Chapter 2

5 0 0
                                    

Semua panitia bertepuk tangan, hari ini merupakan hari rapat terakhir panitia penyambutan mahasiswa baru.

Persiapan menyambut maba sudah mencapai sekitar 70%, itu setidaknya yang dikatakan Bene. Sisa persiapan ospek hanya tinggal memasang dekorasi yang diperlukan untuk hari H nanti dan lusa akan dilaksanakan gladi untuk latihan.

Wiga senang, akhirnya ia sebentar lagi akan terbebas dari tugas kepanitiaan. Rasanya kartu identitas panitia yang selalu melekat dilehernya mulai terasa menyesakkan.

"Ayok baris yang rapi, kita foto bersama ya". Itu Bene yang bicara, jadi mereka sepertinya akan mengambil foto bersama untuk kenang-kenangan. Wiga langsung mengambil posisi untuk bersiap-siap mengambil foto, tapi ajakan dari Bene membuat divisi dokumentasi kebingungan.

"Buat divisi dokumentasi juga ayok ikut foto sekalian, yang foto biar yang non panitia". Bene keluar dari barisan panitia yang sudah rapi lalu menghampiri wiga.

Tadinya Bene mendapatkan posisi ditengah barisan, sesuai posisi ketua. Tapi karena keluar dari barisan, Bene sekarang mendapat bagian di pinggir barisan, bersama Wiga yang berhasil ia tarik tadi.

Ketua pelaksananya benar-benar orang baik pikir Wiga, Wiga tidak menyangka Bene juga memperhatikan panitia dari divisi dokumentasi.

Foto selesai diambil, dengan bantuan mahasiswa random yang sedang lewat.

Wiga memperhatikan hasil foto bersama panitia. Dia berdiri disamping Bene, ternyata Bene sangat tinggi. Wiga hanya sampai setinggi pundak Bene, begitupun panitia lain. Tinggi badan Bene benar-benar mencolok, gen turunan Belanda yang berada di darahnya sangat bekerja dengan baik.

"Nanti malam jangan lupa dateng juga ke makrab, jangan telat". Itu Fathan, ketua divisi acara. Selain foto bersama, ternyata para panitia juga berinisiatif untuk mengadakan makrab.

Wiga tidak suka mengikuti acara-acara seperti makrab, karena Wiga hanya akan berakhir duduk bingung dan mengamati dengan bosan.

Jadi walaupun Fathan berkoar mengingatkan untuk datang ke acara makrab nanti malam, Wiga akan memilih bolos saja lalu beralasan sakit karena kelelahan.

*****

"Hufftt"

Wiga menghelas nafas, dia sekarang sedang berada di acara makrab. Rencana untuk bolos tidak terlaksana, Wiga tiba-tiba mendapat chat dari Bene yang berisi seruan untuk jangan lupa mengambil banya foto bagus di acara makrab nanti.

Setelah tadi siang Bene yang berbuat kebaikan dengan tidak melupakan eksistensi divisi dokumentasi, mau tidak mau Wiga menjadi tidak tega untuk berbohong dan kabur.

Setelah Wiga ingat-ingat dari awal kepanitiaan hingga sekarang menjelang akhir, Bene sebenarnya sangat banyak membantu. Mulai dari mengajak divisi dokumentasi untuk berdiskusi di luar kampus agar terasa lebih nyaman hingga beberapa kali mentraktir makanan ke divisi dokumentasi. Jadi tidak mungkin Wiga memilih untuk tetap bolos.

Yang membuat malas Wiga tentang acara makrab adalah mahasiswa-mahasiswa dari fakultasnya, fakultas teknik. Mereka akan menyediakan banyak pengeras suara untuk menghidupkan lagu keras-keras. Belum lagi minuman keras, mereka akan memaksa orang-orang yang notabenenya seperti Wiga untuk ikut minum juga.

Wiga belum pernah minum minuman keras, bukan karena masalah kesehatan. Tapi uang, Wiga merasa akan sia-sia jika dirinya mengeluarkan banyak uang hanya untuk minuman keras yang tidak mengenyangkan perut.

"Nih minum lo". Benar saja, tiba-tiba ada mahasiswa dengan baju khas fakultas teknik menyodorkan minuman keras kepada dirinya.

Wiga tersenyum masam, mencoba menolak dengan halus."Enggak makasih ya, enggak minum"

Begonia Flower [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang