BAB 23 : Cinta dari Tempat yang Tak Terduga

10 1 0
                                    

"Tunggu sebentar! Sejak kapan Laem dan Mona seperti berpacaran?" bisik Rhea kepada Dimas, yang berhenti memainkan drumnya saat menyadari kedatangan Rhea di ruang musik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tunggu sebentar! Sejak kapan Laem dan Mona seperti berpacaran?" bisik Rhea kepada Dimas, yang berhenti memainkan drumnya saat menyadari kedatangan Rhea di ruang musik.

Dimas menyuruh Rhea mendekat, "Mereka sudah berpacaran sejak kamu izin berkuliah kemarin. Force bahkan sudah tahu."

Mendengar penjelasan Dimas, Rhea mengedarkan pandangannya dan melihat Force yang baru saja masuk ke ruang musik dengan lima buku materi. Pandangan tajam Rhea membuat Force kebingungan.

"Ada apa, Rhea? Kenapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Force sambil memberikan dua buku kepada Dimas dan Rhea.

"Kamu tahu soal Laem dan Mona?" bisik Rhea kepada Force.

Force mengangguk pelan sambil menatap pasangan baru tersebut. Tawanya yang pelan membuat Rhea semakin penasaran.

"Mereka itu musuh jadi cinta. Kamu tidak lihat mereka berantem sebelumnya?" ucap Force, disetujui oleh Dimas.

"Bagaimana mereka bisa dekat?" tanya Rhea, masih belum mendapatkan jawaban yang memuaskan.

"Kuil! Mereka tidak sengaja bertemu di kuil. Orang tua mereka sudah saling kenal sejak lama. Dari situ, mereka mulai mendekatkan diri," jelas Dimas.

Rhea mengangguk, mulai paham, "Dari mana kamu tahu? Bukankah kamu jarang pergi ke kuil?"

"Rhea! Apa maksudmu! Orang seperti aku ini rajin pergi ke kuil, tahu!" kesal Dimas yang diledek oleh Rhea.

Dimas semakin kesal karena semua orang sudah berada di kelas, dan dosennya membatalkan kelas karena berada di luar kota dan baru memberitahu setelah jam kelas lewat lima belas menit. Rhea melihat kelakuan Dimas yang murung dan memutuskan untuk mengajaknya makan di kantin. Force dengan cepat menyetujuinya, sementara Laem dan Mona memilih untuk berkencan di luar kampus.

"Ayo, Dim, makan di kantin aja. Aku juga lapar," kata Rhea sambil menarik lengan Dimas.

Dimas menghela napas, "Ya sudah, mending makan daripada bete di sini."

Force tersenyum dan mengikuti mereka, "Makan di kantin sepertinya ide bagus. Dan aku belum sarapan."

Ketiganya berjalan menuju kantin kampus. Sesampainya di sana, mereka memesan makanan dan duduk di meja dekat jendela. Sambil menunggu pesanan datang, Dimas masih terlihat murung.

"Kenapa kamu masih kesal, Dim? Kan, kita bisa gunakan waktu ini buat santai," ujar Force mencoba menghibur, tangannya menyuap kuah soto.

Dimas menghela napas lagi setelah menaruh sendoknya, "Aku hanya kesal karena dosen baru bilang setelah kita nunggu lama. Kalau tahu dari awal, aku bisa tidur lebih lama."

Rhea tertawa kecil, "Kamu ini, Dim. Selalu aja tidur yang dipikirin."

Makanan Force terlebih dahulu, sedangkan Dimas sudah mengambil sendok dan garpu. Setelah makanan Dimas dan Rhea tiba, mereka mulai makan sambil berbincang. Pembicaraan beralih ke topik tentang Laem dan Mona.

Paper Moon [The End✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang