“Siapa kalian ini?” tanya orang berjubah hitam itu sambil terus mengarahkan panahnya ke arah mereka, tatapan matanya begitu tajam menatap satu persatu diantara mereka bertujuh.
“Lah lu yang siapa?” tanya Lidya balik. Sepertinya Lidya sudah melupakan apa tujuan mereka masuk kedalam hutan.
“Apakah kalian orang suruhan dari dia?” tanya orang berjubah itu lagi.
“Orang siapa? Kami kan kesini lagi cari … OHH KAMU!” teriak Lidya di akhir ucapannya karena akhirnya ia ingat bahwa orang jubah hitam itulah yang sedang di cari oleh mereka.
“Apa kamu mengenal Xian?” tanya Nisa yang selangkah maju ke samping Lidya.
Orang berjubah itu merasa tidak asing ?dengan nama yang disebutkan Nisa, seakan ia mengenal orang dengan nama Xian.
“Xian?”
“Ya, dia menyuruh kami masuk kedalam hutan hingga kami tersesat seperti ini hanya untuk mencari orang dengan jubah hitam dan membawa sebuah kotak kayu,” ucap Lidya menjelasak.
Saat orang berjubah itu terus menatap mereka dengan tajam serta panah yang masih mengarah ke mereka bertujuh, tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang seperti sedang mengawasi mereka dalam jarak yang kemungkinan tidak jauh. Orang berjubah itu pun langsung mengarahkan panahnya ke berbagai arah, bersiap siaga jika tiba-tiba musuh mendekat kearah mereka.
“Kenapa kau seperti orang panik begitu?” tanya Lidya kebingungan melihat orang berjubah itu terus merubah ubah posisi arah panahnya.
“Ada yang mengawasi kita,” jelasnya dengan singkat.
Lidya melangkahkan kakinya satu langkah mendekat ke orang berjubah itu namun tiba-tiba orang berjubah itu langsung mengarahkan panahnya tepat di depan wajah Lidya. Entah apa yang dirasakannya, ia merasakan sesuatu yang aneh saat Lidya mulai melangkahkan kakinya mendekat ke arah dirinya seperti ada sesuatu yang aneh.
“Apa kamu ingin MEMBUNUHKU?”
Orang itu begitu terkejut saat di bagian lidya mengucapkan kalimat membunuh seketika itu juga sebuah sosok hitam yang tampak mengerikan dengan mata yang berwarna putih menyala serta mulut yang tersenyum lebar berdiri di belakang Lidya. Seluruh tubuhnya langsung gemetar ketakutan bahkan panah yang semula ia pegang dengan kuat kini ia jatuhkan ke tanah karena saking terkejutnya.
“Siapa sebenarnya kamu?” tanya nya yang mengubah ekspresi wajahnya dengan cepat menjadi wajah datar.
“Aku?” Tunjuk Lidya kepada dirinya sendiri, “aku Lidya,” lanjutnya.
“Aku tidak menyangka anak lugu sepertimu bisa memiliki sesuatu yang mengerikan seperti itu,” ucapnya dengan sedikit seringai di wajahnya.
Teman-teman Lidya yang mendengar percakapan mereka hanya diam dengan rasa penuh keheranan, mereka sama sekali tidak mengerti dengan apa yang dikatakan orang berjubah itu dengan Lidya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are The Same [One Going]
Acción🌹𝐉𝐀𝐍𝐆𝐀𝐍 𝐋𝐔𝐏𝐀 𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖🌹 🌹𝐂𝐄𝐑𝐈𝐓𝐀 𝐈𝐍𝐈 𝐃𝐈𝐁𝐔𝐀𝐓 𝐃𝐀𝐑𝐈 𝐇𝐀𝐒𝐈𝐋 𝐏𝐄𝐌𝐈𝐊𝐈𝐑𝐀𝐍 𝐒𝐀𝐘𝐀 𝐒𝐄𝐍𝐃𝐈𝐑𝐈🌹 Kehidupan ini seperti mengikuti sebuah alur ceritanya masing-masing, entah itu kebahagiaan atau kesedihan semu...