!" Teriak Ibu Kartika yang di sahuti oleh Kartika dari dalam.
Ayah Handoko dan Ibu Kartika pun pergi naik motor untuk mengantar pesanan kue. Ibu dari Jeyana ini memang berjualan kue, ada banyak sekali macam yang wanita itu bisa bikin, dan orang-orang banyak yang suka juga dengan hasilnya yang enak.
•MARVEN•
"MARVEN PANJAITAN!!!"
"APASIH, MA! TERIAK TERUS KAYA INI DI HUTAN PEDALAMAN AJA!!"
"TERUS KAMU YAA! SINI CEPAT!"
Anak muda laki-laki yang mulanya sudah sangat nyaman tiduran di lantai dapur ini pun bangun dengan gerakan malas-malasan.
"Apa?" Tanya Marven dengan muka malasnya, meski begitu juga masih kelihatan ganteng kok! Iyalah, produk asli Batak itu, bos!
"Antar dulu ini undangan-undangan—"
"Apasih, Ma..yang nikah abang, kenapa yang repot antarin undangannya aku? suruh aja dia!" Belum aja Mama nya selesai ngomong, udah di potong aja sama anak tengil ini.
Hargen, kakak pertama Marven ini yang akan menikah minggu depan. Sebenarnya Hargen ini nikahnya tahun lalu, di Batak. Hanya saja, karna Hargen ini anggota Brimob, jadi ada beberapa kendala juga yang bikin nikahannya gak jadi tahun itu, makannya baru bisa sekarang.
"Malas betul eh anak ini coba lihat! Antar kan dulu ini, baru Mama kasih uang, cepat!" Suruh Mama Kiwa lalu berdiri dari duduknya untuk ambil uang. Mama Kiwa ini tau kalo anak bungsunya itu pemalas, kalo di suruh apa-apa mana mau, kecuali kalo di suruh pakek uang, nah...
Kedua mata Marven sudah ada binar-binar kesenangan, dengan cepat anak ini naik ke atas menuju kamarnya untuk ganti baju.
Tidak perlu waktu yang lama, kini Marven sudah siap dengan jersey bola nya berwarna hitam, dengan bawahan celana bola juga. Niatnya setelah selesai antar undangan, Marven mau main sekalian ke warnet, lumayan habis uang dari Mama.
"Udah Mama kirim itu alamat-alamat rumahnya, kirim semua itu baik-baik, awas aja—"
"Iya Mama Kiwi ku cantik..Marven pergi dulu yaa!!" Potong Marven yang langsung lari ke depan, dapat di lihat di depan ada Bapak Gempa dengan kepala botaknya itu lagi ganti bendera. Bukan bendera Indonesia, bendera berwarna biru dengan lambang Persib Bandung; klub bola asal Bandung. Jika Marven gila bola, Bapaknya itu lebih gila lagi. Lihat saja bendera-bendera yang tiangnya agak pendek di bawah bendera merah putih itu, ada bendera-bendera dari klub kesukaannya, ada pula bendera Brazil dan Argentina.
"Kemana lagi, kau?" Tanya Papa Gempa.
"Biasa..kasih tau Kiwi yaa, gue pulang malam!" Memang kurang ajar, Marven langsung tancap gas motor besarnya dan pergi begitu saja.
"Ngidam apa pula Kiwi pas hamil Marven, hampir gila aku punya anak macam itu!" Gumam Gempa lalu melanjutkan kegiatan semulanya.
•MARVEN•
Sambil minum es teh di plastik, Marven pun memperhatikan satu rumah yang cukup dia yakini bahwa ini adalah rumah yang sesuai dengan alamat pemberian Mama Kiwi.
Dengan penuh percaya diri, cowok berambut brokoli ini berjalan masuk dan mengetuk pintu sambil minum es.
"Siapa yaa?" Pemilik rumah pun membuka pintunya, seorang Ibu-ibu ges.
"Ibu Kartika yaa? Ini ada undangan dari Mama saya, minggu depan abang pertama saya nikah. Nih.." Ucap Marven lalu memberikan undangan berwarna coklat dengan motif yang cantik itu kepada Ibu-ibu di depannya yang lagi natap Marven kebingungan.
"Saya bukan Bu Kartika, saya Bu Ani. Nah kalo rumahnya Bu Kartika tuh di sebelah, adek salah rumah." Ujar Ibu Ani dengan hati-hati sembari mengembalikan undangan tadi.
Satu kata. 'malu! Lain, bukan satu kata, tapi...'malu cok tai anjing! Batin Marven sambil melirik Bu Ani yang senyum-senyum gak jelas. Dengan muka bete nya, Marven melihat ke rumah sebelah.
"ALAMAK!" Kaget Marven yang juga bikin Bu Ani terkejut.
"Kenapa, dek? Ibu terkejut loh..."
Marven membalikkan badannya, di tatapnya Bu Ani yang mana Bu Ani balas balik natap anak laki-laki di depannya ini. "Kenapa sih?" Bingung Bu Ani.
Marven melirik lagi ke rumah yang ada di samping rumah Bu Ani, astaga benar lagi itu perempuan yang tadi siang kepalanya Marven kasih headshot pakek bola plastik warna abu-abu. Jika kalian berpikir anak tengil ini bertanggung jawab dengan langsung menghampiri korban, maka kalian salah!! justru Marven langsung kabur entah kemana, yang penting kabur.
"Bu..Ibu mau bantuin saya gak? Nanti saya kasih nomor saya deh, saya kan ganteng! Kebetulan saya lagi suka yang janda-janda montok gitu, mau gak?" Tawar Marven sambil naik-naikin alis tebalnya.
"Hah?" Gila kali anak di depannya ini, memang ganteng sih kalo Bu Ani lihat-lihat, cuman..
"Bilang apa kamu barusan sama istri saya, hah?!"
Kata-kata untuk Marven?
TBC.
WKWK agak lama yak up nya😔😔💕 maap kan Lily ges, janji tidak akan lama" lagi❤️ sampai ketemu di next chp kawan-kawan, byee!🫂
KAMU SEDANG MEMBACA
MARVEN
Teen Fictionselain kecanduan dengan dunia bola, sosok anak muda kelahiran Batak bernama Bamayor Marven Panjaitan ini juga kecanduan dengan sosok gadis cantik bernama Kartika Jeyana Putri Bandaharu.