Part 7

6 2 0
                                    

Alderich berdendang ria... wajahnya cerah secerah matahari pagi ini.

"Duhh... anak mama kelihatan happy banget"

"Iya dong Ma..."

"Gimana main gigit gigitnya" wajah Alderich tiba tiba berubah cemberut.

"Tamunya tiba-tiba datang ma" ucapnya ketus membuat Arsya yang baru saja datang dan tanpa sengaja mendengar percakapan ibu dan anak itu, tertawa terbahak-bahak. Bukan karena perkataan Alderich yang tampak kecewa karena tidak mendapatkan keinginannya tapi karena sesuatu dibalik celana pendek Alderich telah bangun dengan gagahnya hingga terlihat jelas walaupin diselimuti kain yang menutupinya.

"Jadi dia gimana?" Tanya Arsya spontan sambil menunjuk ke arah Adek Alderich.

"Astaga... Al.. bisa-bisa nya berdiri gitu... tidurin gih" Teriak mama membuat sang papa menatap Alderich tak suka.

Papa memang acap kali cemburu kalau mama berinteraksi lebih sama Alderich, padalah dia adalah anak kandung mama dan papa nya.

"Sana cari istri kamu buat nidurin tuh ular kadut" Usir papa.

"Mama juga.. kalau liat yang gituan itu, malingkan muka bukan malah di komentari"

"Punya anak sendiri kok"

"Alderich itu sudah gede ma.. sudah punya istri.. biar istrinya yang tuntasin"

"Tante... sepertinya Om juga butuh untuk dituntaskan itu" Kikik Arsya saat dia melirik kearah celana Om nya.

Ckck anak sama papa sama aja..

"Tangguhan papa dong ma... kan sudah ada buktinya" Bisik Om sensual.

"Papa..."

Arsya tertawa bahagia melihat pasangan yang sudah berumur itu tampak mesra dengan cara mereka. Suasana dirumah ini memang sehangat ini, yang terkadang membuat Arsya merasa iri.

"Aa... sikembar mana?"

"Bentar lagi sampai Tante... tadi kata Arisya mereka mau mampir bentar ke mini market untuk beli bahan buat masak bareng tante.

"Ayo ma.."

"Kemana Pa?"

"Tuntaskan dulu sebelum Arisya dan sikembar datang" Ucap papa.yang langsung menggedong tubuh mama tiba-tiba tapi tidak membuat Mama tersentak kaget. Karena dia sudah terbiasa dengan tingkah papa yang kadang terlihat absurd.

****

"Mau kemana?" Tanya Al saat dia melihat Cinta yang sudah berdandan rapi melewatinya tanpa tegur sapa, bukannya cuek ataupun marahan, tapi kali ini Cinta sudah telat, jika dia berbasa basi sama Alderich nantinya pasti Al akan membuang waktunya dengan pertanyaan menyebalkan atau pertanyaan yang konyol.

"Kampus" Jawab Cinta tegas, padat.

"Gue antar"

"No...." Tolak Cinta mentah-mentah, raut wajahnya mengisyaratkan supaya penolakkannya tidak usah dipermasalahkan. Kali ini Cinta benar-benar tidak ingin meladeni Al.

"Ke kampus gue antar atau lo dirumah aja ngelayani gue seperti tadi"

"Ayo cepat" Cinta tak bisa lagi memilih selain di antar Al ke kampus.

"Pake jaketnya yang benar" Protes Al saat jaket Cinta melorot dibahu sebelah kanan.

"Iya..."

"Pulang jam berapa?"

"Jam 5"

"Gue jemput"

"Nggak usah"

"Nggak ada penolakkan" Ucap Al mengintimidasi. Mau bisa apa lagi, Cinta hanya bisa diam mengangguk menuruti perkataan Al.

Alderich mengejar Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang