BAB 3

144 18 0
                                    

"Kau tau apa yang paling membahagiakan dalam hidup ku?"
 
"Ketika seorang yang ku cintai itu membalas cinta ku"
 
.
.
.
.
 
Setelah makan malam bersama, Hyunjin dan Renjun berjalan-jalan ditengah taman, dengan Renjun yang dengan mesranya merangkul kekasihnya itu.
 
Banyak mata yang melihatnya, melihat bagaimana sempurnanya dua insan yang sedang dimabuk asmara tersebut dengan tatapan terkagum.
 
Tawa dan canda menyelip diantar perbincangan mereka, ah- benar-benar pasangan yang sempurna.
 
Ya, karena terlalu sempurna sampai-sampai membuat Jeno ingin sekali memisahkan mereka.
 
Astaga, sangat memuakkan saat dihadapkan dengan sepasang kekasih ini.
 
Apa yang harus aku lakukan untuk memisahkan mereka yang begitu menempel seperti itu?
 
Ini benar-benar menyebalkan, apalagi aku harus terus-menerus menerus mengikuti mereka.
 
Aku sampai sengaja pasang earphone ditelinga ku agar aku tidak lagi mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya saja -
 
Terkadang aku selalu penasaran dengan apa yang mereka bicarakan, seperti saat ini, jadi sengaja aku kecilkan suara musik di ponselku agar aku bisa mendengar percakapan mereka.
 
Jarak kami yang cukup dekat, jelas membuatku sangat bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.
 
"Renjun, Kau bahagiakan bersama ku?"
 
"Tentu saja aku bahagia, mengapa kau menanyakan hal seperti itu?"
 
"Karena terkadang aku hanya merasa kau terpaksa menjalin kasih bersama ku"
 
"Memang terpaksa kan! Haha" kemudian Jeno menghela nafas, ketika apa yang dipikirkan hanya asal, akhirnya dia enggan kembali mendengarkan pembicaraan mereka yang pasti akan menjerumus kepada hal yang romantis, jadi dia kembali mengeraskan suara musik di ponselnya, dan berjalan dengan menundukkan kepalanya, jalanan jauh lebih menarik dari pada pasangan yang sedang bermesraan didepannya ini.
 
Renjun tersenyum "kau sangat menyayangi ku, selalu meluangkan waktu untukku, bahkan selalu memberikan apa yang aku mau, lantas bagaimana bisa aku tidak bisa bahagia bersama mu? Jadi jangan berpikir jika aku terpaksa untuk bersama mu"
 
Hyunjin berhenti berjalan, membuat langkah Renjun juga ikut berhenti, Hyunjin kemudian menatap wajah Renjun.
 
"Tapi-"
 
Brug
 
Belum sempat Hyunjin mengatakan sesuatu, Jeno yang tidak fokus berjalan dan tidak tahu jika Renjun dan Hyunjin berhenti berjalan, langsung menubruk Hyunjin, karena tubrukan tiba-tiba membuat Hyunjin tidak bisa menahan keseimbangannya sehingga dia terjatuh dan menubruk Renjun.
 
Renjun jatuh tertimpa tubuh Hyunjin, sedangkan Jeno yang melihatnya langsung sangat terkejut, dia segera melepas earphonenya dan berusaha untuk menolong tapi segera ditepis oleh Hyunjin.
 
Hyunjin merasa sedikit panik menatap Renjun "kau baik-baik saja?"
 
Renjun mengangguk "aku baik-baik saja"
 
Hyunjin segera berdiri, dan membantu Renjun berdiri "kau yakin kau baik-baik saja? Maafkan aku"
 
"Ini bukan salah mu, Hyunjin"
 
Hyunjin mencoba membantu membersihkan baju Renjun, tapi Renjun segera menolaknya dengan sangat lembut.
 
"Aku bisa sendiri"
 
Hyunjin hanya bisa menghela nafas, dan langsung menatap Jeno dengan kesal dan juga jengkel.
 
"Kau, jika berjalan hati-hati, apa kau tidak melihat kami!" Bentak Hyunjin pada Jeno.
 
Jeno segera membungkukkan badannya sambil meminta maaf "maafkan saya tuan, saya benar-benar tidak tau jika tuan dan nona berhenti"
 
"Halah, jangan cari alasan! Kau memang sengaja melakukan nya kan! Kau punya dendam dengan ku? "
 
Tentu saja ya, sangat, karena kau sudah berani-beraninya mengambil Renjun dari ku, tapi- serius tadi aku benar-benar tidak tau, justru aku juga sangat kesal karena kau sudah menindih Renjun, ah- apa Renjun baik-baik saja?
 
Jeno hanya tetap diam, karena tidak berani mengatakan apapun pada kekasih pujaan hatinya ini, sayang sekali dia tidak seberani itu.
 
Hyunjin kembali melihat Renjun "kau benar tidak apa-apa kan?"
 
Renjun mengangguk dan tersenyum padanya, dan kemudian dia menatap tajam Jeno yang masih menunduk "kau, jangan di biasakan melamun, kau sudah mencelakakan kami, karena kebiasaan mu itu, benar-benar membuat kesal!" Gertak Renjun, membuat Jeno langsung terkejut.
 
Sebenarnya, apa salahku begitu fatal?
 
"Lihatlah akibat ulah mu ini! Tangan ku lecet dan pantat ku juga sakit, kau harus bertanggung jawab atas apa yang kau lakukan pada kami! KAU- benar-benar menyebalkan!"
 
Jeno mengernyit, "bu- bukankah tadi nona bilang tidak apa-apa?"
 
"Tidak apa-apa bagaimana? Lihat ini!" Renjun menunjukkan sikunya yang terlihat lecet "ini sakit"
 
Hyunjin terkejut "astaga, kau terluka"
 
Renjun mengangguk, dan langsung sedikit menjauhkan tangannya dari Hyunjin yang ingin menyentuhnya.
 
"Biar aku lihat Renjun"
 
Dengan sangat lembut Renjun tersenyum dan menolaknya "biar aku mengobatinya sendiri, Hyunjin, di mobil ku ada p3k"
 
"Tapi"
 
"Bisa kita pulang? Aku sudah tidak ingin melanjutkan kencan hari ini"
 
Hyunjin jadi pasrah mengalah dan akhirnya mengangguk "baiklah"
 
Renjun masih tersenyum padanya "terimakasih" dan kembali menatap tajam Jeno "KAU- jangan sampai mengulangi hal seperti ini lagi, jika kau mengulanginya, aku benar-benar akan memukul mu!"  Kemudian Renjun pergi.
 
Dan Hyunjin segera menatap tajam Jeno yang masih menunduk "kau, aku akan membuat perhitungan pada mu!"
 
Setelah itu, Hyunjin pergi mengejar Renjun.
 
Jeno menghela nafas "mengapa harus semarah itu pada ku? Aku sudah bilang tidak sengaja" dia kembali menghela nafas dan segera berlari mengejar mereka berdua.
 
Meski sedikit merasa sakit hati karena Renjun memarahinya didepan Hyunjin, dia tetap merasa khawatir karena tadi Renjun terluka.
 
Lagi pula ini memang salahnya kan?
 
Jeno sampai lebih dulu ke mobil mengingat dia berlari, dan segera membukakan pintu mobil untuk Renjun, sambil menunduk dia sempat melirik pada mereka.
 
Terlihat Hyunjin yang hanya bisa melirik luka Renjun dan sedikit memaksa Renjun untuk mengobati lukanya.
 
"Kau yakin ingin mengobatinya sendiri? Aku bisa membantu mu"
 
"Aku tidak ingin merepotkan mu, Hyunjin" Renjun masih saja tersenyum begitu lembut pada Hyunjin "maaf kan aku karena kencan kita berakhir seperti ini"
 
"Tidak, ini bukan salah mu" Hyunjin melirik Jeno dengan kesal, dan kembali menatap Renjun yang sudah didepan pintu mobilnya "bisa kau pulang bersama ku saja?"
 
"Terimakasih atas tawarannya, tapi aku membawa mobil" tolak Renjun dengan halus "dan terimakasih atas kencan hari ini, selamat malam Hyunjin dan jangan tidur terlalu larut" Renjun sedikit membungkuk pada Hyunjin dan segera masuk kedalam mobil.
 
Hyunjin menganggukkan kepalanya "hubungi aku jika kau sudah sampai rumah"
 
Renjun mengangguk dengan senyum masih sama, begitu lembut, kemudian Jeno segera menutup pintunya dan membungkuk dalam pada Hyunjin.
 
Hyunjin hanya melihat kepergian mobil itu dengan raut wajah kecewa, selama mereka berkencan tidak pernah sekalipun Renjun mau diantar pulang olehnya, dengan alasan dia membawa mobil dan Jeno yang mengantarnya.
 
Jeno-
 
Ah Pria itu benar-benar membuatnya kesal.
.
.
.
.
.
Di perjalanan Jeno hanya melirik Renjun yang sedang mengobati lukanya sendiri, perempuan itu sedikit meringis saat memberikan antiseptik pada lukanya.
 
"Kau perlu bantuan?"
 
Renjun tidak menjawabnya, dia terlihat masih kesal pada Jeno, sehingga pria itu hanya bisa menghela nafas dan fokus mengemudi.
 
Beberapa saat dalam kesunyian, dan Renjun sudah selesai memberi antiseptik pada lukanya.
 
Jeno kembali memanggil nama Renjun, dia merasa bersalah karena sudah membuat Renjun kesal.
 
"Renjun"
 
Masih belum ada jawaban dari perempuan yang duduk disampingnya.
 
"Renjunie"
 
Perempuan itu masih saja diam.
 
"Renjunie"
 
Jeno kembali melirik Renjun yang masih diam saja.
 
"Nona Renjun"
 
Renjun langsung meliriknya dengan lirikan yang mematikan "jangan panggil aku dengan panggilan menjijikan seperti itu Jeno! Kita sedang berdua"
 
Meski suara Renjun dan lirikannya begitu marah, Jeno tetap saja tersenyum.
 
"Ah akhirnya kau bersuara juga"
 
Renjun mendengus dan kembali menatap jalan.
 
"Aku minta maaf soal tadi, aku benar-benar tidak tau"
 
"Sudah aku katakan, jangan melamun terus"
 
Aku melamun kan karena kalian juga
 
"Baiklah, tapi jangan marah lagi"
 
"Aku masih sangat kesal pada mu"
 
"Ya ya aku tau, tapi lihat aku Renjun"
 
Bukannya melihat Jeno, Renjun malah berpaling "jika aku tidak menahannya, mungkin Hyunjin akan bener-benar memelukku, karena kau, dia hampir saja menyentuh ku! Kau benar-benar menyebalkan" kemudian Renjun langsung memukul Jeno.
 
"Renjun, berhenti memukul ku, aku sedang menyetir"
 
"Tidak akan, aku membenci mu, karena kau! dia hampir saja menyentuh ku, kau harusnya tau jika aku benci jika ada orang yang menyentuh ku" Renjun masih saja memukuli Jeno, membuat Jeno segera menepikan mobilnya, syukur saja mereka sudah sampai dikawasan perumahan mereka, jadi jalan terlihat sepi.
 
"Renjun, aku minta maaf" Jeno segera menahan kedua tangan Renjun, sedangkan perempuan itu masih saja menatapnya dengan kesal, nafasnya terdengar tak beraturan.
 
"Aku membenci mu Jeno"
 
Jeno merasa tak percaya Renjun mengatakan hal tersebut padanya, apa salahnya begitu fatal?
 
"Kau benar-benar marah padaku?"
 
"Ya, aku sangat marah pada mu, dan aku juga sangat kesal pada Hyunjin yang memarahi mu"
 
"Apa maksud mu?"
 
Renjun kembali mendengus dan memalingkan wajahnya "hanya aku yang boleh memarahi mu"
 
Jeno kemudian tersenyum "ya, hanya kau yang boleh memarahi ku" perasaannya langsung berbunga-bunga saat mendengar Renjun mengatakan hal tersebut, tapi setelahnya senyumnya langsung hilang "tapi jangan memarahi ku didepan orang-orang lagi, terutama didepan Hyunjin, itu benar-benar memalukan"
 
"Kau memang pantas untuk dimarahi kan" Renjun kemudian menatap Jeno "kedepannya jangan sampai Hyunjin menyentuh ku, karena aku tidak menyukainya" tatapan Renjun penuh arti saat menatap Jeno, membuat Jeno hanya bisa diam "jika suatu saat nanti  dia  melakukannya, bisa kau memukulnya untukku?"
 
"Dia tunangan mu, yang kelak akan menjadi suami mu, lantas aku tidak akan punya hak untuk memukulnya saat dia menyentuh mu" Jeno merasakan sakit dalam hatinya saat mengatakan hal tersebut, sedangkan Renjun langsung menundukkan wajahnya.
 
"Aku tidak menginginkan pertunangan ini"
 
"Renjun"
 
Renjun kembali menatap Jeno dengan pandangan sendu "kau yang memaksa ku untuk menerima pertunangan ini dan juga memaksa ku untuk menerima cintanya"
 
Jeno langsung diam, dan kembali mengingat kejadian dua tahun lalu.
 
-Flashback-
 
2 tahun yang lalu
 
Dikamar besar bercat putih dengan langit-langit berwarna biru bergambarkan awan-awan dengan furniture serba putih, diatas kasur yang lembut, terlihat sesosok perempuan dengan berbalut piyama berwarna baby blue sedang merebahkan kepalanya diatas paha seorang pria kekar berkulit tan yang menggunakan piyama yang sama dengannya.
 
Pria itu sedang mengelus rambut perempuan yang sedang merebahkan kepalanya diatas pahanya, mereka hanya berdua dengan kenyamanan yang mereka rasakan satu sama lain.
 
Perempuan itu memeluk perut pria yang mengelus kepalanya dan menyembunyikan wajahnya di sana.
 
"Renjun"
 
"Hmm..  " jawab Renjun yang memejamkan matanya menikmati sentuhan tangan Jeno dan aroma tubuh Jeno yang sangat dia sukai.
 
"Bagaimana pendapat mu tentang Hyunjin?"
 
"Maksudmu?"
 
"Apakah kau menyukai Hyunjin?"
 
"Hmm..  " Renjun berpikir sejenak "ya, aku menyukainya, dia teman yang baik"
 
"Maksud ku bukan seperti itu Renjun"
 
"Lalu?"
 
"Maksud ku sebagai seorang perempuan terhadap laki-laki, apakah kau berpikir untuk menjadi kekasihnya?" Tanya Jeno begitu hati-hati, meski dalam hatinya dia benar-benar tidak rela membicarakan ini,  tapi keadaan memaksanya.
 
"Apa mereka memaksa mu untuk membicarakan ini padaku?"
 
"...."
 
"Kau tau jawaban ku, aku tidak ingin memiliki kekasih saat ini Jeno, bukankah aku sudah membicarakan ini dengan mereka, mengapa mereka masih saja memaksa ku, bahkan sampai menyuruh mu"
 
Renjun makin mengeratkan pelukannya terhadap Jeno, sedangakan Jeno tersenyum getir, orang tua Renjun dan Hyunjin memang memaksa Jeno agar dia bisa membujuk Renjun untuk menerima Hyunjin sebagai kekasihnya, karena orang tua Renjun sangat tau, jika anaknya lebih menuruti apa yang dikatakan oleh Jeno.
 
Jeno sendiri tidak bisa menolak permintaan orang tua Renjun yang sudah mau berbaik hati menampungnya dan ibunya di rumah ini, bahkan membiayai semua kebutuhannya, dan sudah menyayanginya seperti anak mereka sendiri.
 
Jadi, Meski hatinya sakit dan sangat berat, dia tetap harus melakukannya.
 
"Cobalah untuk menerimanya, dia adalah pria yang baik dan orang tua kalian setuju jika kalian bersama, mereka pasti bahagia jika kalian bersama "
 
"Tapi bagaimana dengan ku?"
 
"Kau pasti bahagia bersamanya Renjunie, karena dia sangat mencintai mu"
 
Renjun terdiam 
 
"Cobalah" lanjut Jeno dengan sangat berat hati.
 
"Apakah kau menginginkan aku bersama Hyunjin?" tanya Renjun sambil memejamkan matanya, dia bahkan semakin mengeratkan pelukannya pada perut Jeno.
 
"Ya "
 
"Baiklah, aku akan menuruti keinginan mu"  
 
"Ya, kau pasti akan bahagia bersamanya"
 
Jeno tersenyum getir, sesuatu yang akan menyakiti hatinya akan segera dimulai, sesuatu yang ditakutinya akan segera terjadi, Renjun yang akhirnya akan memiliki kekasih, dan hubungan mereka pastinya tidak akan pernah sama seperti saat ini lagi.
 
Tidak terasa tetesan air mata keluar dari matanya, begitu juga dengan perempuan yang sedang memeluknya, dan malam itu mereka lewati dengan kesedihan.
 
Mereka berdua sadar jika sebentar lagi hidup mereka tidak akan sama seperti sekarang, akan ada orang lain masuk dalam dunia mereka berdua, sesuatu yang sangat mereka tidak sukai dan mereka berdua coba hindari sejak dulu. 
.
.
.
.
Esoknya,  Renjun menerima cinta Hyunjin didepan keluarganya dan keluarga Hyunjin, saat mereka semua sedang mengadakan pertemuan makan malam bersama di rumah Renjun.
 
Mereka semua menyambut dengan sangat bahagia dan bersukacita sambil memeluk pasangan kekasih baru.
 
Saat itu, Renjun hanya bisa tersenyum dengan sangat manis dan membalas pelukan ibu mereka yang memeluknya.
 
Sedangkan Jeno yang saat itu berdiri di samping Renjun, hanya bisa ikut tersenyum sambil menutupi kesedihannya.
 
-flashback end-
 
 "Maafkan aku, apa kau benar-benar -tidak bahagia?" tanya Jeno dengan hati-hati.
 
"Entahlah, karena kau tau apa yang membuat ku bahagia"
 
"Tidak, aku tidak tau"
 
Renjun kembali memukul lengan Jeno berkali-kali "Kau bodoh Jeno, kau sejak dulu mengenalku masa kau tidak tau apa yang membuat ku bahagia" 
 
"Aw.. ini sakit Renjunie"
 
"Biarkan saja"
 
Akhirnya mereka tersenyum, melepaskan kesedihan akan ingatan masalalu.
 
"Jadi, apa yang membuat mu bahagia?"
 
"Apa kau akan memberikannya jika aku menjawabnya?" Tanya Renjun sambil menatap Jeno dengan pandangan yang sulit diartikan oleh Jeno.
 
"Jika itu bisa membuat mu bahagia, aku pasti akan memberikannya, asalkan jangan sesuatu yang sangat mahal, karena kau tau sendiri kan seperti apa keuangan ku" jawab Jeno sambil bercanda.
 
Renjun tersenyum dan mengelus kepala Jeno,  membuat dada Jeno berdebar tak beraturan dan dia juga begitu menikmatinya.
 
Tapi, Ketika dia sedang asik menerima sentuhan Renjun yang begitu lembut,  tiba-tiba-
 
PLAK
 
"AKHH ... " jerit Jeno kesakitan, pasalnya Renjun memukul kepalanya sangat keras "apa yang kau lakukan?" Jeno langsung mengelus kepalanya, dan melihat Renjun tersenyum sinis padanya.
 
"Kau benar-benar sangat bodoh"
 
"Yah berhenti berkata jika aku bodoh, aku tidak bodoh, Renjun!" geram Jeno.
 
"Kau memang bodoh Jeno! kau kira kebahagiaanku hanya sesuatu yang bisa dinilai dengan uang?"
 
"Jika bukan, lalu apa?"
 
Renjun membuang nafas kasar, tapi kemudian menatap Jeno dengan pandangan yang begitu lembut, membuat dada Jeno kembali bergetar dengan sangat dahsyatnya, terlebih saat kemudian Renjun menyentuh pipinya dan mengelusnya dengan tangannya yang lembut.
 
"Kau tau apa yang paling membahagiakan dalam hidup ku?" Renjun kemudian mendekatkan wajahnya kepada Jeno yang sedang menikmati sentuhan halus tangan Renjun, Renjun kemudian tersenyum melihatnya "Ketika seorang yang ku cintai itu membalas cinta ku" 
 
Kemudian, Jeno merasakan sesuatu yang lembut dan kenyal menyentuh bibirnya.
 
Renjun menciumnya dan sedikit melumat bibir Jeno, Jeno sesaat mematung, tidak percaya dengan apa yang dirasakan oleh bibirnya, dia kemudian melihat Renjun memejamkan matanya dan terus melumat bibirnya, Jeno yang tak percaya masih belum membalas ciuman Renjun.
 
Apa yang Renjun lakukan?
 
Mengapa Renjun mencium ku?
 
Apakah Renjun juga menyukaiku?
 
Lalu, apakah ungkapan Renjun tadi tertuju padannya?
 
Ahh..  sudahlah Jeno, apapun itu, nikmati saja hal yang selalu kau harapkan ini.
 
Astaga, Renjun mencium ku, bibir nya begitu lembut dan juga begitu - ah apa aku sedang bermimpi!
 
Jeno lantas memejamkan matanya, kemudian membalas setiap lumatan bibir Renjun pada bibirnya, memeluk pinggangnya dan menahan tengkuknya.
 
Merasa ciumannya dibalas, Renjun tersenyum dan langsung mengalungkan tangannya pada leher Jeno.
 
Ciuman mereka semakin memanas, menyalurkan kasih yang sejak lama sama-sama mereka pendam sejak lama.
 
Bolehkah mereka seperti ini?
 
Jeno memasukkan lidahnya pada mulut Renjun, dan Renjun menerimanya dengan senang hati.
 
Bolehkah Jeno berpikir jika Renjun itu juga mencintainya, mencintai dalam seperti Jeno mencintainya?
 
Pengakuan Renjun tadi serius untuknya kan?
 
Renjun mencintainya, ya Renjun mencintainya
 
Lalu, apakan Jeno boleh egois? Mengambil Renjun untuknya? Tapi- apa dia bisa melakukannya?

 
 
Bersambung

I LOVE YOU MY ... (NOREN) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang