DI dunia ini banyak orang yang hidupnya tidak semulus yang kita bayangkan. Banyak orang yang hidupnya kesulitan. Banyak orang yang hidupnya diterpa banyak masalah. Tapi, mereka tidak pernah berisik.
Mengapa bisa?
Mengapa orang-orang sekuat itu untuk memendam semua masalahnya sendirian? Mengapa orang-orang setahan itu untuk mempertahankan hidupnya?
Mereka hebat.
Aku yang hanya dikasih permasalahan kecil saja hampir ingin menyerah, tetapi mereka yang memiliki kehidupan berat, bisa mempertahankan segalanya. Aku iri.
"Lea, sebenarnya kamu kenapa?"
Di ruang makan, bunda menanyai keadaanku. Sudah beberapa kali pertanyaan itu bunda berikan, tapi rasanya aku sulit untuk membuka suara.
Pelan-pelan, aku menarik napas panjang. Mengingat semua tulisan Pangeran, hatiku rasanya sakit. Membayangkan bagaimana dia hidup tidak nyaman di lingkungan yang sepatutnya tidak ia tinggali.
"Bunda ingat sama anak laki-laki yang nolongin aku tenggelam di Danau?"
Keluargaku menghentikan sarapan di pagi hari ini. Bunyi dentingan piring dan sendok yang tadi mengisi ruangan, menghilang dengan sangat cepat. Semua pasang mata, kini mengarah kepadaku.
"Kamu.. udah ingat semuanya?" Papah bertanya tak percaya.
Kak Zeko yang duduk di sampingku meraih kepalaku, "ingatan lo udah kembali, Kurcaci?" Ada binaran mata yang ia pancarkan. Papah dan bunda pun menatapku demikian.
Aku mengangguk. Membuat semua keluargaku menutup mulut tak percaya. Bahkan aku bisa merasakan bunda akan menangis. Aku tahu seberapa keras mereka selalu membantuku untuk mengingat-ngingat tentang semua kejadian masa laluku.
"Alhamdulillah. Syukur kalau begitu." Papah memeluk bunda. Ikut merasa bahagia atas ingatanku yang kembali.
"Bunda, ternyata Arsha sosok anak laki-laki yang nyelamatin aku pas tenggelam di Danau."
Aku menghentikan semua kebahagiaan mereka. Raut mereka dengan cepat berubah menjadi rasa terkejut.
"Arsha? Laki-laki yang nyelamatin kamu dari kepungan geng malam itu?" tanya papah memastikan. Aku mengangguk membenarkan. Jelas keluargaku mengenal nama 'Arsha' sebab kami berhutang budi padanya karena berhasil menyelamatkan nyawaku maupun Kak Zeko.
"Bukannya yang nyelamatin kamu namanya Akal?"
Nama dia ada banyak. Bisa dipanggil Akal, bisa dipanggil Arsha, pun bisa dipanggil Pangeran. Sama sepertiku yang mempunyai banyak nama panggilan.
"Nama panjangnya Pangeran Arshakala. Dia biasa dipanggil Pangeran. Tapi gak tahu kenapa pas ditanya sama Bunda, dia malah jawab namanya Akal."
"Jangan bilang semalem lo nangisin dia? Ngerasa nyesel ya lo kemarin udah ngusir dia. Mana hujan-hujan pula." Mendengar perkataan Kak Zeko membuat mataku memanas. Rasa bersalahku muncul kembali saat Kak Zeko mengingatkan itu.
Aku menunduk. "Iya, benar."
"Lagian kamu ada masalah apa sama dia? Kok sampai gak mau ketemu, bahkan malah ngusir dia?"
Bunda, tidak mungkin aku menjelaskan bahwa aku pernah menyukai Arsha. Dia menolakku. Dia mengusirku. Dia membuatku terus mengejarnya sampai-sampai aku mengalami kecelakaan. Aku tidak mau kalian mengetahui itu.
"Cuma permasalahan kecil, Bun."
Bunda menghela napas. Ia seolah menatapku tak percaya.
"Pulang sekolah, bisa ajak Arsha ke rumah? Papah mau berterima kasih ke dia karena udah nyelamatin hidup kamu terus."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Pangeran
Novela JuvenilPangeran adalah gelar bagi keturunan laki-laki (utamanya anak laki-laki) dari penguasa monarki (raja, sultan, kaisar). Namun, tak semua Pangeran merupakan keturunan kerajaan. Pangeran tak selalu tentang penguasa. Pangeran tak selalu tentang pemim...