two

26 15 2
                                    

"Maaf kalau kesannya menganggu, gue cuma pengen-"

"LUNA! Sumpah sorry," potong Nikita tiba-tiba datang dengan nafas yang tersengal-sengal. "Tadi gue abis ajuin proposal, eh ternyata pak kampret, eh maksudnya pak Kamal itu malah pulang duluan anj*r."

Kini fokus mereka langsung teralihkan dengan sosok wanita satu ini. Lunara hanya terkekeh kecil sebagai reaksinya.

"Lah lo lagi?" tanya Nikita menyadari ada Biru disana.

Biru berdehem pelan berusaha terlihat cool, kemudian sedikit mengibaskan rambut pendeknya ke atas. "Nih, buat lo." Biru menawarkan minuman kaleng yang tadinya ingin ia berikan kepada Lunara.

Sontak mata Nikita membinar, dia tak menyangka seorang Biru memberinya minum? Sungguh pencapaian yang luar biasa Nikita. Dengan tangan yang bergetar dia menerima minuman itu dan menggenggamnya erat, seolah tak membiarkan siapapun merampasnya.

"Ma-makasih," ucapnya pelan, pelan sekali. Pipinya memerah, dia bahkan tak berani menatap kedua manik mata Biru. Perubahan yang sangat cepat pada sifatnya.

Membiru mengangguk bangga, dia melambaikan tangannya sambil berjalan menjauh lalu memasukkan kedua tangannya dalam sakunya. Jujur, dia memang terlihat keren. Tapi terkadang dia sulit ditebak.

Ketika sudah agak jauh, Biru menghentikan langkahnya dia segera berlari ke untuk bersembunyi, matanya berpencar mengintip dari belakang Mading sekolah melihat aktifitas yang dilakukan Lunara dan Nikita. Apakah mereka terlihat menganggapnya aneh? Tidak! Atau mereka berfikir Biru sudah gila? Itu juga tidak mungkin, kan. Mereka terlihat baik-baik saja, tak seperti sedang membicarakannya. Biru langsung membuang nafas legah, tidak apa-apa dia hanya khawatir akan ada rumor yang bilang Biru aneh, walau memang iya.

"WOI!"

"ANJ*NG!"

Respons terkejut dari Biru tercermin jelas di wajahnya yang terpana, memberikan nuansa dramatis pada saat tersebut. Tubuhnya terjingkat dan nafasnya menjadi tak beraturan, dia sudah eperti maling yang tertangkap basah.

"Lo ngapain kek orang tol*l?" Celetuk laki-laki dengan seragam putih abu-abu yang dikeluarkan berantakan, dan tanpa dasi itu.

Kesal, Biru menendang kaki laki-laki menyebalkan yang bernama Devon algraha, bersamaan mulutnya yang mengumpat tanpa suara. Kemudian dia kembali melirik Lunara sekilas, dan langsung berlari menjauh tanpa aba-aba.

"Eh woi! Lah?" Devon menatap kepergian Biru yang terlihat mencurigakan. "Gila."

•••

Lunara melangkah dengan santai menuju loker pribadinya yang terletak tidak jauh dari kelasnya, dengan headset yang setia menemani telinganya. Saat tiba di depan loker yang bertuliskan namanya dengan jelas, dia membuka pintunya dengan perasaan penasaran. Namun, sedikit terkejut dan heran melanda wajahnya saat menemukan sebuah minuman kaleng yang masih dingin di dalamnya.

Alisnya sedikit terangkat, karena Lunara yakin bahwa dia tidak membeli minuman tersebut sebelumnya. Pertanyaan pun muncul dalam pikirannya, siapakah yang memasukkan minuman ini ke dalam loker? Apa ada yang salah loker? Tapi itu tidak mungkin, ini hal yang baru dan pertama kalinya untuknya.

Dengan perasaan ingin tahu yang semakin memuncak, Lunara mengambil minuman tersebut dan menemukan selembar kertas kecil yang terlipat rapi di dalamnya. Tangan Lunara dengan hati-hati membuka kertas tersebut, mencoba mencari petunjuk atau penjelasan atas kehadiran minuman misterius tersebut di loker pribadinya.

 Tangan Lunara dengan hati-hati membuka kertas tersebut, mencoba mencari petunjuk atau penjelasan atas kehadiran minuman misterius tersebut di loker pribadinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Membiru Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang