BAB 2

237 19 1
                                    

"kau sudah mengerjakan tugas dari pak Park, kan?" tanya Ku pada Renjun, aku hanya sekedar mengingatkannya lagi, pasalnya yang ku ingat semalaman Renjun memang belum menyentuh bukunya, yang dia lakukan hanya bermain game.

"Tugas? " Renjun diam sebentar, sampai akhirnya terkejut "astaga, Jeno Aku lupa!! Bagaimana ini" dia langsung terlihat panik.

"Sudah ku duga" aku menggelengkan kepala dengan dramatis, padahal semalam Renjun mengangguk saat aku bertanya tentang tugas yang harus dikumpulkan hari ini.

"Jeno ku .. " panggil Renjun dengan suara yang begitu menggemaskan, sehingga aku harus-harus menahan diri untuk tidak terpengaruh dengan suara menggemaskannya.

"Hm, tidak ada contek-mencontek hari ini, kau- kerjakan sendiri, masih banyak waktu sebelum kita sampai dikampus"

Renjun mempout kan bibirnya yang seksi yang selalu membuat pikiran ku berkelana hingga jauh.

"Uh, kau menyebalkan"

Meski terlihat kesal, akhirnya Renjun mengeluarkan bukunya juga, dan mulai fokus mengerjakan tugasnya.

Sesekali ku lihat ekspresi wajahnya yang serius itu, ah dia benar-benar cantik.

Seperti yang sudah pernah ku katakan, jika Renjun adalah perempuan yang pintar, dapat mengerjakan tugas dengan mudah, dan selalu mendapatkan juara.

Dan aku menjamin, tugas yang ku kerjakan selama berjam-jam ini, dapat di selesaikan Renjun sebelum kami sampai di kampus kami.

Dan ya, bahkan 5 menit sebelum mobil yang ku kendarai sampai dikampus kami, Renjun sudah menutup bukunya, dan memasukannya kedalam tas dan kemudian tersenyum pada ku.

"Sudah selesai?"

Dia hanya menaik-turunkan kedua alisnya berkali kepada ku, membuat ku hanya menggelengkan kepalaku.

"Mengapa kau baru bilang sekarang jika ada tugas yang harus dikumpulkan hari ini?"

"Aku sudah mengatakan padamu, bahkan sesaat sebelum kau tidur"

Renjun diam sebentar, semalam- ah dia ingat, karena terlalu mengantuk, sampai-sampai dia hanya mengangguk saat Jeno bertanya padanya, agar Jeno tidak memaksanya untuk mengerjakan tugas saat dia ingin tidur.

Kemudian, yang kulihat Renjun hanya tersenyum sampai memperlihatkan giginya, sepertinya dia memang sudah menyadari jika itu adalah kesalahannya.

Mobil kami sampai di parkiran kampus, kemudian aku keluar dari mobil dan membukakan pintu untuknya.

Ku ulurkan tangan ku dan kemudian dia meraihnya, saat dia sudah turun dari mobil, dia langsung tersenyum padaku, senyum yang selalu menggetarkan hatiku.

Ah- Renjun, kau selalu cantik di mataku.

"Jeno, jangan lupa bawa kadonya"

"Apa kita harus membawanya sekarang?"

"Ya, Jaemin pasti akan langsung meneror kita jika kita tidak langsung memberikan padanya, kau tahukan jika dia sudah tau jika hari ini kado ulang tahunnya datang?"

Renjun benar, akan sangat berisik jika kami tidak memberikannya sekarang.

Kemudian ku ambil kado yang cukup besar itu, yang ada disamping jok kemudi, dan setelah aku mengeluarkannya, Renjun langsung kembali meraih tangan ku untuk digenggamnya.

"Aku akan kesulitan jika harus menuntun mu juga" kataku, membuatnya langsung cemberut.

"Kau kan lelaki, kau pasti bisa membawanya dengan satu tangan"

"Renjun" kataku sambil memperlihatkan wajah tak bersemangat padanya "kau bisa lihat sebesar apa kado ini?"

Ku lihat Renjun mengentakkan kakinya, sambil berkata dengan kesal "oppa menyebalkan" kemudian dia tetap meraih lengan ku dan memeluknya.

I LOVE YOU MY ... (NOREN) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang