twenty two

37 6 20
                                    

Sampai Jadi Debu — Banda Neira

***

Tidak, masih terlalu dini untuk mati, Changbin.

Meski rasa perih itu terus mencekiknya, namun kedua tangan Changbin menggenggam pelaku yang berusaha membunuhnya itu dengan erat. Ia cakar tangan biadab itu hingga darah mengucur dan sang pelaku mulai melonggarkan dorongan telapak tangannya pada kepala Changbin.


SRETT


"L-leher saya..."

Ketika sang pelaku melepaskan tangannya, Changbin langsung meraup nafas sebanyak-banyaknya dengan rakus. Kedua matanya melihat orang gila itu tengah berlutut memegangi lehernya yang mengucur darah. Dia terlihat menyeramkan sekaligus ketakutan seakan malaikat maut yang memenggal lehernya tengah tertawa menunggu untuk nyawanya dibawa. Tak lama dari posisinya ia tersungkur ke dalam air; mengambang bersamaan warna sungai yang berubah merah.

Kemudian, malaikat maut itu kini membeku, gemetar melihat telapak tangannya sendiri tergenang darah segar yang bau anyir. Seakan membawa satu nyawa menuju neraka merupakan hal baru baginya.

Felix, baru saja membunuh seseorang,

Setelah sadar dari acara terkejutnya, Changbin langsung naik ke atas perahu dan membawa Felix ke dalam pelukannya. Suami manisnya tengah ketakutan dan memikirkan apa yang baru saja ia lakukan.

Sebenarnya pria manis itu dalam kebingungan sebelum memutuskan mengambil alih dayung dan kembali membawa perahunya bersebelahan dengan perahu milik Sky. Beomgyu yang tidak juga membuat keputusanpun hanya membiarkan Felix menyerang laki-laki berjubah gelap itu dengan pisau lipat yang selalu ia bawa; tepat pada lehernya.

Sungguh, tubuh yang lebih kecil itu bergetar sangat hebat mengingat kembali apa yang telah dirinya perbuat. Sebagai seorang anak manusia yang lahir dalam keluarga yang hangat dan tidak pernah keluar dari jalur hidup yang seharusnya jelas menggorok leher seseorang adalah rencana yang tidak akan pernah Felix pikirkan.

"Sssttt, it's okay, baby. you save me, let me hug you, sweetheart." Ujar Changbin sembari mengelus punggung Felix yang bergetar hebat.

Felix hanya diam dengan tatapan kosong, kecupan Changbin di keningnya tak juga meredakan tubuhnya yang gemetar.

"Kak, pindah dulu ke sini!" Titah Beomgyu pada Changbin. Lantas, ia dudukan Felix pada perahu milik Beomgyu. 

"Kamu di sini dulu ya"

Tak lama, Changbin kembali pada perahu milik Sky. Laki-laki itu masih tak sadarkan diri setelah kepalanya terbentur ujung perahu. Dibawanya tubuh Sky itu untuk tertidur dalam posisi telentang oleh yang lebih tua. Dapat pula ia lihat belakang kepala Sky mengeluarkan darah, menurut insting, laki-laki yang tak sadarkan diri itu mungkin mengalami gegar otak ringan.

Sementara di sisi lain laki-laki cantik berambut pirang itu masih dalam keadaan kacau, Beomgyu yang mencoba menenangkannya juga tak terlalu membantu, di tambah dua perahu yang harus laki-laki bersurai gelap itu pegang; konsentrasinya terbagi dua.

Felix menatap Beomgyu kosong, hanya beberapa detik sebelum pandangan mata kosongnya menatap ke arah depan. Dan di detik itu pula Felix tubuhnya membeku dingin, obsidian yang tadi hampa itu memelotot seakan melihat sesuatu yang buruk tengah terjadi.

"Gyu..." Sahut yang lebih tua pada Beomgyu yang memandangnya panik. Nafas Felix terengah-engah setelahnya.

Beomgyu ikut panik sembari mengikuti arah pandang yang lebih tua dan langsung menutup kedua mulut dengan telapak tangannya. Matanya yang membola itu melihat suatu hal yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

if the world was ending - changlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang