14 : 수도

150 22 0
                                    

Jam tiga subuh, jeonghan terlihat sedang duduk bersandar di tempat tidur.

Dia duduk diam entah apa yang sedang ada dipikirannya.

Pandanganya kosong ke depan dan bibirnya pucat.

"Harabeoji..." Gumam jeonghan, entah kini keluarga nya masih mengingat dirinya atau tidak, tiba-tiba dia bermimpi bertemu dengan kedua orang tua dan kakek nya.

Jeonghan tidak tahu itu pertanda atau bukan, tapi setelah terbangun, dia tersadar sedang menangis dan keringat dingin sebesar biji jagung membasahi pelipisnya.

Apa yang terjadi pada kakeknya? Sempat terpikir untuk kembali ke ibukota untuk menemui keluarga nya disana.

Tapi dia sedikit ragu, pasalnya dia tidak memiliki kendaraan untuk kesana, sedangkan untuk pergi ke ibukota harus menempuh waktu satu hari menggunakan kereta kuda.

Lalu bagaimana dengan nya yang berjalan kaki? Dia tidak yakin akan sampai tujuan dengan keadaan hidup, karena jalan yang di lewati adalah hutan, meskipun itu bukan hutan belantara yang seram dan tidak ada pemukiman warga, tetap saja bagaimana jika tiba-tiba dia di hadang harimau lapar yang tersesat.

Lagipula dia tidak sendirian, dia juga membawa bayi duyung besar yang sedang tertidur di sampingnya ini, tidak mungkin dia akan meninggalkan nya sendiri disini.

Satu detik saja jeonghan hilang dari pandangan mata Seungcheol, pria itu akan menjadi orang gila yang kehilangan pasangan nya.

Tapi sudah jeonghan putuskan untuk tetap pergi, dia tidak peduli jika bertemu harimau lapar, yang terpenting dirinya bisa pergi ke ibukota dan bertemu keluarga nya.

Dia bangun dari tempat tidur lalu membuka lemarinya, mengambil beberapa bajunya dan baju Seungcheol yang ada, mengemasnya menjadi buntalan dan memasukkan kedalam kain.

"Jeonghan"

Pemuda itu menoleh, mendapati Seungcheol yang duduk menghadap nya, beberapa helai rambutnya berdiri seperti tersengat listrik yang bergoyang goyang membuat jeonghan terbahak bahak.

"Kenapa tertawa?" Tanya Seungcheol keheranan.

Jeonghan berdiri, dia menghampiri Seungcheol dan duduk di sampingnya. Dia tersenyum lalu membenarkan helaian rambut Seungcheol dengan jarinya, "rambut mu berantakan"

Beberapa detik mereka habiskan untuk saling menatap, jeonghan sangat ingin memutuskan kontak mata mereka tapi mata kecoklatan itu seakan mengunci nya kedalam ruang tak berpintu, yang menguncinya dengan pesona dirinya.

Seungcheol mendorong jeonghan sampai terbaring di tempat tidur, dirinya terbaring di atas jeonghan dengan lutut dan tangannya sebagai tumpuan, dia mulai mengikis jarak dengan perlahan.

Bisa jeonghan rasakan hembusan nafas hangat pria di depan nya, jeonghan mengalungkan tangannya ke leher si dominan lalu menutup matanya, pikiran nya melayang memikirkan Seungcheol akan mencium bibir nya dan melakukan hal lainnya.

Tapi perkiraan nya salah, Seungcheol melewati bibirnya begitu saja.

"Kau cantik" bisik Seungcheol di samping telinga jeonghan lalu mencium nya.

Melihat raut kekecewaan di wajah feminim itu, Seungcheol terkekeh sedikit, dia mengecup bibir jeonghan berkali-kali lalu berpindah posisi menjadi di sampingnya.

Pria itu memeluk erat tubuh yang jauh lebih kecil di banding tubuhnya, menenggelamkan wajah jeonghan di dadanya dan menutupi seluruhnya badan jeonghan dengan kain selimut.

"Cheol"

"Hm?"

Kepala jeonghan sedikit menyembul keluar dari selimut dan di usap oleh tangan besar milik Seungcheol.

Legend Of The Blue Sea || JeongcheolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang