Markas.
Kini mereka berada di markas, markas yang gelap, duduk di bagian ruangan yang sangat kedap suara dan tentunya sangat di rahasiakan.Dengan minuman soda dan berbagai cemilan yang biasa mereka makan. Dan tentunya membahas kasus kali ini.
"Apa yang kali ini mau kita bahas?" tanya Diva.
"Tentunya membahas tentang kasus baru yang akan kita mulai besok," ujar Kavin, dingin.
"What?! besok, apa gak mendadak?" kaget Anne.
"Tapi kalau di pikir-pikir lebih cepat lebih baik ne, dari pada kita harus menunggu, takut kasus ini semakin menjadi-jadi, masalahnya polisi sudah mencoba menyelidiki, tapi.. susah untuk menemukan kejanggalannya," ujar Alva.
"Gua sama Kavin juga udah ngurus pendaftaran nya, kita daftar pakai nama palsu," ujar Devano.
"Siapa aja nama kita?" tanya Kaylea.
"Nama Kaylea bakal jadi Gralind,"
"Nama Diva bakal jadi Serly,"
"Nama Anne bakal jadi Dalliecia,"
"Nama Kavin bakal jadi Daniswara,"
"Dan nama Alva bakal jadi peto,"
"Ini pakai nama belakang kita ya?" tanya Kaylea.
"Lah iya baru sadar gua, Serly kan nama belakang gua," ujar Divana.
"Iya benar, biar lebih gampang di ingat," ujar Devano.
"Nama lo siapa Dev?" tanya Alva.
"Nama gua Khadafy," ujar Devano.
"Keren juga nama lo," ujar Alva sambil terkekeh.
"Shut up!" sentak Kavin.
Mendengar sentakkan Kavin, semua langsung senyap. Tidak ada yang berani bersuara, aura Kavin sudah berubah menjadi aura yang dingin dan serius.
"Jangan ada yang motong pembicaraan gua!" ujar Kavin, dengan cepat semua mengangguk.
"Gua mau pas kita masuk ke sekolah sana, kita pura-pura gak kenal, kecuali lo Kaylea sama Diva, kalian harus berangkat bareng, dan mengaku jika kalian adalah adik Kaka,"
"Kita kenal pas kita sudah tau beberapa tentang sekolah itu, kita akan pura-pura kenalan di depan banyak orang, agar tidak mencurigakan, dan jika kalian. melakukan pergerakan, ingat selalu hati-hati, di sana banyak pengintai yang tak mau kasus ini terbuka,"
"Jika kita ketahuan mengusul kasus ini, kita bisa saja di bunuh atau di sembunyikan di berbagai tempat yang jarang di ketahui orang, seperti di hutan dan lain sebagainya, kalian tidak perlu membicarakan ini di sekolah, setelah mendapatkan informasi, chat di grub dan katakan ingin pergi ke markas, dan bicarakan hal ini di markas,"
"Tidak boleh mengumbar hal ini, sekalipun kalian dekat dengan seseorang jangan pernah kalian bicarakan tentang kalian yang mengusut kasus ini, karena bisa saja teman kalian ada kaitan nya, jika ada yang melanggar kalian akan menanggung konsekuensi nya sendiri, kami yang tidak bersangkutan tidak akan ikut campur,"
"Berani melakukan berani bertanggung jawab bukan?" tanya Kavin dengan tatapan tajam.
"Kalian tidak boleh semena-mena di sana, mentang-mentang kalian murid kalian berlagak menjadi seorang murid pada umumnya, ingat kita tidak sedang main-main, kita sedang mengusut kasus di sana,"
"Soal sikap, jadilah diri kalian sendiri, tapi teruslah cari informasi, jika mendapatkan informasi, langsung sampaikan tidak perlu takut jika mendapatkan ancaman, kita lewati bersama-sama,"
"Faham semuanya?" tanya Kavin.
"Faham!"
"DCAS! PASTI BISA!" teriak mereka dengan menyatukan tangan di tengah lalu melemparkannya ke atas.
"Semua peralatan sudah gua siapkan, kalian kebawah dan nanti gua antar," ujar Devano.
***
Lima menit berlalu, muncullah Devano dengan membawa tas yang besar, yang isinya seragam dan peralatan sekolah.
"Jangan ada yang mengaku jika sudah menjadi mahasiswa kuliahan ya," ujar Kaylea.
"Memangnya kenapa Kay?" tanya Anne.
"Nanti banyak yang curiga, ya bayangkan saja kita sudah kuliah ngapain masuk lagi ke SMA sangat aneh kan jika di logika?" ujar Kaylea.
"Benar kata Lea, kita tidak boleh mengaku jika kita sudah kuliah," ujar Kavin.
"Nanti sore kita akan pindah ke rumah masing-masing, ohya Kaylea dan Divana, jika di tanya kalian tinggal di mana, jawab saja di kos-kosan ya, karena gua udah biayain kos-kosan buat kalian, jadinya jika teman-teman kalian ingin ada yang main, kalian pergi ke kos-kosan itu saja," ujar Kavin.
"Malam ini gua sama Kaylea boleh gak di sana?" tanya Divana.
"Boleh kok, sudah gua biayai dengan uang kas kita," ujar Kavin.
"Ayok Kay, mau gak?" tanya Divana pada Kaylea.
"Mau deh, nanti gua izin sama mama gua," ujar Kaylea.
"Ohya, kalian tidak akan menggunakan handphone asli kalian di sekolah, kalian akan menggunakan handphone yang sudah di beli oleh Alva, ya meskipun hanya hp android biasa, yang penting hanya untuk penyamaran, takut jika ada yang menghack dan curiga nanti," ujar Khadafy.
"Android biasa? Menarik, gua udah lama gak pakai Android biasa," ujar Anne.
"Buset dah, emang lo terakhir pakai hp android kapan?" tanya Divana.
"Waktu gua SMP kelas 8," ujar Anne.
"Astaga udah lama banget, gua baru kemarin 1 SMA," ujar Divana.
"Itu juga udah lama Divana sayang.." ujar Kaylea.
"Hehe bisa aja lo Alin," ujar Divana.
"Alin? Siapa Alin?" tanya Kaylea.
"Kan nama lo Gralind, gua sebagai adik lo punya panggilan sendiri dongg, gua manggil lo Alin aja hehe," ujar Divana.
"Iya lili," ujar Kaylea.
"Lili?"
"Serly belakangnya aja gua ubah jadi dua kali hehe," ujar Kaylea.
"Oke, sudah-sudah, semuanya sudah faham kan sama besok?" tanya Kavin.
"Udah kok Vin, santai aja," ujar Alva.
"Iya Vin, kayak gak kenal kita aja," ujar Anne.
"Penyamaran kita harus berhasil, jika tidak berhasil, konsekuensi nya harus besar, gua ingetin sekali lagi, sedekat-dekatnya kalian sama orang, kalian gak boleh bongkar identitas kalian sama sekali," ujar Kavin.
"Eh iya, teman gua juga ada di sana tau, dia sebenarnya udah mahasiswa juga, cuma dia ngejagain adiknya, nanti coba gua tanya informasi sekolah itu," ujar Kaylea
"Siapa teman lo?" tanya Anne.
"Namanya Nada, dan adiknya namanya Irene," ujar Kaylea.
"Nada kelas berapa?" tanya Khadafy.
"Nada kelas 2 SMA, bareng adiknya, tapi beda kelas," ujar Kaylea.
"Nemenin adiknya? emang adiknya kenapa?" tanya Alva.
"Irene gabisa jauh darinya Nada, karena emang dari kecil mereka udah dekat banget, soalnya rumah mereka aslinya bukan di Yogyakarta tapi di jakarta, mereka di sini ngekos berdua," ujar Kaylea.
"Terus? orang tuanya di Jakarta gitu?" tanya Divana.
"Iyaa,"
"Mereka ngekos di mana?" tanya Kavin.
"Di kos Bu Amila, kalau gak salah nama ibu kosnya," ujar Kaylea.
"Sama kayak kosan kalian," ujar Kavin.
"Hah yang bener? Kos kita di kamar no berapa Vin?" tanya Kaylea.
"75."
"Wah, kamar mereka di kamar 74, kita sebelahan!"
To Be Continued.
-10mei24-
KAMU SEDANG MEMBACA
Detective Case At School
Fiksi RemajaDETECTIVE CASE AT SCHOOL. Sebuah kelompok yang berisi beberapa orang detektif. Misi yang berasal dari beberapa sekolah tertentu yang memiliki sebuah kejadian tidak masuk akal. ***** Kelompok ini berisi dari tiga orang laki-laki dan tiga orang peremp...