BAB 3 : Panggilan yang Tak Terjawab

36 11 0
                                    

Matthew duduk di sofa, tubuhnya telah terbalut pakaian ganti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matthew duduk di sofa, tubuhnya telah terbalut pakaian ganti. Segelas wine menemani di sampingnya. Tanggal hari ini membangkitkan rasa frustrasi yang mendalam. Ia baru tersadar bahwa besok merupakan peringatan dua tahun kepergian Kakek Feras untuk selamanya.

Kenangan masa lalu menyerbu pikiran Matthew, mengantarkannya pada peristiwa yang baru saja terjadi. Pertengkarannya dengan Rhea, ucapan-ucapannya yang melukai hati. Matthew menyadari ia telah keterlaluan. Namun, semua itu tidak bermaksud apa-apa. Hanya saja, kini ia dihantui rasa cemas, Rhea semakin menjauh darinya.

Tangisan Rhea di kantor merupakan tangisan kedua yang ia saksikan. Matthew jarang melihat Rhea menangis. Pertama kali ia melihat air mata Rhea mengalir adalah saat peringatan 100 hari meninggalnya Kakek Feras.

Saat itu, Rhea merasa diabaikan karena semua orang menyembunyikan penyakit Kakek Feras. Matthew pun bingung harus berkata apa. Kala itu, Rhea baru kembali dari Inggris.

Matthew mengingat dengan jelas perbincangan Lavinia dengan Rhea. Rhea sangat ingin bertemu Kakek Feras. Matthew dapat merasakan sakit saat Lavinia mengatakan Rhea bisa berbicara banyak dengan sang kakek, tanpa menyadari Rhea nantinya hanya akan bisa berbicara di depan makam.

"Apa kalian sudah berbincang?" tanya Lavinia ketika tidak sengaja berpapasan dengan Matthew yang membawa beberapa botol air mineral.

Matthew menyadari yang dimaksud dengan 'kalian' adalah dirinya dan Rhea. Dia menggelengkan kepalanya.

"Belum, Bu. Sepertinya Rhea masih belum mau berbicara dengan banyak orang," jawab Matthew, mengingat Rhea yang masih mengurung diri di kamar.

Lavinia mengangguk mengerti. Senyumnya tidak pernah luntur. Ia mencoba menenangkan Matthew yang tampak sama paniknya dalam menghadapi suasana hati Rhea.

"Ibu paham, Matthew. Tidak apa-apa, beri dia waktu," ucap Lavinia, lalu mengambil satu botol dari tangan Matthew.

"Ibu berbicara dengan kakek kalian sebelum dia meninggal. Tentang pertunangan."

Matthew tersenyum mendengar Lavinia membawa kembali topik pertunangan yang sempat tertunda.

"Apa kamu sudah siap? Kamu belum menjawab sebelum kakek meninggal," lanjut Lavinia.

Apa yang dikatakan Lavinia memang benar. Kakek Feras pernah menanyakan kembali tentang pertunangan Matthew dengan Rhea ketika Matthew sudah beranjak dewasa. Namun, saat itu Matthew belum bisa menjawab, seolah masih ada yang perlu disiapkan.

"Aku menyesal belum bisa memberikan jawabannya saat itu."

"Lalu, kamu sudah menyiapkan jawabannya?" tanya Lavinia.

Matthew mengangguk, "Aku bersedia. Jangan khawatir, Ibu. Meski aku belum bisa mengatakan bersedia saat itu, aku sudah berjanji pada kakek di usiaku yang kedua belas tahun. Aku akan menjaga Rhea untuk selamanya."

Paper Moon [The End✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang