Chapter 4 🔞

6 0 0
                                    

"Angh ngh nhhh". Wiga mendesah liar, Bene dengan penis besarnya yang sedang mengobrak-abrik lubangnya saat ini benar-benar membuat akal sehat Wiga hilang.

Sensasi yang saat ini sedang Wiga rasakan benar-benar gila. Lubangnya digempur dengan cepat dan dalam oleh Bene, sedangkan penisnya dibawah sana ikut tergesek-gesek pada bantal yang Bene taruh agar pantat Wiga tetap terangkat tinggi. Semakin cepat gerakan Bene, semakin cepat juga penis Wiga bergesekan dengan bantal.

Suara desahan Wiga beradu dengan desahan Bene yang pendek-pendek dan rendah. Suara penetrasi mereka juga ikut menambah suasana menjadi sangat panas dan liar.

Wiga yang tadinya menangis karena penis besar Bene sekarang justru mendesah liar dengan kepala mendongak dan dagu yang basah karena air liurnya sendiri. Wajahnya basah dengan lelehan air matanya.

"Anhh, Benehh. Enakkh, nggh". Tangan Wiga lemas, tidak bisa mencengkram sprei lagi. Sementara tubuhnya justru ikut bersemangat bergerak mengikuti gerakan Bene.

Plak

Bene menampar paha samping Wiga, melihat bagaimana penisnya keluar masuk ke dalam anal Wiga membuat birahi Bene benar-benar meledak.

"Pipis lagi nnh". Rasanya sama seperti tadi, perut Wiga terasa mengencang, penisnya terasa seperti akan meledak mengeluarkan cairan. Tapi Bene justru menggempur lubang Wiga semakin cepat.

Wiga tidak bisa menahan lagi, penisnya langsung ejakulasi untuk yang kedua kalinya. Punggungnya kembali melengking sambil mata terpejam erat dan mendesah keras.

"Ssstt". Lubang Wiga mengetat saat dirinya ejakulasi, penis Bene benar-benar terasa dimanjakan. Ia semakin semangat menusuk lubang Wiga dari belakang. Sensasi saat penisnya dipijat didalam lubang serta bagaimana saat paha depan Bene menabrak pantat lembut Wiga membuat Bene menjadi gila juga. Desahan dan geramannya sedari tadi terus bergaung.

Bene mencengkram pinggang Wiga dengan kuat, dirinya akan ejakulasi juga.

"Ahh". Bene mendesah saat merasakan penisnya cum. Tubuh Bene bergedik beberapa kali saat mengeluarkan sperma.

Tangan Bene menyingkap pantat sintal Wiga saat mengeluarkan penisnya, kondom yang Bene pakai mulai mengendur dari posisinya dan terisi penuh cairan sperma.

Bene melepaskan kondomnya, lalu mengikat dan membuang ke tong sampah pojok kamar.

Bene membalikkan tubuh Wiga yang sedang bernafas pendek-pendek sambil menelungkup tersebut.

Wajah dan leher Wiga masih memerah, rambutnya sedikit lepek dengan keringat, bibir dan matanya juga tampak membengkak basah. Mulutnya sendiri terlihat masih megap-megap mencari oksigen dengan mata terpejam.

Perhatian Bene sekarang tertuju pada leher Wiga yang tampak mengkilap karena keringat dan bersih dari kissmark. Bene memang hanya baru menaruh satu tanda di pundak Wiga saja.

Pandangan Bene turun pada puting Wiga, puting berwarna pink pucat tersebut bengkak sebelah. Bene baru menyadari bahwa bibir, puting, penis dan lubang Wiga memiliki warna yang sama. Berwarna pink pucat.

Warna yang menggoda, Bene tersenyum dan kembali menundukkan wajahnya untuk meraih puting Wiga dan menghisapnya.

"Nnhh". Wiga hanya mampu untuk mendesah pelan dan membuat Bene semakin menjadi mendengarnya. Tangannya sebelah lagi memijat dada Wiga yang terasa sedikit berisi.

Bene melepaskan hisapannya pada puting Wiga, sayang sekali pikirnya jika harus meninggalkan dada Wiga tanpa tanda cantik. Jadi Bene menghisap kuat disekitar puting Wiga untuk meninggalkan tanda cantik berwana merah dan keunguan.

Bene tersenyum puas, kini ia menjilati dagu dan pinggiran bibir Wiga yang terlihat basah karena air liur.

Bene juga mengusap peluh keringat pada kening Wiga dengan tangannya dan terakhir mengecup bibir Wiga beberapa kali hingga kecupan terakhir pada kening Wiga.

Begonia Flower [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang