Chapter 08 - Dangerous

99 14 1
                                    

Gralind, Serly dan Dallie sedang dalam perjalanan menuju super market yang lumayan jauh dari tempat mereka tinggal, super market yang lengkap.

"Lo mau beli apa emang lie?" tanya Serly pada Dallie.

"Gua pengen beli marshmallow cokelat kayaknya, sama sosis juga sih," jawab Dallie.

"Nanti kalian bantu gua milih sayuran sama buah-buahan, buat kayak gini kalian ambil aja buah/sayuran yang kalian suka, gua yang bayarin," ujar Gralind.

"Siap kak alin!" ujar Serly.

Dua puluh menit perjalanan berlalu, seharusnya jaraknya sebentar lagi sampai. Saat mereka sedang berada di gang, ada preman yang menghadang mobil mereka.

"WOY KELUAR LO!" ujar preman tersebut dengan lantang, tidak ada malu dan takut.

Gralind menurunkan kaca mobil, lalu berujar. "Buat apa? Siapa lo nyuruh-nyuruh gua?" ujarnya seraya memakai kacamata berwarna hitam miliknya.

"Wah main-main dia bos, keluar sini kalau berani!" ujar salah satunya yang memiliki tato di leher.

"Oh, kau nantangin?" ujar Serly.

"Mau keluar? ngeladenin?" tanya Gralind.

"Of Course kak, udah lama gua ga fighting," ujar Serly.

"duain deh, dah lama juga tidak bermain," ujar Dallie.

"WOY LAMA!" ujar bos dari preman itu.

Gralind, Serly dan Dallie pun menutup kaca mobil yang tadi terbuka, lalu keluar dari mobil tersebut dengan tatapan tajamnya.

"Berani kok sama perempuan?" ujar Gralind.

"Oh lo takut ya?" remeh seorang preman dengan rambutnya yang menjulang tinggi.

"Ngapain takut sama pria jalang kayak kalian, mentingin  kenikmatan diri sendiri, tidak punya malu, mahkotamu dimana tuan?" ujar Gralind.

"MENYALA KAK ALIN!" teriak Serly.

"KURANG AJAR!" teriak bos dari preman itu, lalu melangkah maju ingin menjambak rambut Gralind.

PLAK!.
Tepisan yang di buat oleh Serly kepada bos preman itu, seraya mengatakan. "JANGAN SENTUH MAHKOTA KAKA GUA DENGAN TANGAN KOTOR LO BAJING*N!" ujar Serly yang sudah tersulut emosi.

"GAUSAH LAMA-LAMA LAWAN KITA KALAU LO BENAR-BENAR LAKI-LAKI YANG TIDAK PUNYA OTAK!" ujar Dallie.

"Lo yang mau sendiri cantik, awas malu karena nantangin," ujar Preman itu.

Gralind kembali menatap preman itu dengan tatapan dingin dan meremehkan.

BUGH! Pukulan pembukaan yang di lakukan oleh Gralind terhadap preman yang menantangnya.

"Oke, lo yang mulai duluan!" ujar boss preman itu.

BUGH!

BUGH BUGH!

PLAK! KREKK!

Tangan dari boss preman itu di putar oleh Gralind, lehernya pun di cekik dengan kuat.

"Tadinya gua gamau sekasar ini, lo makin keterlaluan dan ngelunjak, jangan salahin gua kalau lo masuk penjara dan babak belur!" bisik Gralind.

"Gua ga takut."

KREKK!
"SHH! AH!" desis preman itu, kesakitan.

"LO SUDAH DI KASIH KELEBIHAN DENGAN BELA DIRI LO MALAH DI GUNAKAN UNTUK KEJAHATAN! TIDAK PUNYA OTAK!" ujar Serly.

"Bangsat, gua harus tusuk dia dari belakang, sepertinya memang dia kelemahannya di sini," Batin Preman yang berada di belakang Gralind.

TUKS!
Gralind berbalik badan dan menghentakkan pisau yang ingin menusuknya. Pisau itu terbang ke arah boss preman itu.

"KAK ALIN?! LO KEREN!" teriak Serly Dan Dallie.

Gralind memberi acungan jempol pada mereka. Lalu berkata "Urus ketua kalian. Gausah ngaku preman kalau sama wanita saja masih kalah. Ingat di atas langit masih ada langit, gausah sok paling berkuasa di sini. So, jadi di sini siapa yang malu? kalian atau gua dan teman-teman gua?" ujar Gralind dengan nada meremehkan.

Sedangkan preman itu menatap Gralind dengan tatapan dendam dan tajam.

"Cuma bisa natap sinis, tapi gabisa nyaingin," sindir Serly.

"Gausah gitu ser, nanti malu sendiri mereka," ujar Dallie dengan tawanya yang pecah.

Merekapun kembali memakai kacamata hitam mereka, masuk kedalam mobil dan meningalkan preman itu, ke supermarket.

"Gua akan balas kalian nanti."

***

Mereka pun sampai di supermarket. Lalu Gralind pun memulai membuka topik pembicaraan. "Kalian gaada yang luka kan?" ujar Gralind.

"Aman kak, gua sama Dallie ga ada yang luka," jawab Serly.

"Serius? kalau ada pakai jaket nih, biar pada gak curiga," ujar Gralind.

"Aman Lind," ujar Dallie.

"Yasudah ayok kita ke dalam," ujar Gralind.

***

Saat mereka masuk, mereka menjadi pusat perhatian karena style mereka yang keche. Namun mereka mengabaikannya saja.

"Bukannya mereka..?"

Gralind, Dallie dan Serly pun menuju tempat perubahan terlebih dahulu.

"Kalian mau beli buah apa?" tanya Gralind.

"Aku mau Apel sama Semangka," ujar Dallie.

"Aku mau mangga and nanas," ujar Serly. "Kalau kak Alin mau beli buah apa?" lanjutnya.

"Kayaknya si Alpukat sama Strawberry," jawab Gralind. "Yasudah mencar aja deh cari buah masing-masing biar cepat," ujar Gralind.

"Wah boleh tuh," ujar Dallie.

"Yasudah kita pisah di sini, kalau sudah selesai balik kesini lagi aja ya! waktunya 15 menit, ini besar soalnya," ujar Gralind.

"SIAP!" ujar Dallie dan Serly, Gralind terkekeh melihatnya.

***

//15 menit kemudian.

"HEYYOW!" teriak Serly.

"Lama banget lo ser, gua aja delapan menit udah di sini, apalagi Alin tuh limea menit udah di sini," ujar Dallie.

"Nanasnya ada di ujung.." ujar Serly.

"Astagfirullah ly, tadi kakak lihat di sana ada nanas loh, gajauh dari sini," ujar Gralind.

"ASTAGHFIRULLAH KAK ALIN KENAPA GA BILANG?!" protes Serly.

"Gua kira lo udah nemu tinggal nyari mangganya aja," ujar Gralind.

"Mangga mah di samping sana, gua belok langsung ketemu," ujar Serly.

"Yok langsung bayar aja," ujar Dallie.

"SKUYY!"

To Be Continued.
-22Jun24-

Detective Case At School Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang