Chapter 6🌹

82 65 13
                                    

"Nak, kenapa melamun?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nak, kenapa melamun?"

Lidya langsung tersadar kembali dari lamumanan nya, pendengaran nya juga kembali normal.

"Gak ada, bu," jawab Lidya sambil menggelengkan kepala nya dengan wajah yang berkeringat.

Tiba-tiba seorang kakek-kakek datang ke warung bu Hani. Lidya yang merasa asing dengan kakek itu melihatnya dari atas sampai ke ujung kaki, ia selama tinggal di desa ini tidak pernah melihat kakek-kakek dengan janggut dan kumis yang begitu panjang dan lebat hingga menutupi mulutnya

"Bu, Ultra milk coklat nya satu," pinta kakek yang langsung duduk diantara Lidya dan ibu Hani.

"Kayaknya yang rasa coklat habis. Tapi, coba saya cari dulu ya." Ibu Hani Pun masuk kedalam warung meninggalkan Lidya dengan kakek-kakek.

"Nih, kakek mirip sama master shifu," batin Lidya sambil sesekali melirik kearah si kakek.

"Kamu memiliki gelang hitam terkutuk itu, kan?"

DEG!

Ekspresi wajah Lidya yang awalnya biasa-biasa saja berubah menjadi wajah
Kepanikan. Bagaimana bisa kakek ini mengetahui tentang gelang yang ia temukan? Apakah kakek ini hanya mengarang? Lidya menatap kearah kakek itu dengan ekspresi mata yang melebar karena panik.

"Apa yang kamu maksud, kek?" tanya Lidya yang berpura-pura tidak tahu.

"Aura mu menghitam, saya yakin kamu pasti memakai gelang kutukan itu."

Ucapan kakek itu semakin membuat Lidya menjadi panik, jantung nya berdetak begitu kencang dan keringatnya bercucuran membuat kerah bajunya basah.

"Saya bisa melihat aura ketakutan, kemarahan, kesedihan, dan kebahagiaan bercampur aduk di dalam dirimu."

"Bukannya semua orang juga begitu, jadi. Jangan mengarang!"

"Tapi kamu berbeda, aura mu seperti sebuah aura kutukan yang begitu besar, rasa ingin balas dendam."

Entah apa yang diucapkan kakek itu berhasil membuat Lidya merinding dan semakin panik.

"Kalau begitu aku mohon padamu tolong lepaskan gelang ini." Lidya menundukkan kepalanya mencoba menenangkan dirinya dari rasa panik.

"Tidak bisa."

"Kenapa tidak bisa? Aku lelah, aku begitu lelah akan semua ini, mimpi yang aneh terus menerorku bahkan membuatku stres dan tidak bisa fokus, aku mohon lepaskan penderitaan ini!"

We Are The Same [One Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang