—sky, jeongin, dan hyunjin fokus kita di chapter ini.
—
Ragu menyambangi mimpi Sky semalam. Hatinya kian bergetar syahdu entah karena apa. Kedua telapak tangan halusnya hanya bisa memeluk boneka teddy bear milik Sean yang tertinggal di kamar utama.
Sepi rasanya tak jera menemani tiap langkahnya. Ribuan doa tak lantas buat segalanya baik-baik saja. Curahan hati pada rintik hujan sepertinya hanya sekelebat aliran sungai saja. Sementara lalu pergi.
Sky merasa kosong. Sky rindu anak laki-laki kecilnya. Sky rindu sosok Chris yang selalu mencintainya tanpa sedikitpun mengeluh meski kedua orang tua Sky tak merestui hubungan mereka.
Orang bilang Sean adalah kesalahan kedua orang tuanya. Mulut bengis berbisa itu bilang bahwasanya Chris yang bukan siapa-siapa tak berhak berdiri di sisi Sky yang punya segala. Tapi seperti kata beberapa musafir cinta yang mendendangkan syair murahannya, tak pernah terlihat seseorang melanggar larangannya demi satu itensitas tak bernyawa bernama cinta; itu berarti Sky lebih memilih mengejar cintanya dengan melanggar titah orang tua.
Sean hadir tatkala keadaan keluarga Kim dan Bang bergejolak hebat. Anak malang itu terlalu dini untuk merasakan pahitnya masalah keluarga.
Sampai saat ini Sky dan Chris belum mengikrarkan pernikahan secara sah di mata negara, namun secara agama keduanya telah mengikrarkan janji di hadapan Tuhan setelah Sean lahir. Alasannya jelas karena orang tua Sky yang tak memberi restu bahkan hingga akhir hayat. Maka dari itu hingga sekarang marga Kim masihlah berada jelas di nama lengkap Sky.
Sedikit memalukan tapi Sky dan Chris menikah secara sirih. (Jangan ketawa)
Teddy bear berwarna coklat muda itu ia elus sembari membayangkan wajah putra semata wayangnya. Berharap dalam hati bahwasanya Tuhan masih berbaik hati menyelamatkan Sean di suatu tempat. Sebelum bencana itu terjadi Sean sedang pergi memancing di ajak oleh sang ayah berdua saja tanpa Sky. Mereka berdua pamit dan tak pernah kembali lagi dalam dekap dan tatap sosok Sky yang menunggu di rumah.
"Kak, saatnya pergi."
Ditengah lamunannya Jeongin datang mengajaknya untuk segera pergi mencari Felix. Yang lebih tua seperti kembali sadar pada realita, satu temannya hilang dan Sky haruslah mencarinya. Alam liar dan kematian itu seperti sepasang sahabat karib yang tak bisa dipisahkan, jika tidak segera temukan Felix yang ada naas yang akan jadi penghias hati yang kian terpuruk.
Bagaimana jika Felix dalam bahaya?
Kantung mata Hyunjin terlihat menyeramkan dengan wajah lesu, Sky yang bertingkah sangat siaga; bahkan ketika suara ranting jatuh pun laki-laki manis itu sudah siap mengacungkan tongkat baseballnya menantang udara, dan disini ada Jeongin—korban paling waras yang bertingkah sesuai keadaan. Jeongin itu kalau bisa di bilang adalah sosok pemenang di tengah bencana sialan ini.
Tas berat yang ketiganya bawa tidak mencegah langkah untuk tetap stabil pada satu arah. Sky maju paling depan, Jeongin di tengah memegang bahu kuat milik Sky, dan terakhir Hyunjin yang menggenggam jemari hangat milik Jeongin. Ketiganya berjalan dengan langkah teratur tanpa mengeluarkan suara.
Satu navigasi handphone di kantung jaket Sky jadi petunjuk arah mereka kali ini. Tentunya Sky juga menggunakan earphone sebagai alat pendengaran. Navigasi satu-satunya yang tersisa setelah yang satunya hilang bersama Changbin.
Belok kanan 1 km
Lurus 10 meter
Belok kiri 500 meter
KAMU SEDANG MEMBACA
if the world was ending - changlix
Fanficlalu, bagaimana jika dunia berakhir? ini tentang felix dan changbin yang berjuang melawan tragedi tak bernalar di alam liar. ketika mata dan bibir dilarang keluarkan fungsi, harus mengatup bagai tahanan, harus menutup mata untuk bertahan. "dua har...