✧༺20༻✧

32 4 0
                                    

DETIKAN jarum jam yang menunjukkan waktu semakin larut tak kunjung membuatku memejamkan mata. Aku masih membuka lembaran baru untuk membaca semua tulisan tangan Pangeran. Mataku sudah bengkak. Mungkin saja esok hari, keluargaku akan terkejut melihatnya.

13 Desember 2020

Tak menduga

Dear diary,

Satu bulan yang lalu, bidadari memberikan sebuah buku kepadaku. Buku tebal, bagus, dan baru. Aku tahu ini harganya sangat mahal.

Maaf, bidadari, karena kamu membelikan aku buku ini, kamu jadi tidak bisa membeli album idol kesayangan kamu.

Aku tidak tahu, kamu membeli buku tentang dunia psikologi adalah sebuah kebetulan atau kesengajaan. Tapi yang pasti aku sangat berterima kasih.

Aku suka dengan dunia psikologi. Kamu tahu? Aku bercita-cita ingin menjadi psikolog. Aku melihat, disekitarku banyak orang yang telah hancur karena merasa tidak sanggup dengan kehidupan yang dijalani. Terutama, ibuku.

Aku sedih melihat ibu stres. Aku menangis melihat ibu selalu kehilangan kendali. Aku marah pada pria bedebah yang meninggalkan ibu dan aku dalam keadaan seperti ini.

Bidadari, kamu tahu.. rasanya sangat lelah menjadi orang yang tak memiliki kekuasaan apapun.

Aku selalu ditindas di sekolah. Mereka mengejekku karena mengetahui aku anak haram. Mereka menertawaiku karena aku anak miskin. Mereka menodongkan kalimat jahat karena tahu ibuku tidak waras. Apakah jika aku kehilangan kendali, ini semua salahku, bidadari?

Aku ingin menghajar mereka semua karena berani-beraninya membawa nama ibu jika sedang mem-bully-ku. Aku tidak masalah jika mereka menjelekan aku, tapi aku tidak terima ibuku dibawa-bawa. Terlebih mereka mengatakan tentang penyakit tak waras ibuku.

Menjadi orang tak berada, membuat aku tidak bisa melakukan apapun, bidadari. Aku selalu melaporkan kejadian ini pada pihak sekolah, tapi respon mereka tidak membuatku puas.

Aku ingin marah, apakah tidak boleh, bidadari? Aku ingin menangis, apakah tidak boleh, bidadari?

Aku lelah harus bersikap sok kuat untuk mewaraskan diriku sendiri. Semua orang tidak ada yang mau mengajakku untuk berbicara bersama. Mereka semua tidak ada yang mau dekat denganku untuk mencoba menenangkan. Aku tahu, aku hanyalah parasit dalam hidup mereka.

Maka dari itu, aku ingin sekali menjadi psikolog untuk membantu orang-orang dari masalah terpuruknya. Aku tidak mau ada orang lain yang merasakan seperti yang aku rasakan.

Pangeran mengapa selalu bisa memikirkan keadaan orang lain dahulu jika saja dirinya sendiri yang sedang membutuhkan pertolongan? Mengapa dia tidak mau terbuka padaku untuk menceritakan ini lebih awal? Aku akan mendengarkan, aku akan menjadi teman curhatnya, aku akan memberikan dia pelukan, aku akan memberikan bahu untuknya bersandar. Mengapa dia tidak mau menceritakan ini kepadaku? Mengapa Pangeran lebih memilih memendamnya sendirian?

Dunia terlalu jahat untuknya. Bahkan di saat dia sudah mendapatkan hal keras di masa lalunya, dia masih menjadi kepribadian yang baik di hidupnya yang sekarang. Mengapa? Mengapa dia sangat pasrah sekali?

Dia PangeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang