BAB 4

145 24 0
                                    

Setelah mereka menyudahi ciuman mereka yang di penuhi dengan perasaan yang terpendam begitu lama, mereka berdua langsung saling beradu tatap, sesaat ada Cinta pada tatapan keduanya, hingga kemudian kebingungan langsung melanda keduanya setelah menyadari apa yang sudah mereka berdua lakukan.
 
Sampai-
 
Renjun tersenyum pada Jeno seolah apa yang sudah mereka lakukan bukanlah hal yang luar biasa atau suatu hal yang perlu di khawatirkan "kita pulang" ucapnya, kemudian dia menjauhkan wajahnya dari Jeno dan duduk dengan tenang di kursi yang ada disamping Jeno yang sedang mengemudi.
 
Sedangkan hatinya berdetak begitu sangat berisik akibat ulahnya yang begitu nekat, terlebih saat dia melirik Jeno yang ternyata hanya diam tanpa ekspresi.
 
'Mengapa dia diam saja? Katakan sesuatu Jeno!' hati Renjun begitu sangat frustrasi karena Jeno tidak menatapnya sama sekali, bahkan Jeno begitu diam saat kembali menyalakan mobil, padahal apa yang baru saja mereka lakukan adalah hal yang begitu cukup intim, sehingga Renjun sedikit meremas baju yang digunakannya karena cemas yang coba di tutupinya 'apa dia marah padaku? Atau dia tidak menyukai ku?' kebimbangan langsung menyeruak masuk dalam pikirannya karena Jeno yang terlalu diam padanya 'bagaimana jika dia benar marah padaku karena aku sudah lancang menciumnya?' Mata Renjun kembali melirik Jeno yang masih diam dengan tatapan datarnya 'dia benar-benar marah padaku?'
 
Padahal, diamnya Jeno justru karena dia masih bingung dengan apa yang sudah mereka lakukan dan tindakan apa yang harus dia lakukan untuk menyikapi situasi seperti ini.
 
Mengapa Renjun menciumnya?
 
Hal yang seperti itu benar-benar mengganggu dirinya, karena terlalu mewah jika dia mengharapkan Renjun juga memiliki perasaan yang sama dengan apa yang di rasakan olehnya.
.
.
.
.
Sesampainya di rumah Renjun, Jeno memarkirkan mobilnya setelah gerbang itu terbuka dengan sendirinya, setelah memarkir mobilnya, Jeno mematikan mesin mobil dan kemudian membuka sabuk pengaman dan keluar dari mobil.
 
Mereka masih belum berbicara dan tidak juga saling menatap satu sama lain lagi, tapi meskipun begitu, saat Jeno membukakan pintu untuk Renjun, Renjun tetap menerima uluran tangan Jeno untuknya, -hal yang sudah menjadi kebiasaan mereka berdua.
 
Dan saat itu terjadi, mereka sempat beradu tatap sehingga mereka berdua langsung gugup karena kejadian sebelumnya yang masih menjadi kekhawatiran mereka berdua, dan setelah itu mereka benar-benar terlihat sangat canggung saat mereka sama-sama berjalan masuk kedalam rumah Renjun meski tangan mereka masih saling terkait.
 
Kemudian mereka berdua menemukan Baekhyun -ibunya Renjun yang sedang berdiri didepan rumah, sehingga- mau tidak mau mereka berdua langsung menyapa wanita cantik dua anak yang sudah dewasa itu.
 
"Oh kalian sudah pulang?"
 
Keduanya menggangguk, dan Baekhyun langsung melirik tangan Renjun dan Jeno yang saling berpegangan, tapi dia tidak berkomentar apapun tentang hal tersebut karena itu adalah hal yang sudah biasa, meski dalam hati dia terus bertanya kapan mereka berdua tidak melakukan hal seperti itu lagi karena Renjun sudah memiliki Hyunjin.
 
"Lalu, bagaimana kencan mu hari ini?"
 
"Berjalan lancar" jawab Renjun dengan tidak bersemangat.
 
Ibunya langsung menggelengkan kepalanya, kebiasaan Renjun jika ditanya soal kencan benar-benar tidak bersemangat, padahal Baekhyun membutuhkan berita perkembangan tentang hubungan anaknya dan tunangannya itu.
 
"Baiklah, masuklah kedalam, kalian mandi dan setelah itu kita makan malam bersama, ayah mu akan segera pulang" titah Baekhyun yang membuat keduanya menggangguk.
 
'"Tapi, apa yang eomma lakukan disini?" Tanya Renjun.
 
"Menunggu belanjaan, tadi ada yang tertinggal karena eomma buru-buru pergi"
 
Renjun sedikit mendengus "kebiasaan" katanya dengan suara yang lirih.
 
Baekhyun langsung mengernyit "apa yang kau katakan?"
 
"Tidak, selamat menunggu" Renjun langsung tersenyum pada Jeno "ayo kita masuk, biarkan wanita tua ini menunggu sendiri"
 
Kemudian, keduanya langsung masuk sebelum Baekhyun benar-benar marah pada Renjun.
 
Tetapi Baekhyun tidak marah, melainkan menatap kepergian mereka dengan kekhawatiran dalam pikirannya saat melihat Renjun dan Jeno yang saling bergandengan tangan.
 
Hal yang seperti itu sebenarnya sudah biasa, hanya saja umur mereka berdua terus bertambah dan Renjun sudah memiliki kekasih dan segera menikah setelah Renjun lulus kuliah nanti, setidaknya itulah yang sudah mereka semua rencanakan.
 
Jika mereka terus seperti itu, lantas bagaimana kehidupan mereka kedapannya?
 
Mereka kelak pasti akan memiliki pasangan satu sama lain.
 
Helaan nafas langsung keluar dari mulut Baekhyun "sampai kapan mereka akan terus seperti itu?"
.
.
.
.
Jeno dan Renjun masuk kedalam dengan tangan yang masih saling terkait, dan saat didepan pintu kamar Renjun, Renjun masih enggan melepaskan tangan Jeno.
 
"Aku harus mandi, Renjunie" Jeno mencoba melepaskan tangan mereka, tapi Renjun menahannya karena dirasa masih ada hal yang harus mereka berdua bicarakan.
 
"apa kau marah pada ku?"
 
Jeno menaikan satu alisnya, kemudian tersenyum" tidak"
 
Renjun menghela nafas lega kemudian tersenyum begitu manis meski dalam hatinya merasa gugup "apakah kita perlu membicarakan hal yang tadi kita lakukan? M- untuk membicarakan apa yang sudah kita lakukan di mobil tadi"
 
Jeno menggangguk "ya, tapi setelah makan malam"
 
Meski sebenarnya Renjun ingin sekali membicarakan secepatnya, tapi rasanya tidak akan mungkin karena memang sebentar lagi makan malam dan mereka juga perlu mandi.
 
Jadi, dengan sedikit tidak bersemangat Renjun menggangguk pada Jeno, dan setelahnya dia melepaskan tangan Jeno setelah Jeno mengelus kepalanya.
 
Saat Renjun masuk kedalam kamarnya, Jeno menghela nafas karena dia juga benar-benar bingung, setelahnya dia berjalan menuju kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Renjun.
 
Jeno masuk kekamarnya, kamar sederhana dengan cat berwarna putih, dengan kasur king size, serta ruangan khusus untuk pakaiannya dan meja belajar beserta rak-rak buku yang terisi banyak bukunya, dan beberapa koleksi Jeno lainnya, juga ada sofa nyaman yang biasa digunakan oleh Jeno untuk membaca bukunya sambil bersantai.
 
Jeno kemudian mendudukan dirinya dibangku meja belajarnya, dia bersandar dan kemudian menyentuh bibirnya, 'apa yang terjadi? apa benar Renjun menyukai ku?'
 
Jeno sebenarnya sangat bahagia meski sempat bingung saat Renjun menciumnya tadi, apalagi jika Renjun juga benar menyukainya, hanya saja tiba-tiba dia ingat dengan Hyunjin, sehingga kebahagiaannya langsung berkurang dan di gantikan dengan ke bimbangan.
 
"Apa yang harus aku lakukan kepada Hyunjin? bagaimana jika dia tau apa yang tadi sudah aku lakukan terhadap kekasihnya?"
 
Jeno kemudian merebahkan kepalanya diatas meja belajar yang ada dihadapannya "aku senang karena Renjun juga menyukaiku, tapi mengapa ini terasa salah?" Jeno memejamkan matanya sampai pintu tiba-tiba pintu diketuk oleh seseorang.
 
"boleh eomma masuk nak"
 
"Masuk saja eomma" Jeno berdiri dan merapikan tas yang tadi masih berada dibahunya yang belum sempat dia lepaskan, diletakkan tas itu dilemari yang dikhususkan untuk tasnya.
 
Pintu dibuka dan menampakan Yoona -ibunya Jeno dan perempuan itu tersenyum kepada anaknya yang berdiri didepan lemari tasnya "hai tampan, bagaimana hari mu?"
 
"Seperti biasa, sedikit melahkan" Jeno tersenyum pada ibunya sambil menutup lemari tasnya, kemudian dia menghampiri ibunya dan memeluknya "lalu, bagaimana dengan hari mu nyonya Lee?"
 
Yoona tersenyum dan membalas pelukan anaknya "kau ada masalah?" bukannya menjawab Yoona malah balik bertanya, dia merasakan jika anaknya ini sedang ada masalah.
 
Karena setiap kali anaknya ini mempunyai masalah, anaknya ini pasti akan menjadi lebih manja kepadanya.
 
"Tidak" tapi Jeno malah sedikit mempererat pelukannya.
 
"Jangan berbohong, anak eomma yang tampan ini terlihat sangat menyedihkan, ayolah ceritakan lah pada eomma"
 
Jeno melepaskan pelukannya, dia menatapnya ibunya dan kemudian menghela nafas "bisa aku tidak ceritakan sekarang?"
 
"Baiklah " Yoona tersenyum dengan lembut dan mengelus lengan anaknya yang jauh lebih tinggi darinya "eomma akan menunggu cerita mu, apapun masalah mu, hadapilah dengan baik, karena eomma yakin, anak eomma yang tampan pasti bisa melewatinya, jadi semangatlah"
 
"terimakasih eomma, kau memang yang terbaik"
 
"Ya eomma tau itu" kemudian Yoona terkekeh "baiklah, sekarang kau mandi, setelah itu turun kebawah, tuan Chanyeol sudah pulang"
 
"Baik eomma"
 
Setelah itu Yoona keluar dari kamar Jeno, dan Jeno yang di tinggalkan ibunya kembali di penuhi dengan pikiran yang penuh ke bimbangan.
.
.
.
.
Kamar Jeno, Mark dan Renjun itu sama besar dan sama luasnya, hanya isinya yang membedakan kamar mereka karena menyesuaikan kegemaran mereka masing-masing.
 
Kamar mereka pun saling berdekatan, meski Jeno itu sopir dikeluarga Chanyeol dan ibunya Jeno adalah maid dikeluarga mereka, tetapi Jeno sudah dianggap anak oleh keluarga Renjun.
 
Jadi, orang tua Renjun tidak membandingkan Jeno dengan kedua anaknya.
 
Bahkan, awalnya mereka tidak berkeinginan Jeno bekerja menjadi sopir mereka, tapi Jeno yang keras kepala memaksa untuk bekerja sehingga akhirnya mereka mempekerjakan Jeno sebagai sopir Renjun, karena jika Jeno dipekerjakan dikantor, itu akan membuat waktu kuliah Jeno terganggu, dan begitu juga jika Jeno bekerja part time di cafe atau ditempat lain, bukan hanya kuliahnya yang terganggu, tapi Renjun juga pasti akan mengikuti jejak Jeno, mengingat mereka selalu bersama dan Renjun yang tidak bisa jauh dari Jeno.
 
Akhirnya hanya menjadikan Jeno sopir Renjun satu-satunya pekerjaan yang cocok untuk Jeno, mengingat mereka kemanapun selalu bersama.
 
Hanya saja, Jeno terlalu sangat menekuni perannya sebagai sopir, sampai-sampai dia memanggil orang tua Renjun dengan sebutan nyonya dan tuan, yang membuat mereka sempat terkejut dan merasa canggung mendengarnya.
 
Mereka sempat menolak dan meminta Jeno memanggil mereka dengan sebutan seperti biasa saja, tapi sekali lagi, Jeno yang keras kepala menolak dengan mengatakan, jika dia sedang bekerja, jadi dia harus profesional, dan dia harus memanggil majikannya dengan sopan.
 
Akhirnya mereka semua hanya bisa pasrah dan menuruti keinginan Jeno, selama Jeno bisa nyaman dan senang.
 
Lagi pula, panggilan formal itu hanya berlaku ketika jam kerja saja, dan ketika Jeno merasa jam kerjanya sudah habis, panggilan Jeno untuk yang lain akan kembali normal.
 
Dan hal tersebut justru membuat mereka merasa Jeno masih seperti anak kecil, yang selalu melakukan apapun sesuai kehendaknya.
.
.
.
.
Jeno dan keluarga Renjun sudah berada dimeja makan, meja makan itu panjang dan memiliki 8 kursi disisinya dan dua kursi berada didepannya.
 
Seperti biasa, Jeno akan duduk bersebelahan dengan Renjun, ayah Jeno duduk dikursi kepala kelurga, sedangkan ibunya Renjun masih sibuk merapikan makanan bersama ibunya Jeno.
 
Selesai merapikan makanan, Yoona dan Baekhyun duduk saling bersebelahan dan berhadapan dengan Renjun dan Jeno.
 
Saat makan malam, mereka memang akan selalu makan bersama, sedangkan di pagi hari hanya keluarga Renjun yang sarapan di meja makan, mengingat Yoona dan Jeno sudah mulai sibuk dengan pekerjaannya.
 
Sedang kan makan siang, justru jarang sekali meja makan ini terisi, mengingat jarang diantara mereka makan siang dirumah kecuali jika hari libur.
 
"Bagaimana hari kalian anak-anak? " kepala keluarga disitu bertanya disela makan mereka.
 
"Baik appa/baik aboji" jawab Renjun dan Jeno secara bersamaan.
 
Renjun memakan makanannya sesekali memberikan sayuran dan beberapa lauk lain kepada Jeno untuk dimakannya, sedangkan Jeno yang sudah terbiasa dengan perlakuan Renjun, hanya menerima dan memakannya.
 
Sedangkan yang lain sudah terbiasa dengan pemandangan seperti itu, jadi biasa saja melihatnya, bahkan terkadang merasa gemas dengan tingkah mereka berdua.
 
"Bagaimana dengan kuliah kalian?"
 
Renjun menghentikan memberi lauk kepada Jeno, ketika dia melihat sudah tidak ada tempat lagi dipiring Jeno, dan kemudian dia menatap keayahnya
 
"tidak ada yang istimewa appa, hanya seperti biasa, dan sebentar lagi kami akan sibuk untuk menyelesaikan tugas akhir kuliah kami" Renjun melanjutkan makannya dan sesekali memberikan lauk kepada Jeno ketika Jeno sudah menghabiskan lauk yang ada dipiringnya.
 
"Sudah cukup, Renjunie" Jeno menghentikan sumpit Renjun dengan sumpitnya ketika Renjun akan memasukan lauk lagi ke piringnya. "Perut aku akan meledak jika kau terus memasukkan makanan lagi kepiring ku"
 
Renjun tersenyum kemudian memasukan lauk yang berada disumpitnya ke mulut Jeno, Jeno tidak bisa mencegahnya karena Renjun memasukkannya secara tiba-tiba.
 
"Yak.. aku akan tersedak jika kau masukan makanan secara mendadak seperti itu" Jeno menatap Renjun sinis sedangkan Renjun hanya tersenyum menanggapinya.
 
"aku hanya ingin kau sehat Jeno"
 
Renjun kemudian melanjutkan makannya dan tidak mempedulikan ocehan yang dilontarkan oleh Jeno selanjutnya, sedangkan orang tua mereka yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah anak mereka yang masih seperti anak kecil.
.
.
.
.
"Jeno, Renjunie, kemari sayang"
 
Jeno dan Renjun menghentikan langkahnya yang akan menaiki anak tangga ketika Baekhyun memanggil nama mereka.
 
Mereka kemudian manghampiri Baekhyun yang berada diruang keluarga.
 
"Lihatlah, eomma membelikan kalian berdua baju" Baekhyun mengeluarkan piyama dan kemeja berwarna pink dari kantung belanjaannya yang tadi sempat tertinggal ditoko.
 
Renjun dan Jeno hanya memutar malas mata mereka, entah sudah berapa banyak baju yang mereka punya, bahkan ruang pakaian mereka mungkin sudah tidak muat dengan pakaian-pakaian mereka yang dibelikan oleh Baekhyun.
 
Sedangkan Renjun jadi tidak pernah membeli baju karena ibunya selalu membelikannya baju, bahkan tanpa diminita sekalipun.
 
Baekhyun ini sangat hobi berbelanja, dia akan membeli baju berapapun harganya jika dia rasa itu menarik, bukan hanya untuk dirinya saja, tapi untuk keluarganya juga, apalagi jika dia sudah melihat pakaian pasangan, dia akan langsung mengingat Renjun dan Jeno, kemudian dia akan antusias untuk membelinya.
 
Karena baginya, Jeno dan Renjun bagaikan anak kembar, mengingat mereka dilahirkan hanya berbeda beberapa hari dan tidak bisa dipisahkan sejak lahir.
 
Jadi, apapun yang mereka berdua gunakan itu harus sama, bahkan dia akan menyiapkan segala sesuatunya agar mereka tetap selalu menggunakan hal yang sama.
 
"Eomma membelinya lagi?" Renjun mengambil pakaian untuknya dan mencocokkannya.
 
"Bahkan lemari ku sudah tidak muat lagi dengan pakaian yang eommonim belikan" Jeno mencoba kemajanya, kemudian memperhatikan Renjun yang sedang mencoba kemejanya juga.
 
"Ishh.. aku akan memperluas lemari pakaian kalian nanti" Baekhyun tersenyum bangga melihat Jeno dan Renjun terlihat sangat cocok dengan kemeja yang baru dia beli "Lihatlah, kalian terlihat sangat mengagumkan"
 
Jeno dan Renjun saling bertatapan dan kemudian tersenyum.
 
"kami memang selalu mengagumkan eomma" kata Renjun sambil merangkul lengan Jeno.
 
"Tentu saja, kaliankan anak eomma, jadi kalian memang mengagumkan" Baekhyun kemudian memberikan piyama berwarna pink kepada Renjun dan Jeno "untuk malam ini, kalian pakai ini"
 
"Ahh.. piyama yang kemarin eommonim belikan saja baru sekali kami pakai"
 
"Tidak ada bantahan Jeno, kau harus memakainya malam ini, kalian berdua pasti terlihat sangat menggemaskan" Baekhyun kemudian meninggalkan mereka dan menuju kamarnya.
 
"Haniiii...... aku memiliki baju baru untuk mu haniii..... "
 
Renjun dan Jeno hanya geleng-gelengkan kepala mereka melihat tingkah Baekhyun yang selalu terlihat energik.
.
.
.
.
.
Tok tok tok
 
"Masuklah" kata Renjun sambil berjalan menuju pintu ketika dia melihat Jeno membuka pintu.
 
Jeno menutup pintu kamar Renjun dan tersenyum "kau terlihat menggemaskan"
 
Renjun tersenyum dan langsung memeluk Jeno yang berdiri didekat pintu.
 
"Kau juga sangat lucu menggunakan baju ini, Jeno"
 
Jeno kemudiaan membalas pelukan Renjun, untuk sesaat tidak ada suara diantara mereka, karena mereka sedang menikmati kenyamanan dan kehangatan yang mereka sedang rasakan.
 
Renjun mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah Jeno, matanya yang indah menatap Jeno dengan penuh cinta dan kekaguman.
 
Jeno melihat mata yang menatapnya dan kemudian beralih pada bibir Renjun yang tadi menciumnya, dan secara perlahan dia mendekatkan wajah pada Renjun, sedangkan Renjun langsung menutup matanya dan bersiap mendapat ciuman dari Jeno.
 
Bibir Jeno semakin mendekat bahkan nafas Renjun bisa dia rasakan, ketika bibir mereka hanya berjarak beberapa senti lagi, Jeno berhenti, dia memandang wajah Renjun dan tiba-tiba dia teringat Hyunjin sehingga Jeno mengalihkan ciumannya ke pipi Renjun.
 
"Selamat malam" Jeno berbisik ketelinga Renjun setelah mencium pipinya.
 
Renjun kemudian membuka matanya, dia sedikit kecewa karena Jeno tidak mencium bibirnya.
 
Jeno menarik Renjun untuk duduk disofa yang ada dikamar Renjun, mereka duduk bersebelahan, Jeno menghadap Renjun dan begitu juga sebaliknya, dan tangan mereka saling menggenggam satu sama lain.
 
"Aku ingin membicarakan tentang kejadian dimobil tadi" kata Jeno sambil menatap serius wajah Renjun.
 
Saat tau Jeno menatapnya seperti itu, Renjun langsung menunduk, tidak berani menatap Jeno karena jantungnya berdetak terlalu cepat, entah karena takut atau karena hatinya yang terlalu mencintai pria yang duduk bersamanya ini.
 
"Apa maksud ucapan mu waktu dimobil tadi?"
 
Renjun mengernyit dan menaikan kepalanya hingga dia menatap wajah Jeno, rasa malu dan takutnya bahkan sampai hilang saat mendengar pertanyaan Jeno, dia langsung memajukan bibirnya dan mengumpat dalam hati 'dasar bodoh! masa dia tidak tau maksud dari ucapan ku tadi, Apa dia tidak tau jika aku mengumpulkan seluruh keberanian ku untuk mengucapkan itu'
 
"Bodoh!"
 
Kini Jeno yang mengernyit saat Renjun mengatakan hal tersebut "siapa yang kau maksud bodoh?"
 
"Tentu saja kau, hanya kau yang ada didepan ku, bodoh!"
 
"Yah berhenti memanggil ku bodoh, aku sedang serius Renjunie" kemudian Jeno melepaskan genggam tangan mereka dan melipat tangannya didada "baiklah, meski aku tidak terlalu yakin maksud ucapan mu tadi, tapi apa kau masih ingat jika sekarang kau sudah punya kekasih?"
 
Renjun mengganggukan kepalanya, dengan bibir yang masih di poutkan.
 
"jadi bagaimana pendapatnya jika dia mengetahui bila kekasihnya mengucapkan hal semacam itu kepada pria lain?"
 
Renjun menunduk dan memainkan jemarinya "Aku tidak peduli pendapatnya, aku tidak mencintainya, seharusnya kau tau itu"
 
Jeno menghela nafasnya secara kasar, dia kemudian kembali menggenggam tangan Renjun.
 
"Renjun, Hyunjin adalah kekasih mu, calon suami mu dan dia juga mencintaimu, kalian sudah lama menjalin kasih, mana mungkin kau tidak mencintainya?"
 
"Aku sudah berusaha mencintainya selama kami berpacaran, tapi semakin aku berusaha, aku semakin tidak memiliki perasaan apapun padanya" Renjun menghela nafas "dan aku juga selalu tidak pernah merasa nyaman bersamanya"
 
Jeno memejamkan matanya sejenak, sebenarnya dia bahagia dengan pengakuan Renjun jika Renjun tidak mencintai Hyunjin, bahkan sangat bahagia.
 
Tapi, ketika dia mengingat Hyunjin yang sangat mencintai Renjun, ada perasaan yang membuat dia tidak enak, dia jadi merasa sangat jahat terhadap Hyunjin jika dia bahagia saat mendengar hal seperti ini.
 
"Jika seperti itu, jadi- Kau - benar-benar mencintaiku?" tanya Jeno hati-hati, ada sedikit keraguan dalam pertanyaan Jeno, karena dia takut salah mengartikan.
 
Renjun mengganggukkan kepalanya,
Jeno kemudaian tersenyum dengan sangat lebar sampai-sampai memperlihatkan dimplenya, cintanya tidak bertepuk sebelah tangan?
 
Ah haruskah dia bersorak bahagia?
 
Tapi, sekalia lagi - Hyunjin langsung terlintas dalam pikirannya, sampai-sampai dia harus menahan kebahagiaannya untuk dirinya sendiri, dia harus mengalah untuk kebahagiaan semua orang, Renjun mungkin belum merasa nyaman terhadap Hyunjin, tapi kedepannya Renjun pasti akan bahagia hidup bersama Hyunjin, sedangkan dirinya pasti hanya akan memberikan Renjun penderitaan.
 
"Renjun tatap aku"
 
Renjun mengangkat kepalanya dan kembali menatap Jeno.
 
"Aku juga menyukaimu, sangat"
 
Renjun tersenyum bahagia dengan ungkapan Jeno barusan.
 
"Tapi kau sudah memiliki Hyunjin, jadi tidak seharusnya kau mencintaiku"
 
Dan senyum Renjun langsung menghilang.
 
"Kau akan bahagia dengannya, kalian akan bertunangan sebentar lagi, selanjutnya kalian akan menikah dan hidup kalian akan selalu diberkahi dengan kebahagiaan dan kesejahteraan" Jeno memejamkan matanya sejenak, dia sakit dengan apa yang dia ucapkan "jadi hilangkan perasaan mu terhadapku, kita hanya bersahabat, aku menyayangi mu dan kau juga menyayangi ku" Jeno mencium tangan Renjun yang digenggamnya "dan selamanya akan seperti itu"
 
"Aku tidak ingin bersama Hyunjin, Jeno! aku tidak mencintainya"
 
"Lalu apa kau ingin bersama ku?"
 
Renjun menggangguk
 
Jeno kemudian menghela nafas "Renjun, aku ini hanya bekerja sebagi sopir mu, dan sebagai-"
 
"Aku tida peduli Jeno, dan jangan pernah merendahkan dirimu lagi, aku tidak suka itu" mata Renjun tergenang oleh air mata.
 
"Tapi aku peduli Renjunie, aku tidak percaya diri untuk merangkul mu, bahkan aku tidak sanggup mengharapkan jauh kepada mu, aku hanya sanggup mencintaimu dan aku ingin melihatmu selalu bahagia, dan kebahagiaan mu bukan aku tapi Hyunjin"
 
Jeno mencoba menghapus air mata Renjun tapi kemudian ditepis oleh Renjun.
 
"Kau tidak mencintaiku Jeno, kau selalu membuat ku tersiksa dengan memaksa ku mencintai Hyunjin!"
 
"Bukan aku, tapi kau yang membuat dirimu tersiksa, karena kau selalu menolaknya, cobalah menerimanya"
 
"Jadi kau menyalahkan ku? Dan ingin aku melanjutkan penderitaan ku?"
 
"Bukan seperti itu, itu bukan penderitaan mu, tapi kebahagiaan mu"
 
"Sudahlah aku tidak ingin melanjutkan ini" Renjun berdiri dan melapaskan genggaman tangan mereka "sebaiknya kau keluar, malam ini aku tidak ingin melihatmu ada dikamar ku!"
 
"Baiklah" Jeno berdiri dan Renjun langsung memalingkan wajahnya, dia tidak mau melihat Jeno karena dia sangat kesal dengan Jeno.
 
Jeno yang melihat Renjun tidak ingin menatapnya, hanya bisa menghela nafas dan kemudian keluar dari kamar Renjun.
 
Ketika Jeno sudah keluar dari kamarnya, Renjun langsung kembali duduk di sofanya dan dia menangis "aku membenci mu Jeno!" Kata-kata itu diucapkan berkali-kali sambil menangis.
.
.
.
.
Jeno menuruni anak tangga, dia sangat haus, berbicara dengan Renjun benar-benar sudah menguras tenaga dan hatinya.
 
Dan ketika dia sudah sampai dibawah, tiba-tiba terdengar teriakan dari atas.
 
"AKU MEMBENCIMU SIWOOOOONNNNN!!! "
 
BRAK
 
Suara bantingan pintu yang tertutup secara kasar dan beserta teriakan Renjun membuat penghuni rumah langsung mengerubungi Jeno.
 
"Apa kalian bertengkar?" Tanya Baekhyun pada Jeno.
 
Jeno menggangguk dan sedikit terkejut, melihat orang tua Renjun dan ibunya menggunakan piyama yang sama dengannya, berwarna pink.
 
Orang tua Renjun beserta ibunya Jeno hanya menggelengkan kepala mereka, yang seperti ini memang sering terjadi diantara keduanya.
 
"Apa kali ini serius? sepertinya dia sangat marah "
 
"Ya sangat serius eommonim, bahkan aku tidak tau apa aku bisa menyelesaikan pertengkaran ini dengan cepat atau tidak" jawab Jeno dengan tidak bersemangat.
 
"Apa kamu butuh bantuan kami?" Tawar Chanyeol, ayah Renjun.
 
"Tidak perlu aboji, aku akan mencoba berbaikan dengannya besoknya pagi"
 
"Baiklah, selesaikan dengan cepat permasalahan kalian, kau taukan kami tidak tahan jika tuan putri itu sudah marah" Chanyeol menepuk bahu Jeno "semangatlah"
 
'"Terimakasih aboji"
 
Mereka meninggalkan Jeno dan menuju kamar masing-masing, sedangkan Jeno menuju dapur dan mengambil minumnya.
.
.
.
.
.
Renjun tidak bisa tidur malam ini, dia biasa tertidur dengan memeluk Jeno, Jeno yang membelai kepalanya dan Jeno yang memeluknya.
 
Tapi karena dia sedang kesal dengan Jeno, dia jadi sulit tidur, sehingga yang dia lakukan hanya membolak-balikan badannya, bahkan seprai dikasurnya yang tadinya rapi kini sudah tidak beraturan karena ulahnya yang memutar badannya kesegala arah.
 
Dia butuh Jeno, tapi dia sedang marah dengan Jeno.
 
Dia tidak bisa tidur, jadi dia bingung apa yang harus dia lakukan.
 
Ini sudah jam 1 malam, dia sudah mengantuk, tapi matanya tidak juga bisa terpejam.
 
Akhirnya Renjun bangun dari kasurnya dan kemudian dia duduk " apa aku harus kekamar Jeno?" Renjun menenggelamkan kepalanya dilututnya "tapi aku sedang marah padanya,... tapi aku juga tidak bisa tidur.. "
 
Renjun menghela nafas secara kasar "aku harus berbaikan dengannya" dan kemudian sebuah ide terlintas dikepalanya "dan aku akan meyakinkannya dengan cara menggodanya besok" kemudaian dia menyeringai, tekat Renjun sudah bulat, dia akan memutuskan Hyunjin, dan menjadikan Jeno miliknya.
 
Tidak peduli banyak orang akan kecewa dengan keputusannya, karena yang terpenting baginya, dia harus bahagia bersama Jeno.
 
Egois memang, tapi sudah lama dia menderita dengan perasaannya dengan bertahan bersama Hyunjin, jadi dia tidak akan peduli lagi dengan perasaan mereka.
 
Renjun melangkahkan kakinya keluar dari kamar, dan menuju ke kamar sebelah, syukurlah tidak terkunci, sehingga dia dengan mudah memasuki kamar tersebut.
 
"Dia sangat curang, dia bisa tidur dengan nyenyak sedangkan aku? tidak bisa tidur." Gerutunya ketika dia melihat Jeno sudah terlelap dan mendengkur halus.
 
Renjun duduk dipinggir kasur Jeno, kemudian memandang Jeno yang tertidur menghadapnya.
 
"Kau sangat tampan Jeno" dan bibirnya tersenyum "dan aku sangat mencintai mu"
 
Renjun menundukan kepalanya untuk mencium kening Jeno dan kemudian mengecup singkat bibir Jeno.
 
"Aku akan menjadikan mu milikku , dan tidak akan ada orang yang bisa mencegahku"
 
Renjun menaiki kasur Jeno dan tertidur dibelakang Jeno, dia memeluk Jeno dari belakang, kepalanya dia sandarkan kepunggung Jeno dan kemudian memeluk Jeno dengan erat
 
"aku mencintai mu, sangat mencintai mu"
 
Renjun memejamkan matanya dan mengikuti Jeno yang sudah terlebih dahulu berada didalam mimpi.

Bersambung

I LOVE YOU MY ... (NOREN) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang